Moms, Ini yang Bisa Anda Lakukan untuk Membantu Korban Tsunami
Kota Palu, Sulawesi Tengah, lumpuh total pascagempa berkekuatan 7,4 magnitudo dan tsunami, pada Jumat (28/9) sore. Sejumlah bangunan dan fasilitas umum rusak parah akibat diterjang tsunami setinggi 1,5 meter.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) masih terus melakukan evakuasi terhadap korban gempa di Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah. Hingga Minggu (30/9), korban tewas sudah tercatat sebanyak 832 orang, dengan korban tewas di Kota Palu berjumlah 821 orang dan di Donggala sebanyak 11 orang.
Sebagai ibu, hati Anda tentu tergerak untuk membantu para korban bencana alam di Donggala dan Palu. Namun jangan asal memberikan bantuan, Moms. Bila tak bijak, tanpa disadari Anda malah bisa buat mereka lebih susah atau bantuan Anda jadi sia-sia.
Oky Setiarso, pendiri gerakan#IdeKecilUntukIndonesia,sebuah gerakan yang memfasilitasi kelas belajar anak, edukasi gizi dan kesehatan, serta respons darurat bencana, memberikan pandangannya. KepadakumparanMOM, Oky memberikan panduan kepada para ibu jika ingin memberikan bantuan kepada korban bencana alam.
1. Bijakah membagikan informasi di media sosial
Sebagai ibu Anda harus bijak membagikan informasi di media sosial. Jangan langsung membagikan foto-foto atau video jika belum terbukti kebenarannya. Membagikan foto korban bencana alam juga tidak boleh dilakukan. Anda harus menghargai keluarga atau kerabat korban yang berduka. Selain itu, tidak semua orang nyaman melihat foto atau video korban gempa. Pada sebagian orang, melihat foto-foto seperti bahkan bisa menimbulkan trauma.
"Foto anak yang kena bencana juga harusnya diburamkan karena kesannya negatif. Bisa disalahgunakan juga, misalnya ada pihak-pihak yang menyalahgunakan informasi, seperti disalahgunakan oleh pedofilia atau bisa digunakan untuk kejahatan lain," jelas Oky kepada kumparanMOM, Minggu (30/9).
Daripada menyebarkan informasi yang kurang bermanfaat, lebih baik Anda melakukan beberapa hal ini, Moms:
- Mengikuti progres lewat jalur yang berkompeten. Terkait respons bencana maka ada BNPB dan BNPD di jalur utama.
- Saling membagikan informasi yang valid misalnya informasi nomor-nomor telepon penting, misalnya kontak BNPB/BNPD, pihak-pihak yg membuka /menyediakan bantuan langsung di lokasi misalnya toko,rumah makan atau dapur umum.
2. Mengorganisir bantuan dengan tepat
Anda harus bisa memilah bantuan yang tepat guna. Selain itu, pastikan pula bantuan bisa terkirim tepat waktu, sehingga bantuan yang Anda berikan bermanfaat untuk para korban bencana tsunami.
"Kalau membantu pakaian, jangan asal 'memindahkan lemari pakaian' ya, harus dipilih yang layak pakai. Pikirkan juga untuk pakaian bayi dan lansia. Untuk menyalurkan bantuan, Anda bisa memilih lembaga yang kredibel. Maksudnya punya pengetahuan dan pengalaman dalam menyalurkan bantuan," tegas Oky.
Selain itu, jika Anda ingin memberikan bantuan berupa pakaian ada beberapa hal lagi yang harus Anda perhatikan, seperti:
-Bantuan pakaian hendaknya mengakomodir kebutuhan berbagai tahapan usia juga jenis kelamin. Kerap terjadi lebih banyak pakaian untuk perempuan daripada laki-laki.
- Untuk wilayah mayoritas berpenduduk agama Islam, bantuan berupa sajadah, mukena, kerudung atau jilbab, sarung, peci akan sangat membantu.
- Pakaian dalam juga sangat dibutuhkan. Untuk ini sebaiknya berikan yang baru bukan yang bekas.
- Peralatan mandi seperti handuk, sabun, pasta gigi, sikat gigi, pembalut wanita, serta wadah pembungkus pembalut selesai pakai, dan pengelolaan sampahnya.
3. Memberikan bantuan pangan sesuai kebutuhan
Sebelum menyumbangkan makanan instan seperti mie atau minuman kemasan, sebaiknya pertimbangkan beberapa kerugiannya dulu, Moms. Perlu diketahui, masalah pencernaan yang biasanya terjadi di posko pengungsian biasanya karena terlalu banyak mengonsumsi mie instan. Ingat, korban bencana alam sangat penting diperhatikan gizinya.
"Pada anak usia 0-6 bulan itu hanya diberi ASI atau susu formula saja, anak 6-12 bulan bisa diberi makanan disaring atau dicincang. Sementara anak di atas 1 tahun bisa diberikan makanan dewasa. Sebisa mungkin menghindari makanan instan seperti mie atau minuman kemasan, karena gula dan garam bisa saja berlebihan. Risikonya bisa terkena diabetes dan turunannya," jelas Oky yang juga Ahli Kesehatan Masyarakat.
Daripada mengirimkan bantuan berupa makanan instan, Oky menyarankan, lebih baik Anda memfasilitasi lembaga yang bisa mengelola dapur umum untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, anak, orang dewasa, serta lansia.