Menilik Penyebab Tawuran Warga di Pasar Rumput
Tawuran antarwarga yang terjadi di kawasan Pasar Rumput, Jakarta Selatan, memang berlarut-larut. Warga saling serang hanya karena tersulut lemparan botol dan mercon.
Tidak hanya sehari tawuran terjadi. Jeda sebentar, tawuran kembali lagi terjadi. Akibatnya, kendaraan tidak bisa melintas dan dialihkan ke jalan lain.
Polisi pun disiagakan untuk menjaga supaya tawuran itu tidak kembali terjadi.
"Kita siagakan beberapa, karena personel habis untuk pengamanan Asian Games. Mereka (yang tawuran) kok enggak toleransi di saat seperti ini?" kata Kapolres Jakarta Selatan Kombes Indra Jafar.
Terkait kondisi tersebut, polisi menduga aksi tawuran antarwarga yang terjadi sengaja dirancang oleh suatu pihak untuk mengalihkan perhatian demi suatu kepentingan, salah satunya transaksi narkotika.
"Indikasinya bisa seperti itu, mereka sengaja mau buat ramai," kata Kapolres Jakarta Selatan Kombes Indra Jafar di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Jumat (24/8).
Terkait dugaan tersebut, polisi masih terus menyelidiki. Selain transaksi narkotika, polisi berasumsi, tawuran itu dirancang agar harga jual tanah di sekitar lokasi turun sehingga menguntungkan pihak tertentu.
Menelaah konflik
Dugaan-dugaan yang bermunculan terkait tawuran di kawasan Pasar Rumput memang bukan tanpa alasan. Menurut Psikolog Forensik Reza Indragri, kondisi masyarakat di sekitar Pasar Rumput cenderung semrawut.
"Ingat Broken Window Theory. Di wilayah semacam itu, hukum tidak terasa. Alhasil, dengan gampangnya orang baik-baik ternyata juga bisa sekonyong-konyong berperilaku bak bandit," jelas Reza kepadakumparan, Jumat (24/8).
Dalam hal ini, Reza menyebut yang terjadi di kawasan Pasar Rumput adalah konflik horizontal. Untuk memahaminya, harus ditelaah dengan tiga level.
"Pertama, pemicu biasanya sepele. Lalu, menengah dalam hal ini eksploitasi atau nilai-nilai pelestarian kekerasan. Ketiga, dalam yaitu narkoba dan lahan," sebut Reza.
Selain itu, konflik ke depannya akan semakin runyam bila ada oknum yang bermain di dalamnya.
Dengan demikian, karena berhadapan dengan tiga level yang berbeda, tak cukup hanya polisi yang bekerja untuk menyelesaikan. Pihak-pihak lain perlu digandeng dalam hal ini, sebut saja pemuka masyarakat, BNN, Pemerintah Daerah, dan para alim ulama. Untuk Pemda, Gubernur Anies Baswedan berkomitmen akan memasang CCTV guna memantau lokasi supaya tawuran bisa terhindarkan.
Sementara itu, warga asli sekitar Pasar Rumput, Sunarto, menuturkan fakta yang hampir sama dengan dugaan polisi.
"Banyak hal bisa karena rebutan lahan, akan masuknya barang terlarang. Khusus Pasar Rumput awalnya rebutan lahan tapi karena bertahun-tahun kedua pihak sudah banyak jatuh korban sudah jadi musuh abadi alasan kecil jadilah tawuran," jelas Sunarto kepadakumparan.