Menjajal Teh Susu Khas India di Kedai Teko Bandung

pada 8 tahun lalu - by


Kedai Teko merupakan kedai rumahan dengan furnitur sederhana yang kuno laksana di rumah nenek. Kedai ini beralamat Jalan Neglasari 4, Ciumbuleuit, Bandung, Jawa Barat.

Pengunjung bisa memilih nuansa pemandangan dari berbagai sudut di Kedai Teko. Salah satu sudut favorit pengunjung adalah deretan kursi di sebuah balkon yang menghadap ke taman. Asyik jika ditemani secangkirchai tea,minuman andalan kedai Teko.

Kepulan asap dan aroma teh keluar dari teko yang menjadi ciri khas penyajian di kedai ini. Di balik kepulan itu, rajangan rempah membaur dengan teh yang sudah tercampur susu. Sangat menyegarkan. Rasa gurih mampir pertama di lidah, manis, dan kemudian hangat di tenggorokan.

Chai teamerupakan teh khas India yang dicampur susu dengan bubuhan kayu manis, cengkeh, dan jahe. Banyak pelanggan memesan teh macam ini.Chai teadijadikan menu andalan. Selain menyajikan varian minuman teh lokal, Kedai Teko menyuguhkan teh dari mancanegara. Sebut saja teh Turki, teh obeng Singapura, teh hijau Jepang, atau teh sarapan dari Inggris. Semuanya terangkum dalam 20 lebih varian teh.

Untuk pilihan kudapan, pengunjung bisa mencobapoffertjes, pancake dari Negeri Kincir Angin yang dilumuri gula merah dan gula bubuk. Dihidangkan panas langsung dari wajan panggangan, dilengkapi dengan kinca (gula merah cair) dan gula halus, pas sekali untuk menemani nikmatnya menyeruput teh di tengah udara dingin. Rasa manis gula merah cair pun legit meresap ke dalampoffertjesyang terasa gurih. Tambah manis apabila dicocol gula pasir. Kedai ini juga menyediakan pasta, ravioli,sandwich, aneka masakan nasi goreng, dan sup. Semua diracik dengan resep rumahan.



Harga makanan dan minuman di kedai yang kerap menjadi tempat kongko mahasiswa ini cukup terjangkau. Para pengunjung Kedai Teko kebanyakan pelanggan tetap. Kenikmatan kedai ini hanya diketahui orang melalui mulut ke mulut. Karena itu, tak ada papan nama besar di depan kedai.

Bagaimana ceritanya Kedai Teko bermula? pemiliknya,Tetsi Satmoko Waworoentomengaku tak pandai memasak dan tak pernah punya keinginan mengelola kedai. Dia hanya seorang ibu rumah tangga yang sempat mengenyam pendidikan di Utrecht, Belanda. Empat anaknyalah yang memaksa Tetsi membuat kedai. Pada 1996 kedai berdiri. "Agar saya terus berkegiatan," kata oma yang sudah memiliki tujuh cucu ini.

Konsep Tetsi dalam membuat kedai sangat sederhana, dia hanya ingin dirinya dan pelanggannya senang dan nyaman. Yang baru pertama kali datang ke kedainya tidak merasa canggung. Pendekatannya dengan cara berbincang dengan pengunjung membuat suasana jauh lebih intim. "Kita semua cari senang, toh?" kata mantan guru bahasa Belanda di Universitas Parahyangan, Bandung, itu.

Di kedai ini, selain menikmati teh, pengunjung bisa mendengarkan sejarah teh dari Tetsi. "Saya tahu sedikit soal sejarah teh, dan semua yang ingin tahu bisangobrolsoal teh di sini," ujarnya dengan sedikit merendah. Kedai ini bagi pengunjung seperti Laksmana Mulai suasana yang nyaman menjadikan tempat ini cocok untuk menyatakan cinta.

KORAN TEMPO

Berita lainnya:
Tip Menghindari Ruam pada Bayi
Identifikasi Awal Autisme Dapat Dideteksi Lewat Gadget
Rebutan Saung Sangkar Burung di Restoran Saung Layaran Ancol