Ranking 3 Smart City Indonesia Turun, Kalah dari Bangkok dkk

pada 8 bulan lalu - by
Advertising
Advertising

Uzone.id –Survei terbaru dari Institute Management and Development (IMD) yang dibagikan pada Senin, (22/04), mengungkapkan peringkat terbaru 3 Smart City terbaik di Indonesia termasuk beberapa permasalahan yang terus dialami oleh kota tersebut.

Dalam survei bertajuk IMD Smart City Indeks ini, 3 kota pintar Indonesia yaitu Jakarta, Medan, dan Makassar berada di posisi yang cukup rendah dibandingkan smart city lainnya di tingkat global.

Jakarta, Medan, dan Makassar menduduki peringkat 103, 112, dan 114 dari total 142 kota dunia yang masuk dalam survei IMD Smart City Indeks 2024. Peringkat ini menunjukkan perkembangan yang stagnan bahkan menurun dari masing-masing kota dibandingkan tahun sebelumnya.

 

 

Jakarta misalnya, mengalami penurunan 1 peringkat menjadi peringkat 103 dibandingkan tahun sebelumnya. Medan berada di posisi yang sama dari tahun sebelumnya yaitu rangking 112 dan Makassar berada di posisi 115, turun 1 peringkat dari tahun sebelumnya.

Di tingkat Asia Tenggara pun, Jakarta, Medan dan Makassar berada di peringkat yang cukup rendah, Jakarta berada di peringkat 5, Medan dan Makassar berada di peringkat 7 dan 8 dari 9 kota.

Di atasnya ada Singapura yang menjadi Smart City terbaik Asia Tenggara dan berada di posisi ke-5 dunia, lalu ada Kuala Lumpur (Malaysia) dengan posisi ke-73 dunia, disusul Bangkok (Thailand) di peringkat 84 dan Hanoi (Vietnam) di posisi 97 dunia.

Sementara itu, secara global, kota-kota di Eropa dan Asia mendominasi daftar 20 kota terpintar di dunia dengan Zurich (Swiss) berada di peringkat pertama smart city terbaik versi IMD 2024.

Dari survei tersebut, terungkap pula permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di masing-masing kota. Dari 3 smart city tersebut, ada satu permasalahan yang sama-sama dialami oleh ketiganya, yaitu korupsi.

Berdasarkan survei, warga Jakarta mengidentifikasi tiga permasalahan utama yang perlu segera mendapat perhatian pemerintah daerah.

Yang pertama ada polusi udara dengan 68,4 persen, kemacetan lalu lintas dengan 66 persen dan korupsi sebesar 51,7 persen. Sementara di Medan, tiga masalah utama yang mendapat sorotan yaitu soal keamanan 58,3 persen, pengangguran sebesar 53,2 persen, dan korupsi sebesar 52,7 persen. 

 

 

Sementara itu, responden Makassar menyoroti tiga permasalahan utama yang perlu diperbaiki, yaitu kemacetan lalu lintas 52,6 persen, pengangguran 52,5 persen, dan korupsi 49,6 persen.

Terlepas dari 3 masalah itu, warga masing-masing smart city ini juga menyebut beberapa layanan yang membuat mereka puas. Di Jakarta, warga sangat puas atas kemudahan mengakses jadwal dan membeli tiket angkutan umum secara online (skor 83,2).

Masyarakat juga puas ketika menjadwalkan layanan kesehatan secara online (skor 81,1), dan mengakses portal pencarian kerja online (skor 81).

Di Medan, masyarakat menyatakan puas dengan dunia usaha yang menciptakan banyak lapangan kerja (skor 78,3), kemudahan akses jadwal dan pembelian tiket angkutan umum secara online (skor 77,8), dan pencarian kerja online (skor 77).

 

 

Warga Makassar juga menyatakan kepuasan terhadap kemudahan penjadwalan pelayanan kesehatan secara online (skor 74), mengakses peluang kerja secara online (skor 73,9), dan akses jadwal dan pembelian tiket angkutan umum secara online (skor 72,1).

Bruno Lanvin, Presiden Smart City Observatory yang juga peneliti survey ini menyoroti kesamaan antara para kota pintar yang berhasil berada di urutan teratas dunia ini.

“Mereka secara proaktif meningkatkan kualitas hidup warganya dengan menyediakan layanan publik yang baik, ruang hijau, acara budaya dan sosial, serta mempromosikan kesetaraan dan inklusi,” ujarnya.

Dengan adanya survei ini, kota pintar di Indonesia diharapkan bisa belajar dari kota-kota pintar terbaik dunia. Indonesia juga diharapkan bisa berkontribusi pada kualitas hidup manusia yang tinggal didalamnya, mendorong kelestarian lingkungan, dan membuka kesempatan serta kesetaraan bagi penduduknya