Adaro Pelopori Penggunaan Minyak Jelantah untuk Bahan Bakar Mobil

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

PTAdaroEnergy melalui anak usahanya PT Adaro Indonesia tengah menguji coba penggunaan campuran minyak nabati sebesar 20% ke Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar (B20). Perusahaan besutan Garibaldi Thohir atau yang akrab disapa Boy Thohir ini bahkan tidak hanya menggunakan minyak sawit, tapi juga jelantah sebagai bahan campuran.  

Uji coba penggunaan campuran minyak nabati sebesar 20% ini sejalan dengan Peraturan Presiden yang segera diterbitkan. Aturan itu akan mewajibkan penggunaan B20 mulai 1 September 2018. “Adaro taat terhadap peraturan pemerintah mengenai biofuel. Kami mendukung program pemerintah,” kata GM External Relations PT Adaro Indonesia, Rizki Dartaman, Jumat (10/8).

Meski masih uji coba B20, Adaro sudah mengimplementasikan kebijakan B10 dan B15 untuk seluruh unit kendaraan yang diperkirakan mencapai 1.500. Pasokan biofuel B10 dan B15 ini berasal dari Pertamina dengan volume 637 juta untuk tahun 2018 atau sekitar 2,5 juta liter per hari.

Sementara itu, Supervisor Biofuel Adaro Energy Kharis Pujiono mengatakan uji coba B20 ini dilakukan menggunakan minyak jelantah dan sawit. Penggunaan campuran minyak jelantah ini diuji cobakan untuk kendaraan ringan dengan kapasitas mesin 2.000 cc atau sejenis mobil ELF. Sedangkan uji coba minyak sawit untuk truk jungkit (dump truck).

Dengan uji coba itu, Adaro mengklaim jadi perusahaan yang pertama kali memanfaatkan limbah minyak jelantah meskipun tidak ada kewajban dari pemerintah. Tidak hanya di daerah operasional, Adaro menjadi pionir pengimplementasian pengolahan minyak jelantah untuk bahan bakar nabati di tingkat nasional, khususnya industri pertambangan batu bara.

Menurut Kharis, bahan baku minyak jelantah ini berasal dari jasa boga yang memasok makanan untuk pekerja tambang Adaro. Saat ini kebutuhan biodiesel dari minyak jelantah ini mencapai 350 liter per unit.

Sejak 2016, ada enam kendaraan ringan yang diujicobakan. Selama masa percobaan hingga kini tidak ada kendala dalam uji coba tersebut. “Dari hasil pengalaman kami tidak terjadi masalah dan ini jadi lebih irit," ujar Kharis.

Adapun untuk pencampuran minyak kelapa sawit dan Solar Adaro bekerja sama dengan Komatsu dan United Tractor sejak 2009. Mereka membangun pabrik pengolahan biodiesel berstandar Eropa dengan kapasitas produksi 1,1 hingga 1,2 ton per hari.

(Baca:Program Mandatori Biodiesel 20% Efektif Berlaku 1 September)

Campuran minyak sawit ke Solar ini diujicobakan untuk dua unit truk jungkit. Kebutuhan minyak sawit mencapai 3.600 liter dalam satu tahun.