Pameran Otomotif Indonesia: Diakui Dunia, Minim Merek Lokal

pada 5 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Gedung yang masih baru dan megah, pameran tertata rapi, fasilitas lengkap, dan suguhan keren selama pengunjung berjalan darihallyang satu kehallberikutnya, memuaskan dahaga pecinta otomotif.

Ajang otomotif yang digelar Gaikindo seperti dipermak habis, atau lebih tepatnya naik kelas dari tahun sebelumnya. Selain tempat acara yang berbeda, suasana diboothpun terkesan lebih mahal.

Para pemegang merek seperti lebih jor-joran pada pameran yang berlangsung di gedung Indonesia Convention Exhibition (ICE) yang terletak di kawasan BSD City, Tangerang, Banten. Pameran mobil yang biasanya sekadar menjadi ajang jualan, terasa cocok bagi siapa saja tak cuma calon pembeli, karena isinya seperti pengenalan dan edukasi seputar teknologi terkini.

Pada 2015 itu untuk pertama kalinya pameran otomotif yang digelar Gaikindo pindah lokasi dari JIEXPO Kemayoran di kawasan pusat, ke sekitar 30 km di pinggiran kota. Keraguan sempat terbayang di benak penyelenggara. Pasalnya, dengan akses terbatas dan belum terbiasanya pengunjung datang ke daerah BSD, pameran bisa saja sepi.  

Namun ajang yang telah berganti nama dari Indonesia International Motor Show (IIMS) menjadi Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS), pada akhirnya tetap dibanjiri pengunjung. Malah jumlah yang hadir meningkat dari sekitar 380 ribu orang pada 2014  menjadi sekitar 450 ribu orang tahun 2015.


“Saya gembira angka pengunjung GIIAS 2015 berhasil menembus angka 400.000, karena awalnya Gakindo hanya menargetkan 380.000, sama dengan angka yang dicapai pada pameran Gaikindo tahun lalu,” kata Johnny Darmawan, ketua penyelenggara pameran GIIAS 2015 kala itu, seperti dikutip dariSuara.

Nama besar Gaikindo yang menjadi wadah resmi bagi agen pemegang merek dan produsen mobil, barangkali sudah cukup membuat pengunjung yakin mendapat tontonan berkualitas, meski harus jauh-jauh datang ke daerah Serpong. Sebab kiprahnya telah dimulai sejak tahun 1986 lewat ajang yang mengusung nama “Pameran Mobil Gaikindo”.

Melansir darisitus resminya Gaikindo, pameran yang berlangsung di Balai Sidang Jakarta 11–15 Juli 1986 itu diikuti sekitar 13 peserta dari kalangan industri kendaraan bermotor anggota Gaikindo. Pameran pertama Gaikindo menjadi satu-satunya ajang otomotif terbesar di Tanah Air, yang menjadi rujukan pameran otomotif lainnya di kemudian hari.

Sempat berganti nama menjadi Jakarta Auto Expo, lalu Gaikindo Auto Expo, pameran yang digelar oleh Gaikindo mendapat pengakuan dari Asosiasi Industri Kendaraan Bermotor Dunia (Organisation Internationale des Constructeurs d’Automobiles, OICA) pada 2006. Terbitnya dukungan dari OICA membuat Gaikindo kembali menyesuaikan nama menjadi IIMS sebagai pameran berskala internasional.

Meski begitu, nama IIMS akhirnya tak lagi dipakai dalam pameran yang dihelat Gaikindo. Ajang ke-22 di tahun 2014 jadi terakhir kalinya Dyandra Promosindo berperan sebagai pengorganisir acara. Pameran itu kemudian tetap berlanjut di bawah Dyandra yang memegang hak atas nama IIMS.

Berganti Format

Dilansir dari lamanBisnis, Gaikindo harus mengubah nama dari acara pamerannya. Setahun berselang, dengan menggandeng Seven Event yang bermitra dengan PT Indonesia International Expo selaku pengelola gedung ICE, pameran GIIAS pun muncul sebagai pembeda dari IIMS.

Semenjak itu muncul dua agenda besar otomotif di Indonesia. IIMS yang kerap menyuguhkan atraksi bagi kegembiraan pengunjungnya, seperti kegiatandrifting,off-road, pamer motorcustom, berlangsung di semester awal tahun.

Sementara GIIAS yang fokus pada ajang pamer produk dan teknologi terkini seperti pengenalan kendaraan elektrifikasi mulai dari bertenaga hybrid, listrik, atau hidrogen, hadir pada semester kedua.


Dalam perjalanannya, GIIAS disebut berhasil menjadi barometer pameran otomotif di Asia Tenggara. Berkali-kali ajang yang dinaungi oleh Gaikindo menghadirkan produk berstatus World Premiere di Indonesia.

Rizwan Alamsjah, Ketua III Gaikindo, saat berbincang dengan media di sela-selapress conferenceGIIAS 2019 (2/7), mengungkapkan bahwa lebih kurang sebanyak 100 mobil telah diluncurkan dalam penyelenggaraan di bawah nama GIIAS yang tahun ini memasuki usia ke-5.

“Selama itu pula sudah ada 6 model yang World Premiere. Pameran yang akan berlangsung besok juga akan menampilkan model-model yang berstatus World Premiere, atau Asian Premiere, South East Asian Premiere, maupun Indonesian Premiere,” terang Rizwan.

Ia juga mengatakan, indikator keberhasilan sebuah pameran adalah jika berhasil menampilkan produk-produk yang pertama kali diluncurkan ke pasar. Ajang perkenalan produk ke konsumen itulah yang tak bisa dimiliki sembarang penyelenggara.

“Sebab orang datang ke pameran umumnya ingin melihat mobil baru, kami bersyukur sudah beberapa kali mendapat kepercayaan dari pabrikan mobil dunia yang meluncurkan produk baru untuk pertama kalinya,” imbuhnya.

Tak Semua Merek Bisa Ikut

Meski ruang pamer di area ICE BSD City semakin besar dan dapat menampung berbagai macam kendaraan, nyatanya tak semua produsen otomotif bisa ikut dalam gelaran tahunan ini. Di GIIAS 2019 saja, tercatat ada beberapa merek yang biasanya muncul di beberapa ajang otomotif namun harus absen pada pameran kali ini.

Misalnya Kia dan Chevrolet pada merek kendaraan roda empat, BMW Motorrad dan Yamaha untuk merek sepeda motor, serta Alat Mekanis Multiguna Pedesaan (AMMDes) dan Fin Komodo untuk kendaran produksi dalam negeri.



Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi mengatakan ada beberapa masalah yang membuat sejumlah agen pemegang merek ataupun produsen otomotif tak bisa hadir di pameran GIIAS 2019. Namun ia memastikan beberapa merek bisa saja hadir lagi di GIIAS mendatang.

“Namanya kalah menang dalam bersaing itu wajar. Mungkin kalau volume kecil atau kenapa atau ada permasalahan ya mereka akan mengatur strategi baru. Kami enggak pernah tahu strateginya seperti apa, cuma mereka bilang tahun ini tidak ikut dulu deh,” ujarnya dalam acarapress conferencetersebut.

Produsen kendaraan lokal seperti AMMDEs absen tahun ini. Menurut Yohannes, merek-merek ini tidak hadir karena sifatnya yang bukan alat multifungsi untuk pertanian dan perkebunan. “Tahun lalu diluncurkan di GIIAS karena memanfaatkan animo peserta maupun pengunjung, sehingga AMMDes bisa terangkat dan diketahui oleh masyarakat,” sambung Yohannes.

Ia menambahkan bahwa alat mekanik yang bukan mobil penumpang atau mobil komersial itu berada di bawah tanggung jawab Kementerian Perindustrian, khususnya Dirjen ILMATE. Mobil itu juga tak dijual secara bebas, khusus keperluan tertentu saja.

Sementara merek Fin Komodo yang menawarkan mobil-mobiloff-roadberukuran ringkas disebut bukan anggota asosiasi. Sehingga soal kehadirannya di pameran, Nangoi lepas tanggung jawab dan mengaku tidak tahu-menahu.

“AMMDes sebetulnya bukan anggota kami, begitu juga Fin Komodo, kembali saya katakan bukan anggota Gaikindo. Untuk informasinya bisa ditanyakan ke pihak terkait,” pungkasnya.
Baca juga artikel terkaitPAMERAN MOBILatau tulisan menarik lainnyaDio Dananjaya

Video review Mitsubishi New Triton: