Ramai-ramai Membantu Klinik Wong Cilik

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Selain perkara kesehatan, memeriksa pasien dan memberi obat, dr.S.Wijaya nyatanya juga tergerak untuk berbagi pakaian bekas kepada para pasiennya.

“Saya melihat orang yang berobat banyak yang pakaiannya compang-camping. Dari situ saya tergerak, akhirnya dari rumah bawa pakaian-pakaian bekas. Kan ada di depan tuh, itu satu pasien silakan ambil satu,” kata dr Wijaya, Kamis (30/11)

Dari apa yang dilakukannya, masyarakat pun mulai terpantik untuk membantunya. Beberapa ada yang membawa makanan, sepatu bekas, mainan, hingga buku-buku pelajaran. Semuanya dilakukan atas nama kemanusiaan.

Tidak hanya itu, beberapa fasilitas dan properti klinik, sebagian kian didapat dari sumbangan banyak orang. Menariknya, kata dr.S.Wijaya, ada banyak orang dengan latar belakang agama yang berbeda yang mau membantunya.

Dari setiap orang yang mendukung aksinya itu, paparnya, tak boleh ada satupun yang meyebut identitas. Tidak boleh sebut nama. Apalagi kalau dukungan itu disertai embel-embel politik tertentu.

‘’Kalau mau dukung jangan sebut nama, murni dukung, sebut nama tidak usah,” tegasnya

.

Dalam menjalankan roda klinik, hal paling berat yang ia rasakan selama tiga tahun terakhir adalah soal mensubsidi obat-obatan. Sumbangan yang ia buka seringkali tidak mampu menutupi biaya operasional kesehatan.

Pada bulan Oktober lalu misalnya, kata dia, pengeluaran pribadi yang ia gelontorkan supaya klinik tetap berdiri sebesar Rp10 Juta. Bagi sebagian orang, nominal sebanyak itu mungkin merupakan sebuah kerugian.

Namun, baginya, nominal yang ia keluarkan jauh lebih baik, dibandingkan dengan harus menuruti pihak yang berniat membantu dengan syarat-syarat tertentu.

“Lebih baik pribadi, lebih baik saya keluarkan duit banyak, saya bebas. Independen,” tegasnya lagi

Niat tulus, serta adanya pelayanan kesehatan yang baik, membuat namanya terkenal di tengah masyarakat. 

Rofiah, salah seorang pasien yang ditemuikumparandi klinik tersebut, mengaku baru pertama kali datang untuk berobat. Ia membawa serta anak perempuan dan cucunya.

Anak perempuannya mengalami flek paru-paru. Berkat rekomendasi dari rekan-rekan lain, dia membawa anaknya ke dr Wijaya.

“Kata teman-teman kalau berobat ke dr Wijaya saja, lebih tokcer,” ujarnya

Untuk membantu orang-orang seperti Rofiah, tentu dr Wijaya perlu memutar otak lebih keras. Untuk itu, dirinya mengaku membuka praktik di tempat lain. Tujuannya jelas, menutupi biaya yang ada pada klinik tersebut.