MTQ di Istana Kepresidenan Sepi Peserta, Kok Bisa?

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

KompetisiMTQ(Musabaqah Tilawatil Quran) di Istana Kepresidenan tak seramai yang dibayangkan awak media, Senin, 12 Juni 2017.

Dari proyek 100 peserta, tak sampai 50 peserta yang hadir. Hal itu tampak dari sajadah seluas 100 meter persegi di tengah Istana Negara yang tak terisi sampai separuhnya.

Menurut Direktur Penerangan Agama Islam Kementerian Agama, Khaeruddin, minimnya peserta ini bukan karena rendahnya minat. Sebaliknya, menurutnya, kompetisiMTQini diminati namun tak semua calon pesertanya mampu untuk mengikuti. Calon peserta yang dimaksud di sini adalah anak yatim piatu.

Baca juga:
Menteri Lukman Mengklaim MTQ Kembali ke Khittahnya

"Terus terang tidak mudah menggelar acara ini. Tidak semua lancar membaca Al-Quran. Tapi, yang hadir hari ini, semuanya benar-benar asli anak yatim piatu," ujar Khaeruddin di Istana Negara. 


Berdasarkan keterangan yang diterima Tempo, total peserta yang dijadwalkan hadir dalam kompetisi MTQ pertama khusus anak yatim piatu ini adalah 33 orang. Namun, ketika acara dimulai pada pukul 11.42 tadi, molor 42 menit dari jadwal semula, hanya 18 yang hadir.

Baca pula:
Membuka MTQ, Presiden Jokowi Kritik Sifat Serakah

 

Kehadiran 18 peserta tersebut hanya mampu menutupi sebagian kecil lokasi kompetisi. Meski para pendamping peserta, staf Istana Kepresidenan, maupun staf kementerian ikut duduk di arena kompetisi, tak sampai separuh lokasi terisi.

Menanggapi sepinya peserta, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy selaku pembuka acara hanya bisa maklum. Menurutnya, memang tak gampang mencari peserta yang pandai membaca Al-Quran hingga 30 Juz. Ia bahkan menyindir dirinya sendiri yang baru lancar membaca Quran kala mengenyam pendidikan SMP.

"Pasti sulit untuk Kementerian Agama memilih peserta MTQ yang sangat-sangat spesifik. Tugasnya malah relatif lebih mudah, cari calon penerima KIP yang bisa baca Quran dengan baik," ujar Muhadjir dengan nada bercanda.

Terlepas dari banyak atau sedikitnya peserta kompetisiMTQhari ini, Muhadjir menyampaikan bahwa hal yang utama adalah Al-Quran tetap dianggap sebagai hal yang penting. Ia tak mau Al-Quran sepenuhnya dikesampingkan.

Kepada peserta, Muhadjir berkata, memahami dan mempelajari Al-Quran adalah hal penting. Banyak manfaat bisa didapat dari memahami Al-Quran. Salah satu buktinya, kata ia, banyak universitas negeri seperti UGM, UI, dan ITB yang memberikan beasiswa prestasi terkait Al-Quran.

"Saya jadi iri kalau kecil-kecil begini sudah bisa baca Al-Quran 30 juz. Saya, kalau bisa mengulang, saya mau hafal Quran dari awal," ujarnya ,mengakhiri.

Berita Terkait: