OVO Bakar Uang Rp 705 Miliar per Bulan, Lippo Akhirnya Lepas Saham 70%
Aplikasi OVO (Foto: Tomi Tresnady/Uzone.id)
Uzone.id- Sebagaistartup, OVO tentu saja harus tampil luar biasa demi mendapatkan perhatian masyarakat luas.
Strateginya adalah dengan bakar uang demi promosi. Masyarakat pun akan tergoda lalu mencoba dan sampai kehidupan sehari-harinya tak bisa lepas dari OVO.
Siapa yang gak tergiur juga kalau pesan transportasi online Grab atau makan di kafe mendapat diskon hingga 30% kalau bayar pakai OVO.
Apakah bakar uang yang dilakukan OVO sia-sia belaka? Tidak juga, Lippo Group sebagai pemilik saham terbesar OVO berhasil menggaet pengguna dengan pertumbuhan yang signifikan dari tahun ke tahun.
Baca juga: Grab Bermitra dengan Microsoft, Hadirkan Manajemen Transportasi Bisnis Lokal
Kompas.commelansirAntarapada (7/10/2019) memuat artikel bahwa OVO punya valuasi 2,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 41 triliun oleh firma analis perusahaan CB Insight.
Mnurut CB Insight angka tersebut dicapai sejak 14 Maret 2018. OVO jadi startup kelima dari Indonesia yang punya gelar 'unicorn', yakni punya valuasi di atas USD 1 miliar. Empat unicorn lainnya adaa Gojek, Bukalapak, Tokopedia, dan Traveloka.
Gojek punya valuasi di atas USD 10 miliar sehingga punya julukan 'decacorn'.
Di balik keberhasilan OVO meraih posisi kelima di daftar unicorn, ternyata dibayar dengan amat sangat mahal.
Di acara Indonesia Digiral Conference (IDC), pada Kamis (28/11/2019), pendiri Lippo Group Mochtar Riady mengatakan Lippo Group telah menjual sebagian saham OVO sebesar 70%, OVO hingga saat ini perusahaan cuma memiliki saham OVO sebanyak 30%.
"Alasannya, terus bakar uang bagaimana kami kuat," kata Mochtar Riady seperti dilaporkan CNBC Indonesia.
Sumber juga mengatakan kepada CNBC Indonesia bahwa Lippo Group punya rencana cabut dari OVO karena tiap bulannya membakar uang hingga USD 50 juta atau sekitar Rp 705 miliar (kurs Rp 14.100).
Menurut Presiden OVO Karaniya Dharmasaputra, dalam duniastartup, setiap investor bisa terdilusi jumlah kepemilikan sahamnya bila tidak ikut dalam aksi korporasi penambahan modal.
Dia juga memberikan penjelasan bahwa bakar uang adalah proses yang biasa dalam perusahaan teknologi. Tujuan bakar uang adalah untuk mengedukasi konsumen terhadap produk dari startup tersebut.