NASA Ungkap Tanda-tanda Jakarta akan Tenggelam

pada 3 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Foto Jakarta dan sekitarnya dari citra satelit (Foto: NASA)

Uzone.id- Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) memuat ulasan mengenai nasib wilayah DKI Jakarta di tengah meningkatnya suhu global dan pencairan lapisan es di situs resminya pada Mei 2021.

Menurut NASA, banjir telah menjadi masalah karena Jakarta terletak di sepanjang beberapa sungai dataran rendah yang meluap selama musim hujan.

Dalam beberapa dekade terakhir, masalah banjir semakin memburuk, sebagian didorong oleh pemompaan air tanah secara luas yang menyebabkan tanah tenggelam, atau surut, dengan kecepatan tinggi.

Menurut beberapa perkiraan, sebanyak 40 persen Jakarta sekarang berada di bawah permukaan laut.

Dengan rata-rata permukaan laut global naik sebesar 3,3 milimeter per tahun, dan di tengah tanda-tanda bahwa badai hujan semakin intens saat atmosfer memanas, banjir yang merusak telah menjadi hal biasa.

BACA JUGA:FOTO: OPPO Reno6, Ponsel Rp5 Jutaan Buat Video Bokeh

Kondisi Jakarta tahun 1990 (kiri) dan Jakarta tahun 2019 (Foto: NASA) 

 

Sejak tahun 1990, banjir besar telah terjadi setiap beberapa tahun di Jakarta, dengan puluhan ribu orang sering mengungsi.

Musim hujan pada tahun 2007 membawa banjir yang sangat merusak, dengan lebih dari 70 persen kota tenggelam.

Urbanisasi yang cepat, perubahan penggunaan lahan, dan pertumbuhan penduduk telah memperburuk masalah.

Gambar Landsat di atas menunjukkan evolusi kota selama tiga dekade terakhir.

Penggantian luas hutan dan vegetasi lainnya dengan permukaan kedap air di kawasan pedalaman di sepanjang sungai Ciliwung dan Cisadane telah mengurangi jumlah air yang bisa diserap oleh lanskap, berkontribusi terhadap limpasan dan banjir bandang.

Dengan populasi wilayah metropolitan lebih dari dua kali lipat antara tahun 1990 dan 2020, lebih banyak orang memadati dataran banjir yang berisiko tinggi.

Selain itu, banyak saluran sungai dan kanal yang menyempit atau tersumbat secara berkala oleh sedimen dan sampah, sehingga sangat rentan terhadap luapan.

BACA JUGA:Tokopedia START Summit 2021 Dihadiri 43.955 Partisipan dan 35 Pembicara

NASA juga mencatat satelit dan sensor berbasis darat mencatat sebagian Jakarta Utara mengalami penurunan puluhan milimeter per tahun.

Di pulau-pulau buatan baru, angka itu melonjak hingga 80 milimeter per tahun, kata Dhritiraj Sengupta, ilmuwan penginderaan jauh di East China Normal University.

Beberapa pulau baru dibangun sebagai bagian dari rencana induk Pembangunan Terpadu Pesisir Ibu Kota Nasional Jakarta - sebuah upaya melindungi kota dari banjir dan mendorong pembangunan ekonomi.

Inisiatif utama adalah pembangunan tanggul laut raksasa dan 17 pulau buatan baru di sekitar Teluk Jakarta. Meskipun pengerjaan proyek dimulai pada tahun 2015, berbagai masalah lingkungan, ekonomi, dan teknis telah memperlambat konstruksi dan mengurangi ruang lingkup.

Rencana untuk membangun tembok laut besar masih ada, tetapi mungkin tidak cukup untuk mempertahankanstatus quoJakarta.

Dengan meningkatnya tekanan lingkungan, politisi Indonesia berharap untuk memindahkan pusat pemerintahan dari Jakarta ke lokasi baru di pulau Kalimantan.