Mengulik Sejarah Popularitas Celana Chino

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Celana chino yang belakangan ini gemar digunakan banyak kalangan, ternyata memiliki sejarah yang cukup panjang.

Sebelumnya, chino memiliki reputasi yang kurang bagus karena dikenal sebagai celana yang 'biasa' saja dan tidak memiliki nilai yang spesial.

Melihat kenyataan ini, desainer pun berjuang untuk memodifikasi celana chino agar kembali disukai oleh orang-orang. Mulai dari membuatnya lebih pas di kaki, mewarnainya dengan warna yang lebih gelap, hingga membuatnya dari material kain yang lebih ringan. 

Walaupun begitu, chino pernah menjadi tren pasca Perang Dunia II. Pabrik-pabrik pemintalan kapas di Carolina Utara, Cramerton Mills, adalah pemasok kapas terbesar yang digunakan untuk membuat jutaan celana prajurit militer di Perang Dunia II.

Setelah perang berakhir, prajurit-prajurit militer ini menggunakan celana perangnya dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Akibatnya, masyarakat umum pun turut mengenakan celana ini ketika pergi ke kampus dan ke kantor. Tahun 1950an pun menjadi masa kejayaan bagi celana chino.

 

Pada tahun 1970-an, pabrik-pabrik milik Cramerton ditutup dan diambil alih produksinya oleh pihak lain. Kain-kain yang diproduksi oleh Cramerton pun mengalami penciptaan ulang supaya tetap diminati oleh masyarakat. Label Abercrombie & Fitch menggunakan kain katun yang diproduksi untuk menciptakan celana yang longgar dan bernuansa klasik. Bukannya ditinggalkan, celana chino justru kembali disukai oleh masyarakat.

Kini, celana chino dipakai oleh berbagai kalangan, baik figur publik, pekerja kantoran, hingga pelajar. Celana chino pun terus dikreasikan dengan berbagai model, seperti menciptakan celana chino dengan berbagai warna. Celana yang dulunya dianggap membosankan, kini tampil secara lebih segar dan mampu menjawab berbagai permintaan gaya.


Baca juga artikel:
Cara Pria Tampil Gaya dengan Celana Pendek
Mengulik Sejarah Singkat Denim pada Fashion Pria
5 Sosok yang Mengubah Tren Mode Pria Abad 21








TEKS: HAVIERA RAHMA
EDITOR: HAPPY FERDIAN
FOTO: DOK. ESQUIRE