Menghadapi Gejolak Emosi Setelah Divonis HIV
Wajar untuk mengalami guncangan emosi saat mendengar dokter mendiagnosis Anda dengan HIV. Selain melemahkan fisik, diagnosis HIV juga dapat mengubah dinamika hubungan Anda — termasuk dengan keluarga, teman, kolega, dan bahkan pasangan Anda. Tekanan besar dapat memberikan beban yang berat pada kehidupan Anda. Jadi, emosi apa saja yang dapat Anda rasakan dan bagaimana mengatasinya?
Apa yang mungkin Anda alami setelah diagnosis HIV?
Takut dan khawatir
Ketakutan adalah emosi yang umum dialami setiap orang saat mengetahui mereka memiliki HIV. Rasa takut dapat terkait dengan kekhawatiran bahwa teman-teman, kolega dan keluarga akan bereaksi negatif terhadap diagnosis HIV Anda atau tidak akan mendukung kesembuhan Anda, menurut lembaga Mental Health Care for People Living with or Affected by HIV/AIDS. Ketakutan juga dapat menjadi reaksi terhadap kemungkinan harus menjalani perawatan medis dalam jangka panjang, efek terapi dan obat-obatan pada tubuh Anda, dan kemungkinan harapan hidup yang memendek.
Cara mengatasinya:Tenangkan dulu diri Anda dan coba bicarakan dengan dokter tentang apa yang harus Anda atasi pada masa-masa awal ini demi mengendalikan dan mencegah memburuknya penyakit. Cobalah untuk terbuka dan sejujur mungkin dengan keluarga dan teman dekat, terutama pasangan Anda, tentang kondisi Anda. Menghabiskan waktu bersama dengan orang-orang terdekat dapat memadamkan pikiran negatif.
Rasa malu dan bersalah
Cap negatif yang terkait dengan diagnosis HIV dan AIDS dapat menyebabkan Anda diselimuti perasaan bersalah atau malu. Setelah diagnosis awal, wajar jika Anda merasa ini adalah salah Anda, serta rasa takut ditinggalkan oleh orang-orang terdekat dapat merusak diri Anda dari dalam. Anda juga dapat merasa Anda tidak lagi diinginkan.
Cara mengatasinya:Ingatlah bahwa HIV adalah penyakit sama seperti penyakit hati atau kanker. HIV tidak akan menyebar apabila Anda tahu cara melindungi diri dan orang sekitar daripenyebaranvirusnya. Cobalah untuk menjelaskan hal tersebut pada orang-orang di sekitar. Anda dapat bergabung dengan kelompok sosial dimana pasien HIV dapat menemukan bantuan dan dukungan moral maupun sosial. Anda akan dibantu dan dimengerti. Jangan pula menghindar dari berbicara dengan orang-orang karena mereka dapat berpikir bahwa penyakit Anda berbahaya, serta menciptakan jarak antara Anda dan orang lain.
Depresi dan terkucilkan
Anda mungkin merasa putus asa setelah diagnosis awal. “Individu dengan HIV terbukti lebih mudah mengalami kesepian daripada populasi orang-orang sehat,” ungkap profesor psikologi Tiffany McDowell. McDowell juga menyebutkan bahwa orang-orang yang positif HIV sangat lebih rentan untuk mengalamidepresi. Stigma sosial yang juga ikut menghakimi kerabat/keluarga dekat dari pasien HIV juga berperan terhadap kurangnya kemauan untuk mendukung pasien menjalanipengobatan.
Cara mengatasinya:Jangan berdiam di rumah sepanjang hari. Pergi ke luar dan ikuti aktivitas sebanyak mungkin.Berolahragasetiap pagi dan melakukan hal sederhana seperti beres-beres rumah dapat memperbaiki emosi Anda. Orang-orang sekitar akan selalu menghargai siapapun yang berani dan tangguh untuk mati-matian berjuang melawan penyakit dan memiliki pandangan positif terhadap kehidupan.
Isu psikologis
Apabila Anda didiagnosis dengan HIV atau AIDS, Anda mungkin lebih berisiko mengalami gangguan stres pasca trauma, aliasPTSD. Penting untuk diingat bahwa ada beberapa waktu tertentu yang membuat Anda jauh lebih rentan untuk mengalami tekanan psikiatrik, seperti sesaat setelah diagnosis, pada awal munculnya gejala, dan saat rawat inap pertama Anda.
Cara mengatasinya:Dalam kasus ini, selalu berada di dekat orang-orang yang sayang dan peduli dengan Anda adalah cara terbaik untuk mengatasi isu tersebut. Keluarga memiliki kekuatan “magis” yang dapat membantu Anda untuk mengatasi setiap asam garam kehidupan.
Kini telah ditemukan berbagai cara untuk mengatasi HIV dan mencegah memburuknya kondisi. Masih ada harapan untuk pasien HIV. Penting untuk selalu berpikiran positif dan mematuhi gaya hidup sehat, yang terutama sangat penting di masa-masa awal diagnosis HIV. Jangan lupa, apapun yang terjadi, ada banyak orang yang mendukung Anda, terutama keluarga Anda.
Hello Health Grouptidak memberikan nasihat medis, diagnosis, maupun pengobatan.
The postMenghadapi Gejolak Emosi Setelah Divonis HIVappeared first onHello Sehat.