Meskipun sedikit miring, Piramida Agung Giza yang menjulang tinggi merupakan rekayasa kuno. Namun, baru-baru ini seorang arkeolog telah menemukan bagaimana orang-orang Mesir menyelaraskan monumen tersebut menjadi bentuk yang hampir sempurna di sepanjang titik kardinal, utara-selatan-timur-barat, dan diduga orang Mesir menggunakan fenomena saat jatuhnya musim equinox dalam menentukan titik kardinal tersebut.
Equinox merupakan salah satu fenomena astronomi, yaitu matahari melintasi garis khatulistiwa dan secara periodik berlangsung dua kali dalam setahun. Equinox terjadi pada tanggal 21 Maret dan 23 September. Equinox terjadi di pertengahan antara titik balik matahari pada musim panas dan musim dingin, ketika kemiringan bumi sedemikian rupa sehingga waktu siang hari dan malam hari hampir sama.
Sekitar 4.500 tahun lalu, Firaun Mesir yang bernama Khufu memiliki Piramida Agung Giza. Piramida tersebut merupakan yang terbesar dari tiga piramida lainnya, yang sekarang tingginya sekitar 455 kaki atau 138 meter terletak di datatan tinggi Giza. Giza dianggap sebagai "keajaiban dunia" oleh para penulis kuno.
Seorang insinyur yang mempelajari Piramida Giza, Glen Dash, mengungkapkan dalam temuannya di Journal of Ancient Egyptian Architecture, pembangun Piramida Agung atau yang biasa dikenal sebagai piramida Khufu tersebut menyatukan monumen besar ke titik kardinal dengan akurasi yang lebih baik.
Dash juga mengungkapkan, piramida Khafre yang juga terletak di Giza, serta Piramida Merah yang terletak di lokasi Dahshur, juga selaras dengan tingkat akurasi yang tinggi. "Ketiga piramida menunjukkan error (kesalahan) yang sama, mereka diputar sedikit berlawanan dengan arah jarum jam dari titik kardinal," tulis Dash dalam hasil penemuannya, seperti yang dilansir diLive Science, Kamis (22/2).
Selama lebih dari satu abad, para periset telah mengusulkan metode yang berbeda yang digunakan oleh orang Mesir kuno untuk menyelaraskan piramida di sepanjang titik kardinal, dengan akurasi seperti piramida tersebut. Dalam tulisannya, Dash menunjukkan bagaimana metode yang memanfaatkan fenomena equinox dalam pembangunan piramida tersebut.
Dalam eksperimennya, yang dilakukan di Pomfret Connecticut, AS, pada 22 September 2016 lalu yang dilakukan pada saat jatuhnya equinox, Dash menempatkan sebuah tongkat (kadang-kadang disebut gnomon oleh surveyor modern) di atas platform kayu dan menandai lokasi dari bayangan tongkat tersebut sepanjang hari.
"Saat equinox, surveyor akan menemukan bahwa ujung bayangan berjalan dalam garis lurus dan hampir sempurna dari timur ke barat," tulis Dash.
Dari percobaan tersebut, Dash menemukan, tingkat kesalahannya sedikit berlawanan dengan arah jarum jam, mirip dengan kesalahan yang ditemukan di Piramida Agung Giza, Piramida Khafre dan Piramida Merah. Kemiringan Bumi saat adanya equinox, lanjutnya, memungkinkan bayangan berjalan dari arah timur ke barat.
Meskipun percobaan dilakukan di Connecticut, teknik ini juga harus bekerja di Giza, kata Dash. Agar teknik bekerja, orang-orang Mesir kuno (atau seorang surveyor) idealnya membutuhkan hari cerah yang cerah, seperti kebanyakan hari yang terjadi di Giza. Tongkat itu bisa diletakkan di atas panggung kayu atau tanah di Giza, kata Dash. Orang-orang Mesir bisa menentukan hari saat jatuhnya equinox dengan menghitung maju sebanyak 91 hari setelah titik balik matahari pada musim panas.
Dash mengungkapkan, percobaan tersebut baru menunjukkan bahwa dalam memanfaatkan jatuhnya fenomena equinox, dapat digunakan untuk menyelaraskan tiga piramida tersebut. Namun, apakah orang Mesir kuno benar-benar menggunakan teknik ini atau tidak, belum diketahui secara pasti.
Menurut Dash, percobaan yang dilakukan selama beberapa dekade terakhir, menunjukkan bahwa beberapa metode berbeda yang memanfaatkan matahari atau bintang juga bisa digunakan untuk menyelaraskan piramida. Sebab, orang-orang Mesir kuno tidak meninggalkan catatan atau petunjuk yang mengatakan metode mana yang mereka gunakan.
"Orang-orang Mesir, sayangnya, hanya memberi kami sedikit petunjuk. Tidak ada dokumen teknik atau rencana arsitektur yang ditemukan, yang dapat memberikan penjelasan teknis serta menunjukkan bagaimana orang-orang Mesir kuno menyelaraskan kuil atau piramida mereka," tulis Dash.
Sehingga, lanjutnya, ada kemungkinan beberapa metode digunakan untuk menyelaraskan piramida tersebut.