Ratusan Pecinta Alam Malang Bersih-Bersih Kota

pada 8 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Sedikitnya 300 pecinta alam yang tergabung dalam Forum Silaturahim Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) dari berbagai perguruan tinggi di kota itu bersih-bersih kota setempat sebagai rangkaian memperingati Hari Air se-Dunia, Rabu (22/3).

Mereka bersih-bersih mulai pagi hingga sore hari yang mengambil start dari Jalan Soekarno-Hatta menuju Jalan Borobudur, Jalan Letjen S Parman, Jalan Basuki Rahmad (Kayutangan), dan berakhirdi kawasan ALun-alun Kota Malang.

"Sejak pagi tadi kami bisa mengumpulkan sampah di sepanjang yang kami lalui hingga dua truk dan langsung dibawa ke tempat pembungan sampah di TPA Supiturang," kata Ketua Pelaksana acara Ekisadewa Anggara (22), anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Pecinta Alam (Himakpa) ITN.

Selain membersihkan sampah di sepanjang jalan yang dilaluinya, mereka juga membagi-bagikan berbagai jenis batang pohon. Ada 150 bibit pohon yang dibagikan oleh para peserta kepada warga yang berada di sekitar Alun-alun Merdeka Kota Malang.

Bibit yang dibagikan keada masyarakat itu di antaranya adalah bibit buah nangka, mangga, durian dan mahoni.
Bibit pohon itu diharapkan bisa ditanam warga sebagai bagian dari penghijuan di Kota Malang. "Kami juga minta pemerintah, bai yang di pusat maupun daerah memperhatikan secara serius keberadaan sumber air dan pemanfatannya," katanya.

Untuk di Kota Malang, Eki menyayangkan adanya sumber mata air yang tidak terawat di kawasan Jodipan dan di Jalan Muharto. Di sana ada mata air bon pring yang kondisinya kotor. "Air ini menyangkut hajat hidup orang banyak. Jadi harus diperhatikan betul-betul," paparnya.

Sementara itu, puluhan mahasiswa jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya (UB) juga menggelar aksi untuk memperingati Hari Air Sedunia.  Para mahasiswa ini keliling kampus sambil membawa berbagai poster. Sasarannya adalah mahasiswa dan warga yang melintas di kampus UB.

Mereka mengajak mahasiswa dan warga untuk menjaga kebersihan air dan tidak membuang-buang air.
Namun, aksi mereka tidak hanya berhenti di situ, mereka juga menggelar teaterikal yang menggambarkan kondisi sungai yang sudah tercemari limbah domestik, pertanian dan industri.

"Kondisi sungai sekarang jauh sekali bedanya dengan yang dulu. Sungai bisa dijadikan area kegiatan rumah tangga, mulai dari mencuci hingga mandi karena masih jernih, tapi sekarang limbah domestiknya sampai menutup permukaan sungai," kata koordinator aksi Roid Ghozi.