Pernah Booming, Startup NFT OpenSea PHK 50 Persen Karyawan

pada 1 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id– Masih ingat dengan NFT foto selfie Ghozali Everyday yang dijual di situs OpenSea dengan harga miliaran? Kejadian ini kurang lebihboomingpada awal tahun 2022, dan setelah itu warganet Indonesia (dan dunia) ikut-ikutan menjual NFT di situs tersebut.

Sayangnya, situs OpenSea kini sedang tidak baik-baik saja. Startup marketplace NFT ini dikabarkan telah memangkas setengah dari jumlah karyawan mereka.

“Hari ini, kami memutuskan untuk membuat perubahan organisasi dan operasional yang signifikan seiring dengan fokus kami dalam membangun OpenSea yang lebih gesit dan lebih baik,” kata juru bicara OpenSea, dikutip dari Decrypt, Senin, (13/10).

Jumlah karyawan yang terkena PHK mencapai 50 persen, namun perusahaan enggan menyebut jumlah pasti karyawan yang terdampak perubahan ini.

 

 

Sebelumnya, salah satu founder dan CEO dari OpenSea, Devin Finzer sempat menyinggung soal perubahan dalam startupnya. Ia mengatakan akan mereorientasi ulang tim untuk meluncurkan OpenSea generasi selanjutnya.

“Hari ini kami mengorientasikan ulang tim pada “OpenSea 2.0”, sebuah peningkatan besar pada produk kami - termasuk teknologi dasar, keandalan, kecepatan, kualitas, & pengalaman,” ujarnya.

Karyawan yang terdampak akan mendapatkan uang kompensasi sebesar 4 kali gaji, 6 bulan layanan kesehatan dan mental dan percepatan waktu untuk pemberian ekuitas.

OpenSea sendiri adalah marketplace terbesar untuk NFT dan booming pada 2021-2022 lalu. Startup ini juga terus mendapat kucuran dana dari berbagai investor hingga menjadi startup dengan valuasi USD13.3 miliar pada awal 2022.

 

 

Sayangnya, seiring dengan merosotnya popularitas NFT di seluruh dunia dan turunnya harga kripto, OpenSea juga mengalami penurunan popularitas yang menyebabkan pada pembayaran royalti bagi penjualan NFT.

Pemangkasan karyawan ini bukan yang pertama untuk OpenSea, startup ini melakukan hal yang sama pada Juli 2022 dan memangkas sekitar 20 persen karyawan karena ketidakstabilan makroekonomi yang semakin meluas kala itu.