Pasha Ungu Ingin 22 Desember Dijadikan Hari Duka Musik Indonesia

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Tsunami yang menerjang Selat Sunda pada Sabtu (22/12) lalu menimbulkan duka yang sangat mendalam. Ratusan orang, termasuk para personelbandSeventeen turut menjadi korban ganasnya kejadian pada malam itu.

Musisi sekaligus Wakil Walikota Palu, Sulawesi Tengah, Sigit Purnomo Syamsuddin Said alias Pasha 'Ungu', turut memberikan perhatian khusus terhadap bencana tersebut. Sebagai musisi yang cukup lama berkecimpung di dunia musik, Pasha berharap agar tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Duka Musik Indonesia.

"Izinkan Saya menyampaikan salam hormat kepada saudara2ku skalian terlebih kepada saudara2ku yg sudah mengapresiasi pendapat inisiatif saya kepada bapak presiden RI @jokowi yg bermaksud agar bilamana dimungkinkan tanggal 22 desember 2018 juga ditetapkan sebagai 'hari duka musik indonesia',"tulis Pasha di akun Instagram pribadinya, @pashaungu_vm.

Pria berusia 39 tahun tersebut menjelaskan, ide penetapan Hari Duka Musim Nasional dikarenakan ada sejumlah hal. Di antaranya ialah, ttiga personel Seventeen, yakni Bani, Herman, dan Andi menjadi korban meninggal dunia dalam bencana tersebut.

"Tujuan saya menginisiasi pendapat tersebut tidak lebih sebagai bentuk kesetiakawanan dan bentuk solidaritas saya sesama musisi kepada kawan2 almarhum tiga personil seventeen dan saudaraku @ifanseventeen yg ditinggalkan,"imbuhnya.

Tak tanggung-tanggung, ia langsung menandai akun Instagram Presiden RI @jokowi sebagai bentuk nyata inisiatifnya itu. Apabila usulan tersebut tidak disetujui oleh presiden, vokalis Ungu tersebut tidak akan mempermasalahkannya.

"Kalau bapak presiden merasa bahwa kejadian terhadap saudara2 kami almarhum personil band seventeen ini tidak perlu ditetapkan sebagai hari duka musik pun tidak apa2,ini hanyalah sebuah usulan yang bisa di terima atau tidak.. toh tidak ditetapkan juga tidak mengurangi empati kami selaku saudara sesama musisi se-tanah air,"katanya.

Menurut Pasha 'Ungu', alasan lain yang melatarbelakangi ide tersebut karena dalam sejarah dunia permusikan di Indonesia, terdapatbandyang kehilangan tiga personelnya secara bersamaan.

"Dan yg menyedihkan adalah kejadian tersebut terjadi saat sahabat2 almarhum sedang dalam melaksanakan tugas mulia menghibur masyarakat di atas panggung tentunya ini menjadi sesuatu yang bersifat historycal dan monumental khususnya bagi dunia musik indonesia,"terang Pasha 'Ungu'.