Penanaman 5.700 Mangrove Catat Rekor Dunia
Penanaman sebanyak 5.700 batang pohon mangrove dengan melibatkan 2.017 siswa SMP dan SMA se-Kecamatan Suranenggala Kabupaten Cirebon, masuk rekor dunia dan tercatat dalam Record Holder Republic yang berpusat di London.
Penanaman mangrove tersebut merupakan kerja sama BBWS Cimanuk-Cisanggarung dengan PMII Cirebon, di sepanjang Sungai Winong, Selasa, 25 April 2017 pagi. Selain masuk rekor dunia, juga tercatat di Original Rekor Indonesia dengan kategori Kolosal dan Unik.
Menurut perwakilan Record Holder Republic, Lia Mutisari, rekor dunia tersebut diakui dan akan dicatat website Record Holder Republic. "Kegiatan ini tentu sangat kami apresisasi dan tercatat di Record Holder Republic yang berpusat di London dengan rekor penanaman mangrove terbanyak secara serentak," katanya.
Sementara itu President Original Rekor Indonesia (ORI) Agung Elvianto mengungkapkan, kegiatan penanaman 5.700 batang pohon mangrove secara serentak merupakan sejarah baru. Karena itu kegiatan tersebut tercatat di ORI dengan kategori kolosal dan unik.
"Bahkan setelah kami data, siswa SMP dan SMA yang terlibat bukan hanya 2.017 anak sesuai yang didaftaran tetapi malah yakni 2.115 siswa," katanya.
Kabid Program dan Perencanaan Umum Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung, Dwi Agus Kuncoro, kegiatan tersebut digelar dalam rangka memperingati Hari Bumi. Menurut dia, upaya penanaman ini tidak akan dibiarkan begitu saja, tanpa ada monitoring dan pengawasan pascapenanaman.
"Nanti setelah penanaman, minimal seminggu sekali dikontrol, yang dibuktikan dengan foto lokasi yang dikontrol," ujarnya.
Dikatakannya, sebelum penanaman serentak 5.700 batang mangrove, di Sungai Winong sebelumnya sudah dilakukan penanaman 300 batang mangrove. Menurut Agus, penanaman di sepanjang Sungai Winong, dilakukan sebagai upaya mengembalikan ekologi sungai, yang sudah mulai menunjukkan kerusakan.
"Seperti kita tahu, manfaat pohon mangrove sangat besar dalam mengembalikan ekologi sungai. Apalagi saat ini, di sepanjang Sungai Winong terjadi pendangkalan," katanya.
Menurut dia, pemilihan Sungai Winong untuk pilot projeck upaya rehabilitasi sungai dilakukan, melihat potensi kebersamaan masyarakat sekitar. "Tanpa ada peran serta masyarakat, kuwu dan birokrat, upaya mengembalikan lingkungan sungai sebagaimana mestinya, rasanya sulit diwujudkan. Makanya melihat potensi kebersamaan dan sumber daya yang ada, BBWS Cimanuk-Cisanggarung bersama dengan PMII Cirebon memilih lokasi di Kecamatan Suranenggala," tuturnya.
Pelibatan siswa SMP dan SMA sendiri, dengan pertimbangan, gerakan cinta sungai harus ditumbuhkan dan membutuhkan sumber daya untuk regenerasi.
"Mereka kan akan tumbuh dewasa dan menggantikan kita nanti. Diharapkan kegiatan ini menjadi titik tolak gerakan cinta sungai yang masif, yang memunculkan kesadaran akan pentingnya menjaga sungai," katanya.***