Penjelasan Facebook Soal Data 530 Juta Pengguna Bocor

pada 4 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Ilustrasi (Foto: Priscilla Du Preez / Unsplash)

Uzone.id- Facebook Inc pada Selasa (6/4/2021) mengatakan bahwa kebocoran data yang dilaporkan baru-baru ini berdampak pada 530 juta pengguna yang berasal dari penyalahgunaan fitur pada tahun 2019.

Facebook pun telah menutup celah tersebut setelah mengendus ada masalah ketika itu.

Business Insidermelaporkan pada minggu lalu bahwa nomor telepon dan detail lainnya seperti profil pengguna beredar di database publik.

BACA JUGA:Kata Pengamat Soal Pencurian Data Pengguna Facebook

Facebook mengatakan "aktor jahat" telah memperoleh data sebelum September 2019 dengan "mengorek" profil menggunakan kerentanan di alat layanan media sosial untuk menyinkronkan kontak.

Facebook mengatakan bahwa perusahaan telah mengindentifikasi masalah pada saat itu dan memodifikasitool.

"Sebagai hasil dari tindakan yang kami ambil, kami yakin bahwa masalah khusus yang memungkinkan mereka untuk menghapus data ini pada tahun 2019 sudah tidak ada lagi," kata Facebook dalam sebuah posting blog, seperti dilansirUzone.iddariReuters.

Uzone.id meminta pendapat kepada ahli keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya soal isu kebocoran data ini. Dia pun mengamini pernyataan Facebook bwhwa ini merupakan data lama yang dulu pernah bocor.

"Jadi memang data kita di dunia maya sudah menjadi komoditas yang berharga sehingga kita harus hati-hati menjaganya,” kata Alfons.

Dia lalu menekankan apa yang pernah pengguna informasikan ke platform digital harus diasumsikan rentan untuk dibagikan. Pengguna juga harus selalu bersiap-siap kalau data tersebut bocor.

“Misalnya data pribadi seperti siapa saja keluarga kita, teman, group apa saja yang diikuti, itu semua adalah big data yang bisa dianalisa dan dijadikan sebagai sebagai sarana mengetahui kita lebih jauh,” tuturnya.

Alfons mengatakan bahwa data langsung, seperti nomor telepon dan email jelas akan dieksploitasi dan dijadikan sebagai sumber informasi untuk mendapatkan keuntungan bagi peretas.

Maka dari itu, Alfons mengingatkan pentingnya Two Factor Authentication (TFA). FTA adalah standar minimal untuk menjaga aset digital.

"Tanpa TFA sebaiknya jangan menggunakan layanan digital yang bersangkutan, karena sangat rentan eksploitasi," terang Alfons.

 

VIDEO Yang Harus Dilakukan Saat Ponsel Hilang, Gampang!