Mengenal Authentic Guards, Startup Lokal yang Siap Basmi Barang KW

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id--Hadirnya teknologi berfaedah ini lambat laun akan mengikis produk-produk tiruan yang merusak brand orisinal.

Pernah kesal karena tertipu barang bajakan ketika hendak membeli barang orisinalnya? Atau suka nggak habis kenapa bisa-bisanya ada orang yang tega menjual makanan palsu meski harganya dipatok lebih murah? Masalah yang sering ditemui sehari-hari ini bukan mustahil diberantas lho,gaes.

Startup digital bernama Authentic Guards ini memiliki bisnis yang unik, namun juga inovatif. Mereka mengembangkan aplikasi mobile yang dapat diunduh secara gratis untuk mengecek suatu barang apakah dia barang KW atau asli. Gimana cara mengeceknya?

Baca juga:Telkom Gelar Indigo Day, Belasan Startup Digital Pamer Kehebatan

“Semua berawal ketika teman saya yang punya brand sendiri, namun produknya itu dipalsuin oleh oknum yang nggak bertanggung jawab. Harganya dijual ke publik lima kali lebih murah. Usaha teman saya ini bangkrut dan harus tutup. Dari sini, saya kepikiran untuk bikin aplikasi yang mudah dipakai untuk mendeteksi barang orisinal agar terhindar dari produk KW,” jelas Co-founder dan CEO Authentic Guards, Muqsith Ahmadi kepadaUzone.idpada Rabu (29/8).

Dia melanjutkan, “melalui aplikasi mobile ini, pihak brand dan masyarakat sebagai user dapat memindai atauscanningQR Code yang kita tempelkan di tiap produk yang dijual. Nah, ketika sudah scanning, nanti pada layar ponsel kamu keluar keterangan bahwa produk ini orisinal, lengkap dengan rinciannya.”

(Co-founder dan CEO Authentic Guards, Muqsith Ahmadi. Dok. Uzone.id/Hani Nur Fajrina)

Jadi, model bisnis Authentic Guards ini adalah menjalin kemitraan dengan para brand untuk menggunakan QR Code yang siap ditempelkan di tiap produk. Tentu saja QR Code yang konsepnya sepertitagini dikembangkan sendiri oleh Authentic Guards. Tag tersebut menjadi penanda bahwa produk itu orisinal, bukan KW.

Dari penjelasan Muqsith, tiap brand harus memberikan informasi menyeluruh mengenai jenis produknya agar dimasukkan ke dalam sistem mereka. Setelah itu, mereka bisa mengajukan jumlah produk yang ingin diberitagAuthentic Guards.

“Biasanya sih per bulan banyak yang request 1.000 unit. Untuk angka segitu, kita kenakan biaya Rp3,5 juta. Ada juga yang meminta kontrak selama satu tahun. Sejauh ini kami sudah memegang 60 brand lokal Bandung, beberapa juga brand ternama,” sambung Muqsith yang mengagumi Elon Musk ini.

Authentic Guards pertama kali dibentuk pada Maret 2017. Tim ini merupakan salah satu lulusan inkubator Indigo Creative Nation dari PT Telkom. Dengan tim berisi 8 orang dan mayoritas tinggal di Bandung, operasi pemasaran mereka ada di Jakarta.

 

Nggak mudah edukasi ke masyarakat agar setop beli barang KW

Selama lebih dari satu tahun mengembangkan teknologi ini dari nol hingga mengantongi pendapatan sekitar Rp100 juta per bulan, bukan berarti nggak punya tantangan.

Dari sisi pengembangan produk, Muqsith mengaku selama ini berjalan lancar. Para brand sebagai klien juga diklaimnya mengaku merasa sangat terbantu berkat Authentic Guards ini.

“Mengedukasi ke masyarakat untuk mulai berhenti beli barang tiruan, barang KW, barang bajakan itu nggak mudah. Banyak yang sudah nggak mementingkan tingkat orisinal, yang penting kualitas mirip dan harga lebih murah. Padahal ini bahaya,” kata lulusan Binghamton University, New York ini.

Dari riset yang dilakukan tim Muqsith per 2017 lalu, secara global konsumsi barang tiruan mencapai US$456 miliar, sementara 30 persennya itu berasal dari produk palsu farmasi.

“Secara global, setiap tahunnya ada sekitar 1 juta orang meninggal dunia gara-gara mengonsumsi makanan atau obat-obatan palsu,” tambah Muqsith lagi.

Ia kemudian menyambung, “dari para brand dan tim kami ramai-ramai memberi informasi dan imbauan di media sosial, bahwa sebenarnya sindikat barang KW atau tiruan seperti tas, pakaian, dan lain sebagainya itu sama jahatnya dengan produk makanan dan obat-obatan palsu.”

Saat ini pengguna aplikasi Authentic Guards sudah mencapai angka 2.500 user yang tersebar di Indonesia dan Vietnam. Yup, Authentic Guards juga sudah aktif di Ho Chin Minh, Vietnam karena ada beberapa brand di sana yang telah menjalin kemitraan.

 

Pede metodenya aman

Metode yang digunakan adalah memindai QR Code yang ditempelkan di tiap produk orisinal. Lantas, apakah ada kemungkinan QR Code tersebut (lagi-lagi) ditiru oleh oknum jahat?

“Rasanya sulit, ya. Karena tiap QR Code ini sifatnya unik, sulit untuk ditiru. Kami juga kalau produksi tiap QR Code ini selalu massal, jadi rasanya mustahil aja tiap kode ini dipalsukan satu-satu,” jelas Muqsith.

Dia juga menambahkan, apabila kebetulan ada barang KW yang menggunakan QR Code ala-ala Authentic Guards namun sudah dijamin itu palsu, maka ketika kita ingin memindainya pakai aplikasi, yang keluar adalah tulisan “the product may be fake”.

Uniknya lagi, aplikasi Authentic Guards ini nggak hanya berfungsi sebagai alat pemindai QR Code barang orisinal saja, tapi masyarakat sebagai user juga bisa melihat informasi menarik seputar brand, produsen, distributor, hingga promo menggiurkan.

Selain itu, pendapatan mereka juga didapatkan dari metoderewardyang diterapkan kepada pengguna aplikasi. Jadi, setiap orang yang menggunakan aplikasi Authentic Guards untuk memindai QR Code, mereka akan mendapatkan jumlah poin tertentu. Poin-poin tersebut dapat dikumpulkan dan ditukarkan dengan promo-promo menarik dari e-commerce yang menjadi mitranya.

Ke depannya, Authentic Guards siap dirangkul Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) sebagai penyedia teknologi otentikasi bagi produk dari UKM.

Sejauh ini, aplikasi Authentic Guards baru tersedia di platform Google PlayStore pada perangkat berbasis Android.

So, say no to counterfeit products!

via GIPHY