Penyebab Sifat Penyendiri adalah Faktor Genetika?
Pernahkah jantung Anda berdebar begitu kencang, tangan gemetar hebat, dan napas terasa sesak saat berada di tengah kerumunan? Takut merasa dipandang negatif oleh orang lain? Jika iya, bisa jadi Anda mengalami fobia sosial.
Baca:5 Keunikan dari Pribadi Penyendiri
Orang dengan gangguan ini biasanya lebih nyaman menjadi penyendiri dan berbincang dengan orang lain melalui perantara teknologi, seperti pesan instan atau media sosial.
Namun jangan khawatir. Para ilmuwan dari Jerman sudah menemukan penyebabnya. Dalam jurnalPsychiatric Geneticsedisi Maret 2017, mereka menyatakan bahwa penyebabnya adalah genetika.
Dalam artikel yang berjudul “Further Evidence for Genetic Variation at the Serotonin Transporter Gene SLC6A4 Contributing Toward Anxiety”, para ilmuwan menjelaskan musabab fobia ini. Fobia sosial terjadi karena terhambatnya pengiriman hormon serotonin ke otak. Serotonin berperan dalam memberikan perasaan nyaman dan tenang.
Baca:Orang Pintar Terbukti Lebih Penyendiri
Andreas Forstner, anggota studi dari Institute of Human Genetics, University of Bonn, Jerman, mengatakan, selama ini, hanya beberapa kandidat gen yang diketahui terkait dengan hal tersebut. “Karena itu, kami lakukan studi yang komprehensif untuk menguaknya,” kata dia.
Bersama peneliti dari Clinic and Policlinic for Psychosomatic Medicine and Psychotherapy, University Hospital Bonn, Forstner meneliti asam nukleotida (DNA) dari 321 pasien. Lalu, tim membandingkannya dengan 804 DNA kontrol. Fokus mereka adalah polimorfisme nukleotida tunggal (SNPs) atau yang populer disebut Snip.
“Snip adalah salah satu bentuk variasi materi genetika manusia,” ujar Forstner. Materi ini ditunjukkan oleh empat nukleotida tunggal yang berbeda susunan rangkaian basa DNA, yakni adenina (A), timina (T), guanin (G), dan sitosina (C).
Penyebab penyakit genetika sering terletak di salah satu SNPs. Ilmuwan memperkirakan ada lebih dari 13 juta perubahan yang terjadi dalam genetika manusia. “Kami menyelidiki 24 SNPs yang diduga menjadi penyebab fobia sosial dan gangguan mental lainnya,” kata Johannes Schumacher, anggota penelitian, dari University of Bonn.
Selama studi, ilmuwan menanyakan apa yang pasien fobia sosial parah rasakan saat berada di kerumunan. DNA mereka juga diperiksa untuk melihat hubungan penyakit dan genetika. Lalu, tim membandingkan dua data tersebut. Hasilnya, ada indikasi bahwa SNPs dalam hormon serotonin dengan kode SLC6A4 terlibat dalam pengembangan fobia sosial.
Rupert Conrad, anggota studi, mengatakan tim selanjutnya ingin menyelidiki studi yang lebih besar. “Untuk lebih membuka kemungkinan penyebab lain,” ucap dia.
Yang jelas, Stefanie Rambau, anggota penelitian, menambahkan, studi ini adalah dasar diagnosis untuk mendapatkan prosedur pengobatan fobia sosial yang lebih baik pada masa depan.
PSYCHIATRIC GENETICS | SCIENCE DAILY | Amri Mahbub
Berita Terkait: