Mengenal Perbedaan antara Ekstrover dan Introver

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Salah satu tipe kepribadian yang paling sering digunakan untuk mendeskripsikan seseorang adalah ekstrover dan intover. Orang-orang ekstrover digambarkan sebagai orang yang enerjik, terbuka, dan lebih senang bersosialisasi. Kebalikannya, orang-orang introver lebih tertutup, sulit bersosialisasi, dan lebih senang menyendiri.

Istilah ekstrover dan introver pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Carl Jung pada 1920. Ia meyakini sifat ekstrover dan introver bergantung pada energi seseorang. Seorang ekstrover akan menerima lebih banyak energi ketika bersosialisasi, sementara introver mendapatkan energi dalam ketenangan.

Ekstrover dan introver ditentukan dari DNA

Menurut Linda Blair kepada Business Insider, DNA dapat menentukan apakah seseorang menjadi introver atau ekstrover. “Ini berkaitan apa yang disebut gairah,” katanya. "Ini bukan gairah seksual, melainkan stimulasi yang dibutuhkan sebelum Anda bertindak, sebelum Anda melakukan apa yang ingin Anda lakukan."

Blair mengatakan, introver memiliki lebih banyak zat kimia yang memberikan gairah pada mereka. Hal ini menyebabkan introver lebih menghindari keramaian dan tekanan lain, karena dalam diri mereka sudah ada tekanan dari gairah mereka. Sebaliknya, ekstrover tidak memiliki zat kimia ini sehingga mereka bisa lebih bebas dan luwes dalam bergaul.

Cara kerja otak ekstrover dan introver pun sangat berbeda. Otak manusia akan melepaskan zat kimia yang disebut dengan dopamin yang akan membuat kita merasa gembira. Orang ekstrover membutuhkan lebih banyak dopamin agar merasa bahagia, sementara kebalikannya, orang introver tidak membutuhkan dopamin terlalu banyak untuk mencapai kebahagiaan.

Benarkah ekstrover lebih ceria?

Menurut peneliti dan penulis Dan Bueetner, dalam tulisannya di Psychology Today, sulit untuk mengatakan siapa sebenarnya yang lebih ceria.

Berbagai tes kepribadian seringkali menunjukkan bahwa ekstrover lebih ceria. Namun hal ini dikarenakan keceriaan diasosiasikan dengan aktivitas yang membutuhkan lebih banyak sosialisasi. 

Selain itu, faktor budaya juga menyebabkan kita menilai orang introver lebih ceria karena mereka lebih mudah bergaul. Di sisi lain, tekanan untuk bersosialisasi membuat introver malah menjadi mudah gugup dan merasa rendah diri serta menjadikan introver lebih murung.

Namun, di beberapa budaya yang lebih menghargai ketenangan dan tidak menekan seseorang untuk bersosialisasi, para introver justru merasa lebih bahagia karena tidak mengalami tekanan untuk bersosialisasi.

Sebuah survei yang dilakukan oleh Evite, situs yang menyediakan jasa undangan pesta, menunjukkan bahwa orang introver lebih sering menolak undangan pesta. Dari 2.000 orang yang mengisi survei Evite, sebanyak 59 persen introver mengaku merasa gugup saat menerima undangan dan hanya 43 persen yang merasa senang. 

Sebaliknya, 73 persen ekstrover mengaku merasa senang ketika menerima undangan. Selain itu, sebanyak 70 persen ekstrover akan bergaul dengan orang yang baru mereka kenal di pesta dan introver lebih memilih untuk berbicara dnegan orang yang mereka kenal.

Poros ketiga: ambiver

Selain ekstrover dan introver, ada juga orang yang memiliki kepribadian ekstrover sekaligus introver, yaitu si ambiver. Menurut psikolog organisasi Adam Grant, orang-orang ambiver memiliki kemampuan untuk memahami orang lain lebih baik daripada ekstrover ataupun introver karena mereka memiliki kemampuan untuk mendengar dan berbicara yang sama baik.

“Karena mereka secara alami seimbang antara mendengarkan dan berbicara, para ambiver cenderung mengekspresikan ketegasan dan antusiasme yang cukup dalam melakukan penawaran ketika berjualan, tetapi mereka juga cenderung mendengarkan minat pelanggan dan tidak tampil terlalu bersemangat atau terlalu percaya diri,” tulis Grant dalam sebuah studi mengenai keunggulan ambiver dalam perdagangan yang dipublikasi pada 2013.

Namun begitu, ambiver juga memiliki kelemahan. Karena mereka berada di tengah-tengah, ambiver seringkali kesulitan memahami dirinya sendiri sehingga kehilangan semangat ketika bekerja.

Nah, jadi yang manakah yang merupakan kepribadian kalian? Apakah kalian seorang ekstrover yang cinta bersosialisasi, intorver yang senang menyendiri, atau si ambiver yang berada di tengah-tengah?