Menikmati Aneka Racikan Teh di Kedai Teh Lewis & Carroll

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising


Lewis & Carroll kembali mengangkat teh sebagai sajian utama, seperti saat Alice dijamu March Harre, Hatter, dan Dormouse di pesta teh dalam Alice's Adventure in Wonderland.

Clive Staples Lewis dan Lewis Carroll menjadi inspirasi kedai teh Lewis & Carroll. C.S. Lewis merupakan penulis kisah terkenal The Chronicles of Narnia. Sedangkan Lewis Carroll adalah pengarang cerita legendaris Alice's Adventures in Wonderland.

"Kebetulan, dalam dua cerita itu ada tokoh yang berkaitan dengan teh," ujar Edward Tirtanada, Direktur Lewis & Carroll, kepada Tempo. "Itu sebabnya semboyan kami 'It's always tea time'."

Kedai di jalan Bumi, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, itu menjadi satu dari sedikit rumah teh di Jakarta. Mereka tidak setengah-setengah dalam mewujudkan konsepnya. Ada suguhan 54 racikan teh. "Kami mendapatkan bahan baku teh lokal dari sejumlah perkebunan, lalu kami blend sendiri dengan beberapa bahan yang diimpor dari Jerman," kata Edward.

Bahan itu termasuk campuran berupa buah-buah kering atau aromatik yang membikin racikan mereka menjadi khas. Contoh saja Pineapple Paradise, yang punya warna kekuningan dan aroma nanas, pepaya, mangga serta buah tropis lainnya. Ada juga Essence of Eden, yang punya aroma apel Turki. "Jenis teh beraroma buah ini memang menjadi satu favorit yang banyak dicoba pengunjung," ujar Edward.

Amanda Vebriyanti, misalkan, sengaja datang untuk mencoba Pineapple Paradise. "Rasanya segar dan ternyata takaran tehnya cukup banyak," kata perempuan berusia 27 tahun ini. Untuk satu gelas teh signature seharga Rp 40 ribu dan disajkan dingin, Anda bisa mendapatkan kurang-lebih 500 mililiter. Kategori signature merupakan yang paling banyak tersedia. Selain itu, ada heritage tea dan legacy tea.

Khusus untuk legacy tea, mereka hanya punya satu jenis, yaitu pu ehr black tea yang berusia 17 tahun. "Teh itu punya sifat yang mirip anggur, semakin tua semakin pekat rasanya," kata Edward. Teh ini bisa disajikan delapan kali seduh. "Kalau jenis teh biasa semakin tidak enak kalau diseduh berkali-kali, sebaliknya dengan jenis ini," kata Edward. Itu sebabnya teh langka ini dibanderol Rp 300 ribu.

Untuk urusan desain tempat, Edward sengaja memilih konsep kafe modern Jepang. Pendekatan minimalis dan bersih menjadi perhatian utamanya. Langit-langit ruangan yang tinggi, meja-meja marmer, serta penggunaan banyak elemen kaca memang disengaja. "Saya memang suka dengan gaya modern kafe Jepang. Bahkan saya sampai beli bukunya," tuturnya.

Walaupun teh menjadi jualan utamanya, Edward juga tidak mau asal-asalan menggarap menu masakan. Selain cemilan semacam Truffled Fries (kentang goreng dengan jamur truffle) ataupun Mashed Potato (kentang rebus dengan brokoli berlumur keju), mereka menyediakan menu all-day breakfast, sajian makanan utama, hingga dessert berupa Matcha Panna Cotta yang menjadi favorit banyak pengunjung.

Lewis & Carroll juga memandu para pengunjung dengan pilihan menu vegetarian. Tidak ada sajian yang mengandung babi di sana.

KORAN TEMPO

Berita lainnya:
10 Kelebihan Teh daripada Kopi
Mengenal Keajaiban Teh Matcha
Terbiasa Minum Teh, Rasakan 5 Manfaatnya

Berita Terkait: