Peneliti Garap Robot Sperma untuk Obati Penyakit Kanker
Sekelompok peneliti tengah mengembangkan penelitian mengenai sebuah robot sperma bio hibrida berukuran kecil. Buat apa? Ternyata robot tersebut dirancang untuk mengirimkan obat kanker ke bagian tumor di bagian reproduksi wanita demi meningkatkan efektivitas penyembuhan.
DilansirLive Science,dalam artikel yang diterbitkan jurnal ACS Nano, mikrobot itu membawa sperma dari seekor banteng yang dikombinasikan dengan bahan plastik, mikrostruktur 3D yang dilapisi bahan dasar besi.
Lapisan itu dapat membantu peneliti untuk mengarahkan si robot sperma ke targetnya dengan menggunakan magnet.
Saat robot itu mencapai bagian tumor yang dituju, robot tersebut akan melepaskan sel sperma yang membawa obat anti kanker. Sel sperma kemudian akan menembus sel kanker dan langsung melepaskan obat yang dia bawa pada lokasi tumornya.
Kendati terdengar menakjubkan, teknologi tersebut masih belum siap untuk diimplementasikan. Saat ini, robot sperma itu baru dalam tahap percobaan di laboratorium dan masih diperlukan riset lebih banyak lagi sebelum bisa diaplikasikan pada manusia.
Memang cara yang disebut 'spermbot' ini terdengar sebagai suatu cara yang unik dan aneh dalan mengantarkan obat ke suatu bagian khusus di tubuh. Tetapi, para peneliti beranggapan bahwa sperma sangat cocok untuk pekerjaan tersebut.
"Kami memutuskan untuk menggunakan sel sperma karena mereka memiliki kemampuan untuk berenang secara alami di bagian reproduksi wanita," kata Mariana Medina-Sanchez, anggota tim studi dan juga pemimpin dari Micro and Nanobiomedical Engineering Group di Institute for Integrative Nanosciences.
Ia pun menjelaskan bahwa proses menyatu tersebut juga bisa sperma lakukan pada sel kanker dan sperma akan mampu untuk melepaskan obat di dalam sel kanker tersebut. Hal tersebut akan membuat pengobatan jauh lebih efektif.
"Sperma juga memiliki kemampuan alami untuk menyatu dengan sel telur, dan ini sangat bermanfaat," kata Medina-Sanchez.
Dalam studinya, Medina-Sanchez menjelaskan bahwa peneliti mengisi bagian kepala sel sperma dengan obat kanker serviks. Bagian kepala sel sperma akan melindungi obat itu dan obat tersebut juga tidak akan mempengaruhi sel sperma sebagaimana obat kanker mempengaruhi sel kanker.
Para peneliti berharap ke depannya mereka bakal bisa melakukan eksperimen tersebut pada hewan. Dan jika memungkinkan bakal mengganti sperma banteng dengan sperma manusia.
Masih Banyak Tantangan Untuk Percobaan ke Manusia
Meski eksperimen di laboratorium terbilang sukses. Menurut Medina-Sanchez, para peneliti masih mengalami beberapa permasalahan yang harus dipecahkan.
Seperti mereka ingin membuat plastik berlapis besi agar bisa hancur atau larut setelah mengantarkan obat. Hal ini dapat menghindari reaksi yang bisa ditimbulkan dari struktur bagian tubuh yang menjadi target.
Selain itu pada eksperimen sukses tersebut, peneliti hanya mampu mengarahkan satu sel sperma saja, padahal agar pengobatan bisa efektif robot sperma harus mengantarkan dosis obat yang tepat sementara robot tersebut tak mampu mengangkut obat dalam jumlah banyak.
Robot sperma itu juga memerlukan teknologi baru agar bisa digunakan oleh para dokter di rumah sakit. Karena sekarang ini robot sperma tersebut cukup sulit untuk dilihat bahkan dengan sistem mikroskop yang ada sekarang karena ukurannya yang sangat kecil.
Memang ukuran kepala dari sel sperma saja adalah 5 sampai 10 mikrometer. Dan struktur lapisan hanya sedikit lebih besar dari besar kepala sel sperma. Hal itu membuatnya cukup sulit dilihat dan diarahkan.
"Idealnya kita ingin membuat robot sperma itu bisa dilihat secara langsung agar bisa diarahkan ke targetnya," jelas Medina-Sanchez.
Ia kemudian menambahkan bahwa untuk sekarang sistem dan teknologi yang ada hanya mampu menampilkan suatu objek berukuran sekitar 100 mikrometer.
Tak Hanya Untuk Kanker Serviks
Dalam eksperimen tersebut robot sperma diuji dengan menggunakan sel kanker serviks. Tetapi ke depannya para peneliti ingin penggunaan robot sperma itu dapat digunakan untuk semua jenis kanker yang terjadi pada organ reproduksi wanita seperti kanker ovarium, kanker uterus, dan kanker serviks.
Pengembangan teknologi ini akan membantu banyak orang yang mengalami kanker untuk bisa melakukan pengobatan dengan lebih efektif.