Plus Minus Starlink Kata Konsumen: Internet Cepat, Tapi Mahal!

pada 1 bulan lalu - by

Uzone.id- Butuh tiga tahun bagi Insaf Albert Tarigan hingga akhirnya perangkat pendukung untuk layanan internetStarlinktiba di depan rumahnya. 

Nekat, satu kata pas yang menggambarkan ketika ia melakukanpre-orderStarlink pada November 2021. Padahal, perusahaanElon Musktersebut belum pasti masuk ke Indonesia (saat itu).

“Waktu itu lagi PSBB, lagi pandemi, terus kemudian saya baca website-nya bahwa mereka buka untuk pre-order, nah saat itu saya pre-order dengan deposit USD150,” katanya, kepada timUzone.id.

“Dan waktu itu Starlink mengatakan kemungkinan untuk wilayah Indonesia atau wilayah saya berada, layanan baru akan tersedia pada tahun depannya gitu,” jelas pria yang disapa Albert itu.

Penantian panjang pun berbuah hasil. Ia mendapatkan pemberitahuan bahwa perangkat pendukung layananStarlinksegera dikirim ke rumahnya.

Ia pun diwajibkan melunasi pembayaran dalam waktu 7 hari sejak pemberitahuan diterima. 

“Jadi depositnya USD100 (Rp1,5 jutaan) setelah itu dilunasi. Dan harga perangkatnya sendiri Rp7,8 juta. Jadi Rp7,8 juta kurang Rp1,5 juta, ya sekitar kira-kira Rp6,3 juta yang harus saya bayarkan untuk unitnya dikirim ke rumah,” terang Albert.

Berawal dari penasaran 

Keputusan membeli layanan Starlink berawal saat Elon Musk bermimpi Bumi tak memiliki blank spot koneksi internet. 

Memanfaatkan teknologi satelit Low Earth Orbit (LOE), Starlink diklaim dapat menjangkau daerah-daerah yang tidak terjangkau fixed broadband, cocok bagi Indonesia sebagai negara dengan lebih dari 17 ribu pulau.

Rasa penasaran Albert bertambah saat melihat beberapa ulasan di YouTube. Ia juga ingin tau, apakah Starlink benar-benar mendapatkan izin dari pemerintah atau tidak untuk beroperasi di Indonesia.

“Jadi saya penasaran saya kepingin beli plus adopter gitu ya untuk mengecek kira-kira di Indonesia gimana, meskipun waktu itu belum ada kepastian apakah izinnya akan diberikan atau nggak gitu ya jadi ini sebenarnya ada spekulatifnya juga sebenernya gitu,” ucap Albert.

Bagaimana pengalaman menggunakan Starlink?

Saat kami bertanya kepadanya terkait pengalaman menggunakan layanan internet berbasis satelit yang benar-benar baru di Indonesia, menurutnya adaplus minusmenggunakan teknologi ini. 

Albert menuturkan, pemasangan perangkat Starlink di rumah sangatlah mudah. Semuanya dipandu via aplikasi.

Aplikasi Starlink memberikan panduan lengkap, mulai dari pemasangan, di mana lokasi terbaik menaruh terminal, hingga fiturspeed testsendiri.

“Jadiapps-nya itu cukup lengkap sih, tapi simpel.Interfacesimple dan gampang dipahami,” katanya.

Lebih lanjut Albert mengatakan, “Customer servicenggak ada. Teknisi juga nggak ada dan rasanya nggak perlu, karna memasangnya itu gampang banget. Kita tinggal, letakan di mana kita kepingin aja gitu. Dan kalau misalnya mau taruh di genteng ya itu mungkin butuh teknisi.”

Berbasis satelit, koneksi cepat pun jadi keunggulan layanan Starlink. Albert menyebut, kecepatan download paling tinggi di rumah mencapai 270 Mbps, dan terendah berada di kecepatan 40 Mbps.

“Kalau dibilang stabil, nggak. Dia fluktuatif, tapi fluktuasinya itu masih dalam level yang cukup banget,” puji Albert.

Albert sendiri berlangganan paket Starlink paling murah, Rp750 ribu per bulannya. Menurutnya, harga ini relatif mahal bila dibandingkan dengan harga yang ditawarkan penyedia fixed broadband, dan ini memang jadi salah satu kekurangan Starlink.

Belum lagi harus membeli perangkat harga jutaan Rupiah, calon konsumen rasanya akan pikir-pikir kembali untuk berlangganan internet satelit besutan Elon Musk tersebut.

Tapi sesuai dengan pasarnya Starlink, besar kesempatan bagi perusahaan Elon Musk untuk meraup keuntungan besar di Indonesia. 

Starlink menyuguhkan internet cepat di lokasi-lokasi yang sulit dijangkau. Selain itu, para profesional atau pekerja mobile juga bisa memanfaatkannya untuk memaksimalkan pekerjaan mereka. 

“Ini pasti akan laris, terutama misalnya untuk pekerja mobile, termasuk kontraktor-kontraktor yang sedang membangun bendungan gitu, jalan tol di mana yang tidak ada sinyal dan mereka butuh report cepat. Nah ini akan terpakai sih,” ujar Albert.

“Tapi kalau untuk rumahan, untuk kita yang di kota, ini rasanya belum menjadi ancaman serius untuk penyedia layanan internet,” sambungnya.

Terkait kekurangan lainnya, Starlink hingga kini (sampai berita ini diturunkan), belum memilikicustomer serviceatau representatif resmi di Indonesia. 

Sebab, bila ada masalah atau gangguan, konsumen baru bisa mengadu via website resmi Starlink saja. Itupun sebatasfrequently ask questions(FAQ).