Protein Berlebihan Bisa Membahayakan? Benarkah?
Matematika pembentukan otot berdiri di atas rumus perimbangan nutrisi (karbohidrat-lemak-protein) dan olahraga yang merangsang pertumbuhan otot. Banyak pria cenderung ingin mengambil jalan pintas.
Mereka tahu bahwa protein adalah makanan utama bagi otot. Dan pengetahuan itu dijadikan dogma – protein adalah nutrisi paling penting, yang lain bukan apa-apa. Lalu mereka memasukkan protein dalam jumlah besar ke dalam dietnya, tanpa memperhatikan perimbangannya dengan kebutuhan tubuh akan lemak dan karbohidrat.
Ini adalah konsep yang salah. Protein memang diperlukan tubuh untuk membangun otot, jaringan kulit, rambut, kuku dan lainya. Tapi hati-hati, kebanyakan makan protein bisa membahayakan kesehatan. Sudah banyak studi ilmiah yang membuktikan bahaya mengonsumsi protein berlebih bagi tubuh.
Jumlah protein yang lebih dari 30 persen kebutuhan kalori tubuh bisa membahayakan kesehatan. Menurut Recommended Daily Allowances (RDA) yang dibuat Food and Nutrition Board, idealnya Anda butuh 0,72 gram protein untuk setiap kilogram berat badan. Jadi jika berat badan Anda 80 kg, maka protein yang dibutuhkan adalah sekitar 57 gram.
Tidak seperti sel-sel lemak yang bisa disimpan dalam jaringan lemak jika ada kelebihan, tubuh tidak punya tempat untuk menyimpan kelebihan protein. Oleh karena itu, kebanyakan protein akan diubah tubuh menjadi lemak terlebih dahulu untuk bisa disimpan.
Disinilah kunci dari bahaya kelebihan protein. Semakin banyak protein yang diubah menjadi lemak, cadangan lemak dalam tubuh semakin bertambah. Dan itu berarti risiko penyakit akibat lemak akan berdatangan, mulai dari kolesterol tinggi hingga penyakit jantung
Kelebihan protein juga tidak baik untuk ginjal, hati dan menyebabkan tubuh kekurangan vitamin serta mineral. Kelebihan protein bisa menghasilkan senyawa keton yang bersifat racun. Senyawa tersebut akan menyebabkan ginjal bekerja lebih berat untuk mengeluarkannya dari tubuh.
Alhasil, ginjal akan membutuhkan lebih banyak air dan dari situlah dehidrasi muncul. Jika tubuh mengalami dehidrasi, berat badan bisa berkurang karena massa otot dan tulang berkurang. Akibatnya, timbul risiko osteoporosis.
Senyawa keton dan dehidrasi juga menyebabkan tubuh menjadi lemas, pusing, timbul bau mulut dan lainnya. Protein juga bisa menyebabkan reaksi alergi, seperti dermatitis topic, kaligata, penyakit kolagen, colitis ulserativa dan penyakit crohn.
Selain itu, protein hewani yang berlebihan dapat merusak DNA dan mengubah sel-sel menjadi sel kanker. Jika seseorang memperbanyak konsumsi protein tanpa ada asupan karbohidrat, maka tubuh akan mengubah protein tersebut menjadi glukosa yang seharusnya menjadi tugas karbohidrat dalam menghasilkan glukosa.
Protein yang sudah diubah tersebut tidak bisa membentuk otot. Yang dibutuhkan untuk membentuk otot adalah olahraga rutin dengan asupan protein yang cukup. Untuk itu, sebaiknya bersikaplah seimbang jika ingin mengonsumi makanan atau suplemen berprotein tinggi.
Narasumber: dr. Inge Permadhi, MS, SpGK, spesialis gizi klinik dari FKUI/RSCM
Baca juga artikel:
Makanan Anti-gemuk yang Wajib Anda Ketahui