Pemalsuan Pertalite ‘Disulap’ jadi Pertamax, Ini Fakta dan Modusnya!

pada 8 bulan lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id-SPBU Pertaminaterus digoyang skandal-skandal tak sedap. Paling baru adalah terungkapnya sejumlah SPBU yang memalsukanPertaliteyang disulap jadiPertamax.

Sebelumnya,SPBU Pertaminasudah terungkap mencampur BBM dengan air, kemudian ada juga yang mencurangi meteran dengan memasnagkan chip khusus agar meterannya tidak akurat.

 

 

Dan sekarang, demi meraup cuan lebih, BBM sekelas Pertalite yang dijual seharga Rp10.000 per liter, di campur zat pewarna biru agar seperti Pertamax dan dijual di SPBU seharga Rp12.950 atau setara Pertamax!

Modus pemalsuan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite yang 'disulap' jadi Pertamax dibongkar Bareskrim Polri. Lima orang ditetapkan sebagai tersangka.

Praktik kecurangan ini terjadi di 4 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), antara lain:

  • SPBU 34.151.42 Jalan HOS Cokroaminoto No 8, Karang Timur, Kecamatan Karang Tengah, Kota Tanggerang, Banten (Ciledug);
  • SPBU 34.151.39 Jalan KH Hasyim Ashari RT 02 RW 001, Kelurahan Nerogtog, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Provinsi Banten (Cipondoh);
  • SPBU 34.115.09 Jalan Arteri Kelapa Dua Raya, Kecamatan Kebon Jeruk, Kota Jakarta Barat;
  • SPBU 34.169.24 Jalan Raya Bogor Km 28,5 Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.

Para tersangka ini mengubah BBM jenis Pertalite menjadi Pertamax dengan mencampurkan zat pewarna. BBM palsu tersebut kemudian dijual dengan harga Pertamax, sehingga para tersangka memperoleh keuntungan.

Diretur Tindak Pidana Tertentu (Dittipidter) Bareskrim Polri, Brigjen Nunung Syarifudin, mengatakan sejak Januari 2024 pihaknya telah mengungkap 17 kasus kecurangan BBM yang melibatkan pengelola SPBU.

"Sejak Januari sampai saat ini ada 17 kasus, termasuk ini terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh pengelola SPBU sehingga merugikan masyarakat. Ini dari bulan Januari 2024 kemarin dengan jumlah tersangka ada 67," kata Nunung, dalam jumpa pers di Bareskrim Polri, dikutipUzone.id.

Nunung menyampaikan pemalsuan Pertalite menjadi Pertamax dengan mencampurkan zat pewarna ini merupakan modus operandi baru pemalsuan BBM. "Ini memang modus baru," kata Brigjen Nunung.

Nunung menambahkan oknum yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan momen mudik Lebaran. Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk mewaspadainya.

"Kami menghimbau ke masyarakat untuk berhati-hati untuk mengisi BBM kendaraannya biasanya momen jelang hari raya atau tahun baru, di mana ada kegiatan arus mudik itu dimanfaatkan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya, dengan melakukan hal-hal yang curang atau merugikan masyarakat," kata Nunung.

Nunung mengatakan para tersangka mendapatkan keuntungan dari menjual Pertamax palsu ini. Keuntungan yang diperoleh Rp 2.950 per liter.

"Tersangka mendapatkan keuntungan dari menjual Pertamax palsu yang sebenarnya adalah Pertalite yang diberi zat pewarna, harga dari BBM Pertalite adalah Rp 10 ribu per liter, sedangkan BBM Pertamax adalah Rp 12.950. Jadi ada disparitas harga hampir Rp 3.000 atau tepatnya Rp 2.950," katanya.

Brigjen Nunung menjelaskan salah satu tersangka RHS telah menjual Pertamax palsu sejak Juni 2022 hingga Maret 2024 di wilayah Tangerang. Sedangkan tersangka DM telah melakukan kecurangan di SPBU kawasan Kebon Jeruk sejak Januari 2023 hingga Januari 2024.

 

 

"Diperkirakan dari kecurangan atau penyimpangan ini dia sudah mendapatkan keuntungan lebih dari 2 miliar," katanya.

Dalam kasus ini, Bareskrim Polri menyita puluhan ribu liter BBM jenis Pertamax palsu. Selain itu, disita juga uang sebesar Rp 111.550.200 dari 3 SPBU.

"Barang bukti yang kita sita sejumlah total empat SPBU ada 29.046 liter BBM Pertamax yang diduga palsu di empat tangki pendam tersebut," tutup Brigjen Nunung.