Menguak Kisah di Balik Lembah Kemenyan Wadi Dawkah
Selama lebih dari 5000 tahun, orang-orang Arab telah memperdagangkan rempah-rempah khas ke mancanegara. Salah satu yang diperdagangkan adalah kemenyan langka yang hanya tumbuh di ujung selatan Semenanjung Arab.
Tumbuhan kering penghasil getah aromatik ini sudah sejak lama diperdagangkan oleh para kafilah. Dibawa melintasi Gurun Sinai ke Mesir, melewati rute yang dikenal sebagai "Jalur Dupa".
(Foto: viktor.manuela/Flickr)
Selanjutnya, menggunakan kapal-kapal menyeberangi Laut Mediterania, kemenyan khas Arab itu dijual ke negara-negara Eropa hingga Asia. Orang-orang Yunani, Romawi, Mesir, Israel dan sejumlah wilayah lain, pada zaman dulu, konon sangat menyukai jenis tumbuhan ini dan banyak menggunakannya sebagai parfum untuk ritual penguburan, upacara keagamaan, sesajen persembahan hingga bahan untuk pembalseman.
Selain sebagai wewangian, kemenyan ini dipercaya memiliki banyak kegunaan lain. Asap dari pembakarannya diyakini mampu mengusir nyamuk dan serangga lainnya.
Oleh masyarakat pada zaman dahulu, kemenyan ini juga kerap digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti bisul, hipertensi, mual, demam, gangguan pencernaan, batuk, hingga pemulihan pasca melahirkan.
Karena memiliki banyak kegunaan, perdagangan kemenyan ini pun berkembang pesat antara abad ke-13 SM sampai abad ke-4 M. Alhasil, para pedagang Arab kala itu menjadi orang-orang terkaya di dunia.
(Foto: Adriaan Bloem/Flickr)
Namun seiring waktu, popularitas kemenyan khas Arab mulai menurun. Terlebih setelah Kristen menjadi agama dominan di Eropa. Tradisi kremasi digantikan oleh penguburan sehingga permintaan kemenyan pun menurun signifikan.
Populasi pohon kemenyan pun perlahan ikut menurun. Dan menjadi kian habis tatkala terjadi pembakaran, penggembalaan hingga serangan kumbang. Meski begitu, salah satu situs asli dimana pohon kemenyan Arab ini tumbuh, masih bertahan sampai sekarang.
Situs yang dimaksud adalah Wadi Dawkah di Oman. Lembah kering ini ditumbuhi sekitar 5000 pohon kemenyan tua yang usianya diperkirakan lebih dari 200 tahun. Getah-getah pohon tersebut masih dipanen oleh suku-suku lokal di sini sampai sekarang.
Dan saat ini, pohon-pohon kemenyan di Wadi Dawkah, bersama dengan sisa-sisa oasis kafilah masa lalu menjadi salah satu situs warisan dunia UNESCO dan dinamakan sebagai "The Land of Frankincense Sites".
(Sumber: amusingplanet.com)