Pemadaman Listrik Jadi ‘Musuh’ Warga 3T buat Internetan
Uzone.id —Survei terbaru APJII dan BAKTI Kominfo berjudul ‘Survei Penetrasi Pengguna Internet di Daerah Tertinggal Tahun 2024’ telah dirilis pada Selasa, (17/09). Dalam survei yang dilakukan pada Juli hingga September 2024 ini, terdapat temuan menarik terkait penggunaan internet di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar).
Survei ini menunjukkan bahwa pengguna internet di wilayah 3T sudah mencapai 82,6 persen atau sekitar 8.114.273 dari jumlah keseluruhan 9.823.575. Artinya, tinggal 17,4 persen lagi (1,7 juta warga) yang masih belum terjamah internet karena berbagai alasan.
Meski sebagian besar sudah menggunakan internet, tapi permasalahan soal koneksi, infrastruktur hingga akses masih terus dialami oleh warga-warga di daerah tersebut.
APJII menemukan bahwa sebanyak 30,2 persen belum memiliki gadget atau perangkat lain seperti tablet, komputer dan laptop sehingga tidak bisa mengakses internet. 26,4 persen juga mengaku tidak ada sambungan internet di wilayah mereka.
Selain itu, 21 persen warga tidak tahu cara menggunakan perangkat untuk terkoneksi dengan internet. Masalah harga juga mempengaruhi warga, dimana sebanyak 14,8 persen merasa bahwa kuota saat ini terlalu mahal.
Di sisi lain, ternyata kondisi jaringan dan infrastruktur juga menghambat warga di daerah 3T untuk tetap terkoneksi dengan internet secara lancar. Zulfadly Syam, Sekretaris Umum APJII mengungkap bahwa salah satu penyebab gangguan internet adalah pemadaman listrik.
“Nah inilah salah satu penyebabnya. Punya jaringan yang canggih-canggih pun, kalau frekuensi terjadinya mati listrik masih lumayan tinggi, maka koneksi itu juga tidak akan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat desa,” ujarnya dalam acara peluncuran survei APJII, Selasa, (18/09).
Dalam satu bulan, sebanyak 36,2 persen warga mengaku frekuensi pemadaman listrik terjadi sekitar 2 sampai 5 kali. Sementara itu, 31,8 persen mengalami lebih dari 5 kali pemadaman listrik dalam satu bulan. Sisanya, sebanyak 22,1 persen mengaku hanya mengalami 1 kali pemadaman dan hanya 9,8 persen warga yang tidak mengalami mati listrik.
“Jadi bisa dibayangkan kita ketika bicara terkait daerah tertinggal, koneksi dari pasar, BTS sudah ada pasar, ternyata listriknya yang bermasalah,” tambah Zul.
Hal ini tentunya menjadi tantangan besar bagi berbagai pihak untuk terus memperbaiki infrastruktur baik itu telekomunikasi maupun non-telekomunikasi agar warga di semua daerah, khususnya 3T tetap mendapatkan akses internet yang lancar tanpa hambatan.
Terkait kondisi tersebut, Aju Widya Sari, Direktur Telekomunikasi Ditjen PPI Kominfo, menekankan pentingnya infrastruktur telekomunikasi untuk mendukung transformasi digital.
Menurutnya, saat ini wilayah tengah dan timur Indonesia masih menjadi wilayah yang perlu mendapatkan perhatian lebih, dengan banyak daerah yang belum tersentuh infrastruktur yang memadai.
“Saat ini, 1.020 desa telah diidentifikasi membutuhkan sinyal internet, di mana sekitar 464 desa telah disolusikan, sementara 556 desa masih dalam proses. Kami, di Kominfo, terus memperluas cakupan layanan telekomunikasi agar dapat dinikmati secara merata di seluruh Indonesia,” tandasnya dalam acara yang sama.