Rakyat Yaman Kelaparan di Bulan Ramadhan

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Rakyat Yaman tengah menderita kelaparan. Betul-betul kelaparan. Mereka kelaparan bukan lantaran sengaja menahan diri tak makan saat bulan Ramadhan ini, melainkan karena memang terbatasnya bahan pangan yang bisa mereka makan.

Pada saat para muslim dunia tengah merayakan Ramadhan dengan menu sahur dan berbuka yang spesial nan lezat, jutaaan penduduk di Yaman terpaksa kelaparan akibat gejolak perang yang tak kunjung usai selama dua tahun lebih ini.

Berdasarkan data dari lembaga bantuan sosial di sana, ada 17 juta penduduk di Yaman yang tidak memiliki bekal makanan yang cukup untuk dimakan. PBB menyebut hal ini sebagai “krisis kemanusiaan terbesar di dunia”.

Umumnya selama Ramadhan ini banyak orang di berbagai belahan dunia yang berbelanja selama bulan Ramadhan. Namun tidak di Yaman, karena para pemilik toko di sana tidak memiliki apa-apa untuk diperjualbelikan. Alih-alih berbelanja banyak untuk merayakan Ramadhan, banyak warga Yaman justru membuka tangan mengharapkan datangnya bantuan.

“Penjualan mengalami titik terendah selama beberapa tahun terakhir. Setiap tahun lebih buruk dari tahun sebelumnya,” ujar Yahya Hubar, seorang pemilik toko di sebuah kota di Yaman barat, sebagaimana dilansir Al Jazeera, Senin (29/5).

Berdasarkan laporan dari UNICEF pada Desember 2016 lalu, ada lebih dari 2 juta anak menderita gizi buruk dan membutuhkan pertolongan segera mungkin. Sedikitnya ada 462.000 anak yang menderita gizi buruk berat. Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan yang drastis sebesar 200 persen sejak tahun 2014. Selain itu, sedikitnya ada 1,7 juta anak yang menderita gizi buruk sedang. 

Kondisi gizi buruk pada anak-anak tergolong parah di beberapa provinsi, seperti Hodeida, Sa’ada, Taizz, Hajjah, dan Lahaj. Kelima provinsi itu memiliki kasus gizi buruk tertinggi di Yaman.

"Malnutrisi di Yaman mencapai titik tertinggi sepanjang masa dan terus meningkat," ujar Dr. Meritxell Relano, pejabat perwakilan UNICEF di Yaman. "Kondisi kesehatan anak-anak di negara termiskin Timur Tengah tidak pernah separah seperti sekarang ini."

Sebelum meningkatnya konflik di Yaman pada Maret 2015, negara itu telah menghadapi masalah dengan angka kemiskinan yang besar, kerawanan pangan, dan kelangkaan layanan kesehatan. Kini, ditambah kondisi perang, sistem kesehatan Yaman hampir roboh.

Dalam laporan UNICEF disebutkan, sedikitnya satu orang anak di Yaman meninggal setiap sepuluh menit akibat penyakit-penyakit yang sebenarnya dapat dicegah, seperti diare, gizi buruk, dan infeksi saluran pernapasan. Saat ini, Yaman tengah menghadapi wabah kolera yang sedikitnya telah menjangkiti 29.000 orang.

Berbeda dengan negara-negara lain yang damai, Ramadhan kali ini adalah Ramadhan ketiga yang mesti dihadapi warga Yaman dalam keadaan perang. Akibat kondisi ini, mayoritas penduduk memiliki akses terbatas terhadap makanan dan obat-obatan. 

Suasana tragis saat Ramadhan tahun ini dideskripsikan oleh seorang warga Yaman dengan kondisi gaji yang tak dibayar, tiada listrik dan air, di samping masalah pangan dan obat-obatan yang menjadi keniscayaan.

PBB mengatakan pada tahun 2017 ini dibutuhkan dana sekitar 2,1 miliar dolar Amerika Serikat untuk memasok bantuan ke Yaman. Sejauh ini, baru setengah jumlah yang telah telah terkumpul.

Jika warga muslim di berbagai belahan dunia lainnya hanya harus menahan lapar dari subuh hingga magrib, banyak warga Yaman yang terpaksa menahan lapar sepanjang. Ramadhan bisa datang pada waktu yang sama, tapi suasananya bisa sangat berbeda di masing-masing negara.