Pulau Laskar Pelangi Terendam

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

 

Kicauan Andrea Hirata, sang penulis Laskar Pelangi, di atas menunjukkan betapa mirisnya kondisi Pulau Belitung saat ini. Banjir melanda, sehingga berdampak pada kondisi jalanan dan aktivitas warga. 

Sejak Jumat (14/7) sampai Minggu (16/7) hujan deras melanda Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung. Pulau Laskar Pelangi yang selama ini dikenal karena keindahan alamnya harus berduka karena hujan deras itu menimbulkan banjir dan akses jalan terputus.

 

Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir terjadi sejak Sabtu (15/7/2017) pukul 05.00 WIB yang kemudian terus meningkat dan meluas. Ribuan rumah terendam banjir hingga ketinggian 1-2 meter.

Di Kabupaten Belitung Timur, banjir melanda tujuh kecamatan yaitu Kecamatan Simpang Renggiang, Kepala Kampit, Dendang, Damar, Gantung, dan Manggar. Beberapa desa di Kecamatan Simpang Renggiang seperti Desa Simpang Tiga, Air Ruak, Renggiang, Lintang dan Air Madu terendam banjir antara 25-120 centimeter. 

Wilayah Manggar dan Gantung adalah kawasan yang sering disebut dalam novel Laskar Pelangi Andrea Hirata. Di sana juga terdapat Museum Kata milik Andrea Hirata yang menjadi destinasi para wisatawan yang berkunjung ke Pulau Belitung.

BNPB melaporkan, pada Minggu pagi jalan raya dari Gantung menuju Manggar putus, tepatnya di Dusun Selumar RT 12 Aik Merantik Desa Selinsing. Di Kecamatan Manggar jembatan Aik Meranti, Desa Selumar putus sehingga lumpuh total. 

Bantuan logistik mengalami kendala akibat jalan putus dan terendam banjir. Terhambatnya akses transportasi juga disebabkan jembatan yang ambruk terseret arus banjir. Tiga jembatan yang sudah teridentifikasi terputus yakni jembatan Kampung Gunung, Jembatan Batu Penyok dan Jembatan Bantan. Sementara itu hujan lebat masih turun.

Di kampung-kampung tadi, warga terpaksa harus dievakuasi. Namun menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, evakuasi warga terhalang tingginya banjir dan terbatasnya perahu karet. 

Sementara itu, banjir di Kecamatan Kelapa Kampit menyebabkan 9 mobil terjebak banjir dimana 2 mobil hanyut pada Minggu sekitar pukul 02.30 Wib. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. 

Laporan Sutopo lainnya menyebutkan, akses Jalan Raya Kelapa Kampit -Tanjung Pandan tepatnya depan Kompleks PLN Desa Mayang mengalami rusak karena terus menerus tergerus aliran air hujan. Jalan lintas Tanjung Pandan-Buding menuju Kampit dan Manggar tidak bisa dilalui kendaraan karena kedalaman air 3 meter, akibat Sungai Buding meluap.

Di Kabupaten Belitung, banjir melanda empat kecamatan yaitu Kecamatan Tanjung Pandan, Membalong, Sijuk dan Badau. Beberapa ruas jalan juga tidak dapat dilalui kendaraan karena terendam banjir. 

 

Sebanyak 40 rumah di Desa Kembiri Kecamatan Membalong  terendam banjir hingga 2 meter akibat luapan Sungai Kembiri.  Beberapa perahu milik warga tenggelam tersapu banjir yang terjadi pada Minggu dini hari pukul 02.30 Wib di Desa Sungai Padang Kecamatan Sijuk. 

Kerugian sementara 5 unit perahu sampan dan 2 unit perahu boat milik masyarakat Desa Sungai Padang tenggelam.

Aparat gabungan dari TNI, Polri, BPBD, Basarnas, SKPD, PMI, relawan dan masyarakat memantu evakuasi warga yang terkena banjir. Hingga saat ini belum ada laporan jumlah korban jiwa. Pengungsi ditempatkan pada daerah-daerah tinggi yang tidak terkena banjir. Pendataan masih dilakukan.

Hujan yang turun di wilayah Belitung tergolong ekstrem sehingga menimbulkan banjir besar. Berdasarkan data BMKG terukur curah hujan pada 15/7/2017 di stasiun Lalang – Manggar Kabupaten Belitung Timur sebesar 653 mm/hari. 

 

Sedangkan di Kelapa Kampit sebesar 306 mm/hari, Air Asam 290 mm/hari, Membalong 302 mm/hari, Perawas 128 mm/hari, dan Sijuk 82 mm/hari. 

“Besarnya curah hujan yang mencapai 653 mm/hari di Lalang – Manggar adalah kejadian yang ekstrem. Intensitas hujan ini melebihi rata-rata hujan bulanan,” kata Sutopo.

Menurut Sutopo, sudah pasti sistem hidrologi di daerah aliran sungai tersebut akan tidak berlangsung normal. Kemampuan drainase dan sungai beserta anak-anak sungainya tidak akan mampu menampung aliran permukaan sehingga menimbulkan banjir.

Berdasarkan hasil kajian BNPB, air hujan di wilayah Belitung biasanya mengalir sebagai aliran permukaan (run off) dan menggerus permukaan. Kandungan biji timah dan kaolin banyak ditemukan di daerah endapan batuan granit, sehingga daerah sekitar sungai banyak dimanfaatkan sebagai usaha pertambangan. 

 

Banyaknya usaha pertambangan ini yang tidak didukung dengan upaya perbaikan lingkungan yang banyak menyebabkan terjadinya kerusakan ekosistem lingkungan. Air menjadi keruh karena partikel lumpur dan sukar untuk meresap ke tanah dan sungai yang dangkal terdapat di Belitung sebagai akibat dari aktivitas pertambangan tersebut. 

Adanya partikel lumpur hasil tambang yang terbawa aliran menyebabkan drainase dan sungai-sungai menjadi dangkal. Kondisi ini tentu saja jika terus terjadi semakin lama daya tampung sungai semakin lama semakin berkurang dan saat hujan lebat dapat terjadi banjir. 

“Perlu segera ada kebijakan strategis dari pemerintah setempat untuk melakukan restorasi kerusakan akibat tambang dan melakukan pengerukan di aliran-aliran sungai yang sudah dangkal,” pesan Sutopo.