RamaiBubble Burst, Telkom Tak Gentar Investasi di Startup

pada 3 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id– Belakangan ini ekosistem startup digital di Indonesia sedang ramai membicarakan fenomenabubble burstyang didorong dengan banyaknya PHK dari beberapa pemain startup. Apakah hal ini mempengaruhi rencana investasi startup dari Telkom Indonesia?

Dalam acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2021 Telkom yang digelar secara virtual hari ini, Jumat (27/5), Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah turut menanggapi soal rencana perusahaan untuk investasi ke startup, baik startup secara umum maupun mereka yang sudah IPO.

“Kami akan tetap berinvestasi di startup-startup tersebut, mungkin akan lebih berhati-hati, tapi yang jelas strategi kami tidak hanya untuk capital gain saja, tapi juga peluang sinergi yang dapat tercipta antara peluang itu dan startup yang kita invest,” ungkap Ririek.

Ia melanjutkan, “dengan demikian, jika terjadi naik turun harga saham, kami tetap bisa monetisasi dari sinergi yang ada. Kami akan terus memperbesar potensi sinergi, baik LinkAja, GoTo, dan lainnya, serta mencari peluang baru agar startup manapun terus tumbuh.”

Baca juga:UpgradeKualitas Anak Bangsa, Telkom Digitalisasi Pendidikan di Tarutung

Ririek kemudian memberi contoh investasi Telkom di perusahaan gabungan Gojek dan Tokopedia, GoTo.

Nilai saham GoTo dinilai masih sangat dinamis sejak melantai di bursa karena mengalami naik-turun. Hal ini tidak dianggap sebagai sebuah masalah bagi Ririek.

“Seperti investasi GoTo dari Telkom, kami mengharapkan di dalamnya adaincremental revenueyang bisa dikukuhkan Telkomsel. Pendekatan kami akan beda dengan investor lain yang cuma mementingkan capital gain saja,” imbuhnya.

Direktur Strategic Portfolio Telkom, Budi Setyawan Wijaya turut menambahkan bahwa sebenarnya selama ini perusahaan sudah cukup selektif dalam berinvestasi di startup.

Baca juga: Investasi Telkom di GoTo Prioritaskan Kolaborasi untuk Jangka Panjang

Value synergydi Q1 tahun ini yang kita dapatkan dari investasi di startup-startup MDI mencapai Rp500 miliar. Itu hasil yang kita lakukan di startup, jadi secara overall hasilnya bagus. Rencana investasi tentu tetap ke arah sana dengan cara yang selektif, sesuai ekosistem yang ada – baik di grup Telkom maupun BUMN,” tutur Budi dalam acara yang sama.

Diketahui, fenomenabubble burstyang belakangan ini sedang dikaitkan dengan PHK di sejumlah startup ini bisa dikatakan sebagai kondisi di mana pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan nilai pasar yang naik sangat cepat, khususnya nilai aset – namun juga diiringi dengan penurunan cepat pula.

Telkom sendiri selama ini dikenal sebagai perusahaan yang juga berkontribusi terhadap pengembangan startup digital di Indonesia, baik sebagai investor maupun inkubator melalui beragam program seperti Indigo dan Amoeba.