Periskop 2024: AI Jahat hingga Ransomware Masih Menjamur

pada 1 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id– Jika flashback sedikit ke tahun 2023 dan tahun-tahun sebelumnya,serangan sibermemang tidak pernah mereda. Selalu ada saja kasus seperti phishing, kebocoran data dan serangan siber lainnya yang menimpa masyarakat Indonesia.

Di tahun ini pun demikian, menurut pakar keamanan siber Pratama Persadha, tahun 2024 masih akan banyak serangan di dunia digital yang kemungkinan dihadapi oleh bangsa Indonesia.

Pratama pun memprediksi beberapa ancaman siber yang terjadi di tahun 2024, yakni serangan AI dan serangan ransomware yang semakin canggih nan beragam.

“Beberapa perkiraan ancaman siber yang perlu menjadi perhatian dan diwaspadai pada tahun 2024 antara lain Serangan Ransomware yang lebih canggih dengan teknik dan taktik yang lebih canggih, termasuk penggunaan teknologi kecerdasan buatan dan enkripsi yang lebih kuat,” kata pengamat siber sekaligus Chairman CISSReC Pratama Persadha dalam keterangan yang diterima Uzone.id, Senin, (1/12).

 

 

Selain serangan ransomware, ada juga serangan APT (Advanced Persistent Threat) yang perlu diwaspadai di tahun ini. Pratama menjelaskan kalau serangan APT ini diprediksi lebih terfokus pada sektor-sektor penting.

Sektor ini antara lain pemerintahan dan bisnis besar dengan tujuan spionase dan pencurian data sensitif. Terlebih tahun 2024 menjadi tahun pemilu yang mana ancaman siber kemungkinan membayang-bayangi sektor pemerintahan.

Sumber foto: CISSReC 

AI juga akan memiliki dampak besar pada keamanan siber di tahun ini, phishing dan SMS penipuan kemungkinan sudah dimodifikasi dengan bantuan AI sehingga sulit dikenali karena memiliki lebih sedikit kesalahan tata bahasa.

“Dengan akses ke informasi seperti nama, perusahaan, dan jabatan, penyerang dapat menggunakan AI agar lebih mudah menargetkan lebih banyak orang dengan email pribadi yang disesuaikan ke calon korban,” tambah Pratama.

Selain itu, ada juga perkiraan Perluasan Serangan Supply Chain yang perlu diwaspadai karena peningkatan serangan terhadap rantai pasokan untuk merusak perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan oleh organisasi dan individu tertentu.

 

 

Prediksi selanjutnya adalah ancaman yang paling berbahaya, dimana serangan siber dilakukan oleh negara-negara tertentu demi keuntungan geopolitik. Seperti yang kita tahu, kondisi geopolitik saat ini semakin memanas di beberapa negara dunia.

Menurut Pratama, negara-negara akan melakukan operasi siber dimana prioritas mereka adalah untuk ambisi geopolitik, pembangunan ekonomi, dan persaingan dengan pesaing regional, serta serangan yang mengganggu, terutama menargetkan mata uang kripto (yang sering digunakan) untuk mendanai operasi spionase.