Pemerintah Diharapkan Perluas Spektrum 5G di Indonesia

pada 3 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id- Kehadiran jaringan 5G di Indonesia masih dalam tahap awal implementasi oleh pemerintah dan juga beberapa operator seluler.

Sayangnya, implementasi teknologi telekomunikasi generasi kelima di Indonesia masih mengalami beberapa tantangan.

Koordinator Standar Telekomunikasi Radio Kemenkominfo, Indra Utama dalam sebuah Webinar Online, Selasa, (11/01/2022), menyebutkan beberapa tantangan implementasi 5G Indonesia.

Pertama adalah fiberisasi dan infrastruktur pasif, upaya fiberisasi perlu terus dipercepat oleh para penyelenggara telekomunikasi agar koneksi antar-BTS dan jaringan middle-mile/backhaul memiliki kapasitas transmisi yang besar dan responsif. Selain itu, perlu adanya dukungan dengan memudahkan akses untuk infrastruktur pasif.

Tantangan kedua yang menjadi tantangan utama dalam implementasi 5G di Indonesia adalah spektrum frekuensi radio.

Baca juga:Ericsson Mobility Report: 5G Akan Mendominasi di Tahun 2027

Secara global, spektrum 5G yang banyak digunakan di dunia ada diLow Band(700 MHz),Mid Band(2,6 GHz, 3,5 GHz) dan untukHigh Bandada di 26 GHz, 28 GHz).

Di Indonesia sendiri, layanan 4G dan 5G saat ini berada di frekuensi 2,1 Ghz dan 2,3 Ghz.

Telkomsel sebagai salah satu operator seluler di Indonesia mengharapkan pemerintah untuk merilis spektrum-spektrum baru yang nantinya akan hadir bersama dengan harga spektrum yang lebih fleksibel.

Kemudian, pemberian spektrum juga nantinya diharapkan akan didasarkan pada kemampuan dan komitmen penyebaran perusahaan untuk menghindari frekuensi yang dialokasikan menjadi tidak optimal dan PNBP pemerintah tidak berkurang.

Christian G. Gustiana selaku GM Network Strategic Roadmap Telkomsel mengatakan bahwa spektrum yang ideal bagi operator berkaitan dengan kebutuhannya.

Baca juga:Percuma Pakai iPhone 5G di Indonesia, Ini Sebabnya

“Yang dibutuhkan kedepannya ada 2 hal, yang pertama adalah untukcoveragedan yang kedua adalahcapacity,” ungkap Christian.

Menurut penjelasannya, untukcoverage,operator membutuhkan spektrum rendah (low) karena dengan spektrum yang rendah jangkauannya akan lebih luas. Untukcapacity, bisa menggunakan spektrum-spektrummidatauhigh.

Kemudian, pertimbangan lainnya adalah ekosistem, spektrum low yang ada di 450 MHz memiliki ekosistem yang sedikit dan tidak optimal.

“Harapannya, spektrum yanglowdan banyak ekosistemnya itu ada di 700 MHz, kemudianmiddanhighyang ekosistemnya banyak itu ada di 2,6 dan 3,5,” tambahnya.

Melihat spektrum roadmap yang disampaikan oleh Kemenkominfo, pemerintah telah menyiapkan rencana kandidat baru pita frekuensi, yaitu 700 MHz yang diharapkan sudah bisa dilelang pada 2022, kemudian 2,6 GHz diperkirakan hadir pada 2025 atau lebih cepat, 3,3 dan 3,5 GHZ pada 2023 atau lebih cepat, dan 26 dan 28 GHz pada tahun 2022/2023.