Pasar Cloud Indonesia Diprediksi Tembus Rp11,6 T di 2024

pada 4 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id-- Teknologi cloud kerap disebut menjadi salah satu kunci yang akan digunakan oleh banyak sektor di berbagai negara di dunia, karena industri teknologi akan selalu erat kaitannya dengan data. Hal ini juga diamini oleh Direktur Bisnis Digital Telkom Fajrin Rasyid.

Fajrin mengatakan, salah satu tren teknologi yang sedang berkembang dan akan terus tumbuh adalah cloud, tak terkecuali di Indonesia.

“Cloud akan menjadi tren yang perlu diperhatikan ke depannya. Industri teknologi itu awalnya diisi oleh pelaku bisnis ataupun perusahaan rintisan menggunakan aplikasi. Ketika sebuah aplikasi sudah berkembang, komputasi awan [cloud] pasti akan semakin digunakan,” tutur Fajrin dalam diskusi virtual bertajuk ‘Teknologi Cloud - Transformer Bisnis Masa Depan’ pada Kamis (27/8).

Fajrin bahkan memprediksi bahwa pasar cloud di Indonesia bisa mencapai angka Rp11,6 triliun pada tahun 2024. Hal ini juga disumbang dari beberapa perkiraan pertumbuhan cloud yang digunakan di berbagai sektor di Indonesia.

“Untuk periode 2020 sampai 2024, pasar cloud untuk sektor enterprise setidaknya naik 25,6 persen. Kemudian cloud untuk Small-Medium Enterprise [SME] dan startup juga akan tumbuh 19,4 persen, dan di sektor pemerintah 15,3 persen,” lanjut Fajrin.

Sebagai bagian dari BUMN, Fajrin mengatakan bahwa Telkom memiliki tujuan agar penggunaan cloud dapat menjadi national digital platform, dalam artian sebagai alat yang bisa membantu pemerintah dan sektor lain untuk mengagregasi data.

“Selama ini data itu tersebar di berbagai tempat, ada di lembaga, institusi, dan lain sebagainya. Saking tersebarnya, akibatnya kita harus mengontak ke satu-satu tempat. Dengan adanya cloud ini maka akan ada tempat yang menjadi sumber data,” imbuh mantan Presiden Bukalapak itu.

Fajrin turut menyoroti faktor keamanan dari penggunaan cloud di Indonesia. Menurutnya, perlu dicatat bahwa menggunakan cloud bukan berarti data jadi berpindah, tapi justru menjadi platform data exchange yang sudah diterapkan di beberapa negara.

Fajrin kemudian mengambil use case di salah satu perusahaan fintech China yang pernah ia kunjungi.

“Dashboard cloud perusahaan fintech ini tak cuma data keuangan, tapi ada data orang-orang bepergian naik pesawat berapa kali misalnya, tapi datanya hanya sebatas jumlahnya. Jadi mereka memiliki data sesuai kebutuhan saja yang akan mempengaruhi proses layanannya terhadap pengguna. Ragam data ini akan meningkatkan efisiensi waktu dan menurut saya perlu juga talent digital yang apik,” tutup Fajrin.