Pola Asuh Seribu Hari Pertama Anak Penentu Kecerdasan

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Kecerdasan seseorang sangat bergantung kepada cara orang tua merawat dan mendidik anaknya dalam seribu hari pertama kehidupan.

Anak yang mendapatkan pendidikan, perhatian dan pola asuh yang baik hingga usia 2 tahun cenderung akan menjadi anak yang cerdas. Anak juga mudah memahami mata pelajaran saat menginjak dunia sekolah.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, penghitungan fase seribu hari pertama diawali ketika bayi berada di dalam kandungan. Yakni, saat sembilan bulan atau 270 hari di dalam rahim hingga anak usia dua tahun atau 730 hari.

Menurut dia, masa depan akademik seseorang sangat dipengaruhi oleh peran orang tua dalam menjalani fase seribu hari pertama kehidupan anaknya.

“Itu sangat mendasar bagi kecerdasan anak ke depan, mempengaruhi bagi prestasi siswa di kelas. Ada gejala umum, bahwa dari tampilan fisik bagus tetapi secara kemampuan otak sangat kurang. Untuk itu, kemampuan anak untuk belajar dan memahami pelajaran sangatlah dipengaruhi periode seribu hari pertama kehidupan si anak,” ujar Menteri Muhadjir di Kantor Kemendikbud Senayan, Jakarta, Jumat 26 Mei 2017.

Direktur Pembinaan Keluarga Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Ditjen PAUD-Dikmas) Sukiman pun memberi penjelasan.

Dia mengatakan penyiapan fase seribu hari pertama memerlukan pelibatan antarkementerian dan lembaga. Di antaranya Kemendikbud, Kementerian Agama dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak.

Sukiman menegaskan, pendidikan penguatan karakter yang ingin dibangun pemerintah saat ini sangat berharap banyak pada orang tua dan PAUD. Pendidikan untuk menumbuhkan mental jujur dan selalu siap menghadapi tantangan harus ditanamkan sejak dini.

“Ini adalah pekerjaan lintas sektor dan semua harus terlibat. Itu lebih kental distimulasi dan menyangkut bersinggungan sekali dengan gizinya,” ucapnya.

Kampanye pola asuh

Ia mengatakan, Kemendikbud terus membenahi sisten pendidikan di PAUD di antaranya bekerjasama dengan Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TPPKK). Selain terus membangun kolaborasi dengan berbagai pihak, Kemendikbud juga memanfaatkan media sosial untuk mengkampanyekan pentingnya pola asuh selama seribu hari pertama pada anak.

“Paling tidak, kami menargetkan untuk ada media pertemuan sekali di tiap bulannya, sehingga minimal ada 10 kali pertemuan dalam setahun. Para ibu bisa berkumpul di lembaga PAUD, bergantian menjadi fasilitator untuk berbagi informasi. Yang terpenting adanya diskusi, mengingatkan kepada ibu-ibu bahwa mulai dari dalam kandungan, anak sudah mulai bisa distimulasi perkembangannya,” ujarnya.

Sekolah PAUD

Dirjen PAUD Dikmas Kemendikbud Harris Iskandar mengatakan, pada tahun ini pemerintah menambah jumlah sekolah PAUD. Pasalnya, jumlah anak dengan rentan usia 3-6 tahun kini telah mencapai tak kurang 19 juta orang atau yang terbanyak di ASEAN.

Menurut dia, pengelolaan tenaga pendidikan dan penambahan sekolah PAUD masuk dalam program prioritas. Pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan akses masyarakat kepada PAUD yang berdasarkan pada kualitas pembelajaran.

“(Jumlah siswa) PAUD kita di ASEAN berada di papan atas, terutama jika dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia. Kami sudah mendirikan PAUD ASEAN di Jayagiri, Bandung sebagai pusat penelitian dan pengembangan pentingnya PAUD dalam pendidikan nasional dan keluarga. Pengaruh PAUD semakin luas,” ujar Harris.***