Mengubah Perilaku Sosial Tinggal di Apartemen

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Meningkatnya kebutuhan hunian bagi masyarakat modern perkotaan, telah mendorong sejumlah pengembang untuk mulai mengembangkan apartemen.

Apabila selama ini pengembangan apartemen lebih banyak membidik pasar menengah ke atas, beberapa pengembang kini mulai merambah pasar kelas menengah bawah. Mereka meyakini hal itu akan sejalan dengan program sejuta rumah yang dicanangkan pemerintahan Presiden Joko widodo. 

Membidik kalangan pekerja atau menengah ke bawah untuk tinggal di hunian vetikal tentunya bukanlah pekerjaan mudah. Mengubah kebiasaan hidup mereka yang tinggal di hunian tapak ke hunian tinggi membutuhkan waktu dan keseriusan karena ada aspek sosial dan sejumlah ketentuan yang harus dipatuhi. Hal itu dibutuhkan agar para penghuninya tetap nyaman dan aman.

"Ini sudah dipikirkan, nanti ada anak perusahaan yang akan mengelola apartemen ini," kata Djabah Soekarno, Pimpinan pengembang Adhidaya Bangun Nusantara (ABN), Rabu (14/6).

Pihaknya bersama PT Adhi Persada Properti (APP) telah sepakat untuk menandatangani nota kesepahaman membangun 300 ribu unit apartemen bagi kelas memengah di Jakarta dan Surabaya. Selain untuk mempercepat terwujudnya program sejuta rumah, gagasan itu juga mendorong masyarakat untuk segera memiliki rumah sendiri yang layak. 

Presiden Direktur PT APP, Agus Sitaba mengakui perlu waktu untuk merubah kebiasaan masyarakat agar dapat tinggal di hunian bertingkat. Mereka harus lebih tertib, memiliki sikap tenggang rasa dan mematuhi aturan tinggal di hunian tinggi. Pihaknya juga sudah memperhitungkan aspek sosial yang akan muncul. "Nanti akan ada perhimpunan penghuni dan keamanan 24 jam," katanya.

Menurut Djabah, untuk hunian yang layak setidaknya mereka tinggal di hunian tipe 36 atau apartemen yang terdiri dari dua kamar. Kisaran harga tidak lebih dari Rp 8,5 -11 juta permeterpersegi tergantung lokasi. Proyek apartemen yang bernama Adhi Graha Nusantara akan tersebar di sejumlah lokasi di Bantar Gebang, Bekasi, Tangerang, Depok dan wilayah lain yang memiliki sarana transportasi publik. Proyek prestisius yang menghabiskan anggaran investasi hingga Rp 91 triliun ini, diharapkan akan selesai dalam lima tahun mendatang.