Perginya Sang Pujaan Kaum Rasta

pada 6 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Empat puluh tiga tahun lalu, seorang raja di Afrika meninggal dunia, namanya melekat dengan sosok musisi legendaris  Robert Nesta Marley alias Bob Marley. Ia adalah Haile Selassie, yang dipercaya sebagai Raja Ethiopia ke-225 dari garis Raja Sulaiman dan Ratu Sheba.

Pada 21 April 1966, sang raja mengunjungi Jamaika, tempat Bob Marley terlahir. Sayangnya, Marley sudah dua bulan merantau ke Amerika. Dia tidak sedang di Kingston, kampung halaman sekaligus ibukota dari Jamaika.

“...Kedatangan Selassie lebih dari kunjungan pembesar asing dalam sebuah kunjungan kenegaraan. Itu tidak lebih dari kelahiran Mesiah ke Tanah Jamaika,” tulis Sherry Paprocki dan Sean Dolan dalamBob Marley: Musician(2009). Tak heran jika ribuan massa antusias datang melihat Haile Selassie.




Raja bernama asli Tafari Makonnen ini, pernah mendapat bergelar Ras. Hingga dia dikenal sebagai Rastafari. Dari namanya itu istilah Rastafari muncul. Gerakan Rastafari, yang sering diidentikkan dengan musik reggae itu, menganggapnya sebagai raja diraja; tuan dari segala tuan; dan Singa Yehuda. Ia juga diaku sebagai: Jah.

Bagi kaum rasta, Selassie yang naik takhta sebagai kaisar Ethiopia sejak 1930 itu mulia layaknya nabi dalam bibel. “Menurut kepercayaan Rastafarian, menganggap Selassie sebagai titisan Tuhan,” tulis bukuReggae Musik, Spritual, dan Perlawanan(2008).

Rastafari menjadi ajaran yang populer di Jamaika. Ajaran ini “berkembang diantara penduduk yang sangat miskin, dan depresi terkelam yang dialami oleh budak-budak Afrika.” Budak-budak asal Afrika beranak-pinak pula di Jamaika. Dari garis ibu, Bob Marley adalah salah satu keturunannya. Ayah Marley, Norval Sinclair Marley, adalah orang Inggris asal Sussex. Marley dibesarkan ibunya yang ditinggal sang ayah dalam kondisi hamil. 

Setelah tenar di genre musik Reggae, Marley sempat terlibat dalam perpolitikan di Jamaika dan juga tinggal di luar negeri. Ketika Bob sedang jaya, Haile Selassie meninggal dunia pada 27 Agustus 1975, setelah sang raja dikudeta kaum komunis dan kuasanya berakhir pada 12 September 1974.

“Saat Bob Marley tinggal di Inggris pada tahun 1977, ia diberi kesempatan untuk bertemu keluarga kerajaan Haile Selassie. Keluarga Haile Selassie pada tahun 1977 berada di pengasingan dari Ethiopia akibat berkuasanya rezim komunis Derge yang memburu segala sisa kerajaan Ethiopia,” tulis Ras Muhammad dalamNegeri Pelangi(2013).

“Bob Marley pun tersanjung dan terharu mendapat kesempatan bertemu dengan keluarga Haile Selassie I, sosok yang ia kagumi dalam hidupnya. Bob Marley mendapat kehormatan berbicara langsung secara empat mata dengan putra mahkota Asafa Wossen, calon penerus warisan tahta Haile Selassie I. Mereka berdua berbincang selama dua jam membahas apa yang terjadi di Ethiopia, yaitu peristiwa kudeta komunis, krisis politik, dan dinasti Solomon yang digulingkan.”




Seperti Rastafari lain, ketika ditanya soal Rastafari, Marley mengatakan bahwa Kaisar Haile Selassie dari Ethiopia adalah Yang Maha Kuasa. Ucapan itu dicatat Stephen Davis dalamBob Marley: The Biography(1983). Itulah kenapa Marley ingin terbang menuju Ethiopia, tanah yang dianggap sebagai akar dari orang-orang sepertinya.

Menurut David Vlado Moskowitz dalamBob Marley a Biography(2007), Marley akhirnya mencoba masuk ke Ethiopia. Dia masuk bersama Alan Skill Cole, orang yang melatih tim sepakbola Ethiopia Airline. Bob sendiri memperoleh visa pada 1978. Setelahnya, dia harus melalui penerbangan panjang dan berkali-kali transit.

“Bob meninggalkan Jamaika dan terbang ke London, lalu Nairobi dan kemudian tiba terbang lagi ke Ethiopia.”

“Beberapa bulan pertama mengunjungi Ethiopia, dia menghabiskan waktu empat hari di Addis Ababa bersama Alan Skill Cole, yang melatih tim sepakbola,” tulis John Masouri, dalamWailing Blues: The Story of Bob Marley's Wailers(2009).

Tentu, ia di sana mengunjungi tempat-tempat yang terkait dengan Haile Selassie. “Bob juga menghabiskan waktu bersama komunitas petani religius bernama Shasshamani [....] Bob kembali dari Afrika terlihat segar dan siap kembali bekerja,” tulis David Vlado Moskowitz. Marley kemudian memang membuat album dan rekaman lagi.

Bagaimana hubungan Marley dengan Haile Selassie dan Ethiopia setidaknya terlihat pula dalam sampul album kompilasi Greatest Hits Marley.



“Terlihat Bob Marley sedang menyentuh dagunya dan mengenakan cincin di jari tengahnya. Cincin tersebut adalah cincin dari Kerajaan Dinasti Solomon di Ethiopia. Di tengah-tengah cincin tersebut terukir Lion of Judah. Cincin yang dikenakan ini berupa cincin asli Lion of Judah dari Kerajaan Ethiopia,” Ras Muhammad menuliskan kalimat itu dalam bukunya. Ras Muhammad mengaku memiliki dua cincin yang mirip dan sama-sama dari Ethiopia.

Berkembang cerita bahwa cincin yang dipakai Marley itu hadiah dari Haile Selassie yang dititipkan melalui putra mahkotanya Asafa Wossen kepada Marley. Setelah Raja meninggal dan Asafa berada di Inggris, barulah cincin itu diberikan pada Marley.

Ethiopia pun mengenang Marley. Sebuah patung Bob Marley bersama gitar Les Paul miliknya satu dekade belakangan berdiri tegak di ibukota Ethiopia. Setelah Marley meninggal pada 11 Mei 1981, penganut Ortodoks Ethiopia bersama kaum Rastafari ikut serta dalam prosesi kematian Marley.


--------------------

Catatan: Naskah ini pernah tayang pada 11 Mei 2017 di Tirto dengan judul "Kecintaan Bob Marley terhadap Kaisar Ethiopia Haile Selassie". Pada Mozaik edisi 27 Agustus 2018, naskah tersebut kami tayangkan kembali dengan minor penyuntingan.
Baca juga artikel terkaitMOZAIK TIRTOatau tulisan menarik lainnyaPetrik Matanasi