Ini perkembangan aplikasi di Asia-Pasifik

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

OutSystems, sebagai platform pengembangan aplikasi Low-Code, menerbitkan fokus laporan penelitian Asia Pasifik (APAC) mengenai status pengembangan aplikasi dan tantangan yang terkait didalamnya.

Laporan ini memperkenalkan hasil survei terperinci dari lebih 680 profesional IT di industri dan pasar di seluruh Asia Pasifik.

"Survei 2017 kami mengungkapkan bahwa banyak profesional IT di Asia Pasifik menghadapi tantangan signifikan dalam hal transformasi digital dan pengembangan aplikasi. Sebagian besar perusahaan masih berjuang dengan tumpukan pesanan yang banyak, tidak memiliki waktu untuk berinovasi, sumber daya langka dan sistem yang kompleks. Dan masalah ini semakin memburuk dengan kompleksitas dalam inisiatif bisnis dan tuntutan untuk seluler serta Internet Of  Things (IoT)," kata Wakil Presiden Asia Pasifik untuk OutSystems Mark Weaser, dalam keterangan tertulisnya, kemarin.

Laporan penelitian yang baru ini memberikan wawasan mendalam bagi para manajer IT, arsitek perusahaan, dan para pengembang yang menangani berbagai masalah.

Transformasi digital menciptakan tantangan IT yang baru di setiap tingkat perusahaan. Laporan OutSystems ini melihat lebih dekat isu-isu paling penting serta bagaimana mereka ditangani, untuk menghindari peluang pasar yang tidak terjawab dan turunya pendapatan.

Tujuh temuan utama yang mempengaruhi setiap profesional IT dari CTO sampai ke pengembang garis depan

Backlog yang besar memperlambat produktivitas. Hampir setengah (45%) dari profesional IT  melaporkan memiliki backlog pada aplikasi seluler, beberapa dengan lebih dari 10 aplikasi yang sedang menunggu untuk dikembangkan.

Kesenjangan dalam keterampilan menghambat pertumbuhan. Meskipun 93% responden mengatakan bahwa fungsionalitas seluler adalah persyaratan yang sangat penting, 42 % organisasi melaporkan kekurangan pengembang seluler dan 53 % melaporkan adanya kesenjangan pengetahuan mengenai keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani ‘Mobile’.

Waktu pengembangan terlalu lama. Hampir tiga perempat (69 %) profesional IT mengatakan bahwa, rata-rata, membutuhkan waktu lebih dari tiga bulan untuk mengembangkan aplikasi seluler. Untuk 8 % responden, waktu yang dibutuhkan bahkan lebih dari setahun Tidak mengherankan, jika ini menyebabkan faktor ketidakpuasan yang cukup besar, dengan hampir setengah (43 %) responden mengatakan bahwa mereka tidak senang dengan kecepatan tim pengembangan aplikasi mereka saat ini.

Hambatan terhadap kesuksesan sangat banyak. Manajer IT menghadapi segala macam tantangan dalam hal pengembangan mobile. Kurangnya keterampilan, waktu dan anggaran merupakan tantangan yang utama.

Kebutuhan mobilitas melonjak. Mobilitas adalah persyaratan bisnis yang paling umum untuk aplikasi, dan telah naik ke peringkat 6 dalam survei 2015 kami. Selain itu, 93 % responden mencatat bahwa itu adalah persyaratan atau sangat penting untuk memasukkan fungsionalitas seluler ke dalam aplikasi mereka saat ini dan masa depan.

Percobaan sedang meningkat. Perusahaan berfokus pada menemukan pendekatan teknis yang tepat untuk membangun aplikasi mereka, dan telah menghasilkan eksperimen yang signifikan. Sebenarnya, 44% profesional IT mengatakan bahwa mereka telah menggunakan atau masih memutuskan untuk menggunakan platform Low-Code atau No Code untuk mendukung strategi IT mereka. 43 % juga mengatakan bahwa perusahaan mereka memungkinkan masyarakat pengembang untuk memanfaatkan teknologi ini.

Low-Code sedang berkembang. Perusahaan yang telah mengadopsi platform pengembangan Low-Code melihat peningkatan dalam hal waktu pengembangan aplikasi seluler yang lebih cepat.(wn)