Pemimpin dan Bos. Anda di Posisi Mana?

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Sekilas, bos dan pemimpin adalah sama-sama sebagai atasan. Faktanya, keduanya berbeda. Seorang pemimpin bisa menjadi seorang bos, tapi tidak semua bos dapat dikatakan sebagai pemimpin. MenurutRanggih Wukiranuttama, Training Manager dari Experd Consultant,yang membedakan antara bos dan pemimpin adalah terletak pada kualitas pribadi seseorang yang dipercaya sebagai atasan tersebut.

Kualitas Seorang Pemimpin
Karakteristik seorang pemimpin mempunyai kualitas menggerakkan orang lain untuk berjalan dan bekerja sesuai visi dan misi yang telah disepakati bersama. Pemimpin memberi arahan sekaligus menjadi teladan bagaimana cara mengerjakan pekerjaan yang telah menjadi komitmen bersama. “Itu berbeda dengan karakteristik seorang bos yang sebatas memberi perintah anak buahnya untuk melakukan pekerjaan, tanpa disertai arahan apalagi contoh,” papar Ranggih.

Tak sebatas itu, seorang pemimpin juga mempunyai semangat untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadian anak buahnya. “Bukan sekedar meningkatkan ketrampilan kerja, seorang pemimpin juga diharapkan mampu memberi etos kerja yang baik dan optimisme bagi para anak buahnya. Dia juga dituntut untuk memberi 'rasa nyaman' bagi anak buahnya dan rasa memiliki terhadap perusahaan  sehingga mereka bisa bekerja secara optimal,” urai Ranggih.
Berikut kami berikan beberapa tips agar Anda tidak terjebak sebagai seorang bos, melainkan memainkan peran sebagai pemimpin yang berkualitas.

#1. Memandu, bukan mengendalikan.
Seorang pemimpin tahu dengan baik bahwa timnya akan menyelesaikan pekerjaannya dengan baik jika mereka menerima arahan dan dukungan dibanding hanya mengendalikannya. Dalam memandu, pemimpin membangun kerangka kerja dan memberdayakan potensi timnya untuk melakukan pekerjaan. “Langkah pertama yang perlu dimulai adalah pemilihan kalimat. Jika Anda menggunakan kalimat perintah, maka tendensinya adalah memerintah. Lebih baik gunakan kalimat minta tolong. Seorang pemimpin akan memandu bawahannya untuk memikirkan solusi. Ketika mereka membuat kesalahan, baru Anda beri arahan,” terang Ranggih.

#2. Memotivasi, bukan menjatuhkan.
Ketika bawahannya melakukan kesalahan, bos cenderung akan memotivasi mereka dengan memberi rasa takut, entah dengan sanksi, surat peringatan, atau pemecatan. Berbeda dengan pemimpin yang menasehatinya dengan baik dan memberi tahu bagaimana yang seharusnya dilakukan. “Hindari pula memberi kritik secara keras di depan umum. Ini sama saja Anda menjatuhkan mereka. Lakukan secara personal, dengan tetap terbuka akan alasan mengapa dia melakukan kesalahan,” tambahnya.

#3. Beri apresiasi.
Tak lupa, berilah kesempatan bagi anak buah Anda yang ingin berusaha dan memiliki kemauan yang keras. “Sebagai pemimpin, Anda harus adil dalam memberi apresiasi atau kritik. Ketika anak buah Anda melakukan sesuatu yang baik maka Anda harus mengapresiasinya, entah dengan pujian atau promosi. Sebaliknya, apabila mereka melakukan kesalahan Anda berhak mengkritiknya, bahkan memberi hukuman,” ujarnya.

#4. “Let's Go!”, bukan “Go!”.
“Makna “go” berarti Anda sudah menyuruh anak buah Anda untuk bekerja sendiri. Anda tidak bertanggung jawab dengan semua pekerjaan Anda karena ini adalah sebuah perintah. Berbeda dengan ketika Anda menggunakan “let's go”, Anda akan selalu berada di belakang mereka ketika mereka bekerja, bahkan ketika sedang mengalami kesulitan sekalipun,” tambahnya.

#5. Melahirkan pemimpin lain, bukan hanya pengikut.
Ketka Anda memimpin sebuah organisasi, Anda hendaknya punya keinginan untuk mencetak pemimpin baru yang bisa menggantikan posisi Anda kelak. “Untuk menciptakan orang-orang seperti ini, Anda tidak hanya memerintah, namun juga memberi kepercayaan pada mereka untuk menyelesaikan proyek. Itu sebabnya salah satu prinsip “melatih” adalah dengan mengarahkan agar orang itu dapat berkembang bukan karena perintah, tapi karena kesadaran diri,” kata Ranggih.

#6. Mendengarkan dan mau belajar.
Pemimpin yang baik terbuka akan masukan.  “Pemimpin yang mau mendengarkan segala opini dari bawahannya dan juga mau belajar adalah salah satu bentuk penghargaan terhadap anak buah. Pendapat dari anak buah Anda akan menambah wacanaAnda,” ujarnya.

#7. Membangun hubungan yang sama rata.
Sikap pilih kasih terhadap karyawan seringkali menyebabkan ketegangan antara anggota tim. “Di dalam suatu pekerjaan atau proyek, seorang pemimpin boleh melakukan atau membangun hubungan dengan salah satu timnya. Namun, Anda tetap harus bisa menempatkan diri secara proporsional,” tambahnya.

#8. Kritik yang membangun.
Setiap orang memang perlu diberi kritik agar mereka dapat berkembang dan maju. Tapi, yang perlu diperhatikan oleh Anda adalah bagaimana cara membedakan antara kritik membangun dan menjatuhkan. “Kritik yang membangun adalah kritik yang fokus pada profesionalitas, bukan pada pribadi karyawan secara personal. Jauhkan perasaan suka dan tidak suka terhadap pribadi karyawan Anda,” ujar Ranggih.

#9. Mintalah masukan dari mentor.
Pemimpin yang berkualitas tidak lepas dari peran mentor yang dapat memberikan masukan untuk Anda. “Temuilah mentor yang dapat memberikan Anda feedback terhadap kelebihan dan kekurangan Anda. Dengan cara ini, Anda akan tahu apa saja yang perlu Anda perbaiki dan informasi apa yang perlu Anda dapatkan,” ujar Borba Von Stauffenberg, president of Olive Public Relations Solutions.

#10. Rajin membaca buku.
Bung, kemampuan seorang pemimpin diasah dengan berbagai informasi dan wacana. Sumber informasi utama adalah buku. Banyak buku yang membahas mengenai leadership yang efektif. Selain informasi praktis, Anda juga dapat memeroleh inspirasi dan taktik baru dengan membaca buku.

Andakah Sang Pemimpin itu?
Ada beberapa hal yang dapat Anda tanyakan pada diri Anda sendiri, apakah Anda memang sudah bisa dianggap sebagai pemimpin yang berkualitas.

#1. Berapakah jumlah rekan-rekan yang Anda miliki?
A. Kurang dari 50 orang
B. >100 orang

#2. Siapakah rekan kerja di mata Anda?
A. Anak buah 
B. Rekan kerja

#3. Setelah mendapatkan konsep pekerjaan, langkah apa yang selanjutnya Anda lakukan?
A. Memerintahkan ke bawahan untuk mengerjakan.
B. Mendiskusikan dan mengajari cara mengerjakannya.

#4. Bagaimana reaksi anak buah Anda saat Anda masuk ke ruang kerja?
A. Langsung diam karena takut.
B. Tetap biasa, sambil mengerjakan pekerjaan masing-masing.

#5. Seberapa sering Anda ngopi bareng anak buah Anda?
A. Tidak pernah
B. Minimal sebulan sekali.

#6. Apakah Anda mengenal masing-masing anak buah?
A. Kenal nama saja.
B. Kenal – bahkan sampai nama istrinya.

#7. Saat target pekerjaan tidak tercapai, apa yang Anda lakukan?
A. Menyalahkan anak buah.
B. Mengevaluasi dan mencari solusi bersama.

#8. Kata apa yang paling Anda sukai?
A. Aku
B. Kita

#9. Apa yang menjadi prioritas Anda?
A. Target pekerjaan tercapai
B. Proses mencapai target pekerjaan.

#10. Saat ada anak buah Anda mengalami putus cinta, apa yang biasa Anda katakan?
A. Sudahlah, itu sudah nasib kamu.
B. Perjuangkan apa yang kamu inginkan.

Catatan: Jika pilihan “B” lebih dari 7 poin, berarti Anda adalah seorang pemimpin.