Purwakarta, dari Kota Pensiun ke Kota Sejuta Impian

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

SATU hingga dua dekade silam, Purwakarta memang dikenal dengan julukan Kota Pensiun. Suasananya yang jauh dari hiruk pikuk kendaraan dan lalu lalang manusia membuat Purwakarta layak disebut Kota Pensiun.

Apalagi dengan posisinya yang berada di jalur perlintasan antara Bandung dan Jakarta. Jarang sekali orang sengaja datang mengunjungi Kabupaten terkecil kedua se-Jawa Barat itu. 

Adanya dua waduk raksasa di Purwakarta yaitu Cirata dan Jatiluhur juga berkontribusi untuk menjadikan Purwakarta tidak nyaman dikunjungi. Hal ini karena dengan adanya waduk-waduk tersebut, Purwakarta memiliki cuaca panas akibat reaksi alam.

Akan tetapi, hal tersebut kini tak berlaku lagi. Pemkab Purwakarta menyulap kabupaten yang biasa-biasa saja itu menjadi ?kabupaten istimewa.

Purwakarta kini dikenal di seantero Indonesia bahkan hingga ke mancanegara. Hal itu terjadi berkat pembangunan-pembangunan infrastruktur yang berbasis budaya oleh pemerintah setempat. Bahkan, kini Purwakarta menjadi target destinasi wisata di Jawa Barat.

Siapa yang tak kenal dengan air mancur Sri Baduga yang merupakan air mancur terbesar di Asia Tenggara. Lalu berbagai museum berbasis budaya ada di Purwakarta. Sebut saja Museum Galeri Wayang, lalu Museum Diorama yang menyajikan sejarah kebudayaan Sunda.

Dalam waktu dekat, Purwakarta akan meresmikan hotel yang diberi nama Padjajaran Anyar. Hotel ini bukan hotel biasa karena berada di ketinggian 800-1.000 mdpl di Gunung Parang. Sangat wajar, peningkatan jumlha kunjungan wisatawan asing maupun domestik naik secara signifikan di Purwakarta.

Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik, Diskominfo Kabupaten Purwakarta, Hendra Fadly mengatakan, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan baik domestik maupun asing cukup signifikan.

"Tahun 2015 lalu, sekira 500.000 orang, mengunjungi Purwakarta untuk berwisata. Lalu pada 2016 jumlahnya naik hingga 1 juta orang. Sedangkan pada 2017 ini targetnya adalah 1,5 juta orang mengunjungi Purwakarta namun baru menginjak bulan Oktober jumlah wisatawan yang mengunjungi Purwakarta sudah melebihi target," ujarnya.

Menurut Hendra, ?jumlah ini akan terus meningkat tahun 2018 mendatang dengan adanya wahana-wahana pariwisata terbaru. 

"Sebut saja dengan adanya hotel Padjajaran Anyar di Gunung Parang, lalu Taman Surawisesa yaitu taman edukasi dengan layar teater raksasa di pusat Kota Purwakarta," ujarnya.

Tak hanya itu, dalam waktu dua bulan, Purwakarta juga akan memiliki Museum Keramik yang merupakan pertama di Indonesia. 

"Museum ini juga menyambung ke Gedung Teater Yudistira yang pengerjaannya sudah mencapai 90 persen. Gedung teater ini bisa menampung ratusan penonton dan memiliki bioskop yang menayangkan berbagai film tentang sejarah Purwakarta," ucapnya.

Tujuan dari wisatawan, selain untuk berekreasi di Purwakarta ternyata adalah memburu sajian kuliner. Dengan promosi gila-gilaan, kini Purwakarta punya ikon makanan yang sudah mendunia, yaitu sate maranggi.

Bahkan promosi ini meningkatkan perekonomian masyarakat menengah ke bawah di Purwakarta. Berkat promosi tersebut, setidaknya sudah ada 2.000 lebih masyarakat yang mencoba usaha dengan menjual sate maranggi.

Selain sate maranggi, ternyata soto sadang Purwakarta juga cukup diminati, rasanya yang simpel namun lezat ini punya tempat tersendiri di hati para wisatawan. Lalu ada pula rumah makan IHC atau Ibu Haji Ciganea atau Ibu Haji Cijantung.

Rumah makan IHC baik Ciganea maupun Cijantung memiliki rasa makanan yang sama. Keduanya, mulanya adalah rumah makan yang sama, namun karena ada perebutan hak waris, rumah makan ini akhirnya terbagi menjadi dua.

Tak sebatas pariwisata, Purwakarta pun kini memiliki pelayanan masyarakat yang bisa dicontoh kota atau kabupaten lain di Indonesia. Sebut saja pelayanan ”Sampurasun Dokter”. Dengan pelayanan ini, warga tak perlu lagi datang ke rumah sakit maupun puskesmas. Karena dokter-dokter handal akan datang langsung ke rumah pasien.

Begitu pula dengan ”Sampurasun Bidan”. Sama halnya dengan ”Sampurasun Dokter”, warga yang akan melahirkan cukup mengirim pesan ke SMS Center Purwakarta untuk segera dijemput atau dirawat langsung jika akan melahirkan.

Warga miskin pun tidak perlu khawatir jika sudah memiliki KTP Purwakarta. Mereka bisa mendapatkan beras kualitas prima hanya berbekal kartu ATM beras. Bahkan ke depan akan ada juga ATM daging dan ATM telur. Namun pelayanan ATM ini tidak mengganggu APBD karena bahan pangan tersebut diambil dari patungan masyarakat.

Purwakarta juga memiliki Command Center yang diberi nama ”Ogan Lopian”. Di sinilah, semua keluhan warga ditampung. Bahkan di command center ini setiap aktivitas warga bisa tertampung dengan ratusan CCTV yang ada di jalan-jalan di Purwakarta.

Tak heran, tingkat kejahatan menurun drastis. Atau jika terjadi, dapat langsung ditangani karena bantuan command center.

Oleh karenanya menurut Hendra Fadly, tak layak lagi jika Purwakarta disebut sebagai Kota Pensiun karena Purwakarta tak sama seperti dulu, "Lebih cocok, Purwakarta itu disebut dengan 'Kota Sejuta Impian'," ujarnya***