Pemutaran Film \'Dilan 1991\' Di Makassar Diwarnai Anarkis
Poster 'Dilan 1991' (Max Pictures)
Uzone.id- Ada kabar sekelompok massa yang menolak diputarnya film 'Dilan 1991' melakukan aksi anarkis dengan merusak properti milik bioskop.
Menurut Produser Max Pictures Ody Mulya Hidayat, massa ada yang merobek poster film, namun bukan poster 'Dilan 1991'.
"Kan saya sudah bilang kalau anarkis you udah kriminal, urusannya sama polisi," kata Ody kepadaUzone.id, Kamis (28/2/2019).
Menurut Ody, massa yang merusak itu cuma oknum yang mengaku mahasiswa. Kalau ditanya mahasiswa mana, kata Ody, mereka gak mau bilang.
Beberapa hari sebelum film tayang, Ody sudah memboyong 30 rombongan dari pihak Lembaga Sensor Film (LSF) dan perwakilan The Panas dari Jakarta ke Makassar untuk melakukan audiensi dengan massa pemrotes.
"Mereka (massa pemrotes) kita panggil tapi ujung-ujungnya mereka minta bantuan gitu aja. Bantuan kita tolak, kesel juga ada wartawan sana yang memojokkan kita tanggapan mengenai Dilan ditolak di makassar gimana, lho yang nolak siapa, gak ditolak," tutur Ody.
Meskipun ada insiden kecil, film 'Dilan 1991' tetap tayang di Makassar karena pihak LSF tidak mempermasalahkan konten filmnya.
"ini sudah lolos untuk kalangan 13 tahun ke atas. Lalu apa yang dipermasalahkan," Ody merasa heran dengan adanya protes terhadap filmnya.
Ada aksi dorong
Sempat ada aksi protes di di dalam mall kawasan Panakukang, Kota Makassar. Bahkan sempat diwarnai dengan saling dorong antara pendemo dengan petugas keamanan, seperti dilaporkandetik.com.
Ketua Umum Laskar 98, Rudini mengatakan kepada wartawan bahwa dia melihat ada anak di bawah umur mau nonton film Dilan.
"Jadi diminta dengan baik tapi mereka hanya iya-iya saja, akhirnya tiga puluh menit kemudian akhirnya saling dorong karena kita mau kasih keluar," kata Rudini pada Kamis malam.
Mereka pun berharap pemerintah Indonesia pemerintah mencekal film Dilan di seluruh bioskop di Indonesia.
"Film ini kami anggap tidak bagus dipertontonkan di Indonesia, melihat moral generasi dari pihak sekolah tidak dapat mengatur murid dan gurunya. Dan ini nanti nya dapat langsung di berbagai media sosial, seperti Youtube dan Facebook," kata Rudini.