Menyantap Telur Penyu, Mendulang Kepunahan

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Sebagai sebuah daerah yang berada di kawasan pesisir Indonesia, Provinsi Bengkulu dianugerahi banyak pantai yang memiliki beragam potensi. Salah satu pantai yang menyimpan potensi alam adalah Air Hitam di Kabupaten Mukomuko. Tempat ini bahkan menjadi Taman Wisata Alam andalan Provinsi Bengkulu.  

Menurut data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung, ada tujuh jenis penyu di dunia. Enam jenis di antaranya hidup di perairan Indonesia.

Dari enam jenis penyu tersebut, empat jenis mendarat dan bertelur di pesisir Bengkulu, yaitu Penyu Sisik(Eretmochelys imbricata), Penyu Hijau(Chelonia mydas), Penyu Pipih(Natator depressus), dan Penyu Belimbing(Dermochelys coriaceae).

Sayangnya persoalan yang melanda Bengkulu adalah maraknya perdagangan telur penyu, tentunya ini merupakan aktivitas ilegal.

Namun hal ini murni bermotif kebutuhan ekonomi. Oknum nelayan mengambil telur penyu karena adanya permintaan dari pasar, khususnya sektor kuliner.

Banyak komunitas di Bengkulu yang terlibat untuk menghentikan aksi yang dilakukan oleh oknum nelayan, sayngnya selama ini terasa seperti bermain kucing-kucingan.

Pada awal Maret 2018, Komunitas Lestari Alam Laut untuk Negeri (Latun) resmi terbentuk dan berisiatif memutus rantai perdangan penyu dengan cara menebus telur penyu.

"Paling murah harganya Rp5 ribu. Belinya pun harus per sarang, isinya sekitar 80 sampai 100 butir. Kalau sudah di pasar harganya bisa Rp10 ribu per butir," ujar Koordinator Komunitas Latun, Ari Anggoro, saat dihubungi melalui sambungan telepon olehCNNIndonesia.compada pekan kemarin.

Pria yang saat ini mengajar di salah satu perguruan tinggi di Bengkulu ini, menceritakan alasan mengapa komunitasnya berinisiatif untuk menebus telur penyu yang dijual nelayan. Padahal sudah jelas perdagangan telur penyu adalah perbuatan yang melanggar hukum dan sangat bisa ditindak.

Menurut Ari tujuan akhir dari kegiatan membeli telur penyu dari nelayan adalah menelusuri jalur perdanganannya. Selama ini Komunitas Latun melakukan pendekatan secara persuasif ke nelayan yang masih mengambil telur penyu untuk dijual.

"Kami ingin membina para nelayan, bahwa yang mereka lakukan itu melanggar hukum. Kalau mereka tidak mau dibina baru kita lakukan penindakan. Kalau kami langsung lakukan penindakan, maka kami tidak akan dapat jalur tersebut," ujarnya.

Aktivitas perdagangan telur penyu ini, Ari melanjutkan, dikarenakan adanya beberapa rumah makan yang menyediakan telur penyu. Menurut Ari rumah makan di Kota Bengkulu menjualnya secara sembunyi-sembunyi, namun tidak dengan di beberapa lokasi.

Kegiatan ini jelas tidak bisa berjaan tanpa dukungan banyak pihak, Ari mengatakan bahwa banyak pihak yang terlibat dalam kegiatan donasi untuk menebus telur penyu.

Komunitas Latun tidak mematok besaran donasi yang diberikan, karena mereka ingin sumbangan itu sifatnya suka rela seiring dengan tumbuhnya kesadaran masyarakat.


Sebelum Komunitas Latun berdiri, sudah banyak komunitas di beberapa Kabupaten di Bengkulu. Komunitas-komunitas itu memiliki fokus yang berbeda, Ari menambahkan, ada yang fokus ke penyu, mangrove, hingga pembudidaya ikan. Namun mereka tetap berada dalam sebuah jalur.

"Kami bergabung dalam keluarga Marine Conservation Education Program (MCEP). Intinya kami mengedukasi tentang ekosistem yang berhubungan dengan maritim," pungkasnya.


Berita Terkait