Orang Sentinel, Suku yang Paling Terasing di Dunia
Orang Sentinel yang bermukim di Pulau Sentinel Utara, India, mendadak ramai diperbincangkan warganet. setelah tewasnya seorang pemuda asal Amerika Serikat bernama John Allen Chau (27 tahun) akibat diserang orang Sentinel pada 17 November 2018.
Keputusan Chau untuk datang ke Pulau Sentinel memang tergolong nekat. Sejak 1956, Hukum India melarang warganya untuk pergi ke Pulau Sentinel Utara. Pengunjung hanya boleh mendekat maksimal lima mil dari bibir pantai. Kebijakan pemerintah India melindungi pulau tersebut diberlakukan dengan alasan mencegah penduduk setempat tertular penyakit, selain menjaga turis agar tidak diserang penduduk lokal.
Kecil kemungkinan tubuh Chau dievakuasi dari Pulau Sentinel Utara. Dikutip dari CNN, Direktur Jenderal Kepolisian Kepulauan Andaman dan Nikobar Dependra Pathak mengatakan otoritas India tidak ingin langsung mendatangi pulau tersebut dan menciptakan suasana tidak kondusif di tengah penduduk. Chau juga bukan korban pertama. Pada 2006, dua orang nelayan India meregang nyawa saat nekat memanen kepiting di pesisir Pulau Sentinel Utara.
Setelah insiden tersebut, pemerintah setempat berencana memperketat aturan kunjungan. Hanya peneliti yang telah mengantongi izin yang boleh berkunjung ke Pulau Sentinel Utara.
Pulau Sentinel Utara terletak dalam satu gugusan Kepulauan Andaman dan Nikobar yang secara administratif masuk wilayah India. Kepulauan tersebut membentang dari utara ke selatan sepanjang lebih dari 800 kilometer dan terdiri dari 572 pulau. Beribukota di Port Blair, kepulauan ini terkenal akan keindahan pantai dan terumbu karangnya.
Penelitian Suku Sentinel dan Sekitarnya
Sulit memperkirakan jumlah penduduk Sentinel hari ini. Pada 2001, pemerintah India hanya berhasil menghitung secara kasat mata dari jarak jauh dan mendapati 21 penduduk laki-laki dan 18 perempuan. Sensus India 2011 hanya sukses menghitung 15 orang Sentinel. Hitungan lain memperkirakan antara 50 sampai 200 orang.
Pada 1296, penjelajah Italia Marco Polo menggambarkan Andaman dihuni oleh "ras yang paling brutal dan buas, memiliki kepala, mata dan gigi seperti anjing. Mereka sangat kejam, membunuh dan memakan setiap orang asing dengan tangan mereka" catat Adam Goodheart dalamThe Last Island of the Savages (2000).
Selain orang Sentinel yang khusus tinggal di Pulau Sentinel Utara, ada pula suku-suku lain yang menghuni Kepulauan Andaman seperti Jarawa, Onge dan Andaman Besar. Berbeda dari orang Sentinel yang mengisolir diri, suku-suku lainnya rata-rata sudah menjalin kontak dengan orang dan dunia luar.
Dalam "A Brief Note On An Encounter With The Andaman Islanders" (2001), Mark Anthony Falzon mencatat bahwa orang-orang Jarawa yang tinggal di pedalaman hutan lebat Pulau Andaman masih mempertahankan pola-pola kehidupan tradisional namun tak menutup kontak dengan penduduk dari luar pulau.
Demikian pula orang-orang Onge yang menghuni Pulau Andaman Kecil. Antropolog asal Selandia Baru Sita Venkateswar pernah tinggal di tengah-tengah orang Onge antara 1989 sampai 1993. Dalam laporannya yang berjudul "The Andaman Islanders" (1999) diketahui bahwa pulau tersebut juga sudah bermukim orang-orang dari India daratan.
Orang Sentinel berbeda. Shailendra Mohan, yang pernah melakukan penelitian suku-suku di Kepulauan Andaman pada 2001 sampai 2002, mengaku tak pernah menemukan interaksi antara orang Jarawa, Onge dan Andaman Besar dengan orang Sentinel. Singkatnya, ketiga kelompok ini tak mengenal orang Sentinel. Mohan adalah profesor bahasa Austro-Asiatik dari Departemen Linguistik Deccan College, India.
"Meskipun tinggal di lingkungan yang dekat, tak ada laporan bahwa suku-suku ini mengetahui keberadaan suku Sentinel yang tinggal di sekitarnya," kata Mohan dikutip dari Indian Express. Dengan kata lain, orang-orang Sentinel memang benar-benar terasing, bahkan dari tetangganya di seberang pulau.
Sehari-harinya, catat Mohan, orang Sentinel melakukan kegiatan bercocok tanam, berburu dan mengumpulkan makanan.
Orang Sentinel tampak sedikit lebih tinggi dari suku-suku lainnya di Kepulauan Andaman. Mereka juga menunjukkan kemiripan fisik dengan suku Jarawa. Bahasa mereka juga berbeda dari suku-suku tetangga/
Pulau Sentinel Utara terkena dampak tsunami 2004. Saat otoritas India menengok keadaan orang Sentinel, salah seorang dari mereka langsung mengarahkan panah ke helikopter milik pemerintah India. Mereka selamat dari sapuan gelombang tsunami karena lebih dulu mundur meninggalkan pantai.
Antropolog India Triloknath Pandit beserta timnya berhasil menjalin kontak langsung dengan suku Sentinel. Dilansir dari BBC, pemerintah India membiayai ekspedisi perdana Pandit dkk ke Pulau Sentinel Utara pada 1967. Setelahnya, beberapa kali mereka berkunjung ke pulau yang sama dan membawa hadiah.
Orang Sentinel akhirnya bisa didekati secara langsung meski masih menunjukkan sikap tidak ramah. Pandit menolak anggapan orang Sentinel sebagai orang jahat yang suka menyerang dan membunuh. Berkaca pada ekspedisi yang pernah ia lakukan, pendekatan khusus memang perlu dilakukan agar pengunjung bisa diterima dan tak diserang.
Dalam “Through Lens and Text: Constructions of a 'Stone Age' Tribe in the Andaman Islands” (2009), Vishvajit Pandya menyatakan penolakan terhadap orang asing tidak melulu ditunjukkan dengan panah. Para pria Sentinel kadang menunjukkan kemaluan mereka dan menggerakkannya saat kapal mulai mendekat pantai. Itu tanda mereka tidak ingin didekati. Pandya adalah seorang antropolog yang beberapa kali melakukan ekspedisi ke Pulau Sentinel Utara.
Ketika interaksi langsung dilakukan pada 1991, Pandit dan timnya berhasil memotret pemberian hadiah kepada orang Sentinel. Foto-foto tersebut kemudian dipajang di Museum Antropologi di Port Blair sebagai perayaan atas keberhasilan pemerintah menjalin hubungan baik dengan suku Sentinel.
Di sisi lain, pemerintah khawatir jika foto-foto tersebut dapat mendorong pihak luar untuk ramai-ramai mengunjungi Pulau Sentinel Utara sehingga bakal menciderai upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah India guna melindungi orang Sentinel sejak 1990.
Sebagaimana dilaporkanThe Guardian, para antropolog membagi dua asal usul suku-suku yang hidup di Kepulauan Andaman dan Nikobar. Mereka yang tinggal di Kepulauan Nikobar punya garis keturunan Asia. Sedangkan empat suku Andaman (Onge, Jarawa, Andaman Besar, Sentinel) punya moyang asal Afrika.
Para biolog Pusat Biologi Seluler dan Molekuler di kota Hyderabad, India selatan, menyatakan suku-suku Kepulauan Andaman (termasuk orang Sentinel) adalah bagian dari gelombang manusia modern (Homo Sapiens) yang keluar dari Afrika dan melalukan perjalanan hingga ke Andaman lebih dari 40.000 tahun silam. Pola kehidupan Suku Sentinel diperkirakan tak banyak berubah selama 60.000 tahun terakhir.
Dijinakkan Kolonialis?
Sikap mengisolasi diri dari dunia luar yang juga ditunjukkan oleh suku Onge, Jarawa dan Andaman Besar berubah di era kolonialisme Inggris.
Ketika pemerintahan Inggris yang menjajah India berhasil menancapkan kekuasaannya di Kepulauan Andaman dan Nikobar pada 1858, catat Venkateswar, konflik antara tentara Inggris dan suku asli pun dimulai. \
Inggris tak hanya mendatangkan budaya baca-tulis dan pakaian, tapi juga penyakit pneumonia, campak, dan influenza yang berujung kematian. Inggris pun pernah membawa suku-suku Andaman ke India dan memajangnya di Kebun Binatang Kalkuta.
Pada tahun 1901 saat Inggris melakukan sensus penduduk pertama di Kepulauan Andaman, terhitung ada 625 orang Andaman Besar, 672 orang Onge, 468 orang Jarawa dan 117 orang Sentinel.
Berdirinya pemerintahan India di wilayah tersebut tak banyak mengubah keadaan. Penyakit dan pendudukan terus menelan korban di pihak penduduk asli. Sensus India tahun 1951 menunjukkan kemerosotan populasi suku-suku asli Andaman. Orang Andaman Besar tinggal 23 orang, 150 orang Onge, 50 orang Jarawa dan 50 orang Sentinel.
Baik suku Andaman Besar dan Onge saat ini menjalani hidup dengan menetap. Mereka tidak lagi berburu dan memancing seperti yang dilakukan generasi terdahulu. Kawasan pemukiman mereka pun sudah dizonasi oleh pemerintah India.
Di sisi lain, suku Sentinel dan Jarawa masih menghindari kontak dengan dunia luar. Beberapa orang Jarawa diperkirakan memilih membuka diri pada dunia luar seraya terus mempertahankan identitas mereka. Hal yang sama tak berlaku pada orang Sentinel yang sampai hari ini sangat terisolir dan menolak dunia luar.
Baca juga artikel terkaitSUKU ADATatau tulisan menarik lainnyaTony Firman