Razia Narkoba Duterte Tewaskan Wali Kota di Filipina

pada 7 tahun lalu - by
Advertising
Advertising

Kepolisian Filipina melaporkan telah menembak mati 15 orang terduga kriminal narkoba, termasuk Wali Kota Ozamiz Reynaldo Parojinog Sr dan istrinya.

Parojinog merupakan salah satu politikus yang diduga terlibat kartel narkoba oleh Presiden Rodrigo Duterte secara publik.

"Parojinog adalah tersangka kartel obat-obatan terlarang yang paling dicari. Kami menegakkan hukum untuk melindungi orang-orang yang inginkan perdamaian di negara ini. Bagaimana kita bisa meneggakkan hukum jika kita takut pada kartel narkoba?" ucap kepala kepolisian Ozamiz, Jovie Espenido, Senin (31/7).

Kepolisian mendapat surat perintah penggeledahan kediaman Parojinog yang diduga menyimpan senjata api secara ilegal. Saat razia dilakukan, penjaga rumah melepaskan serangkaian tembakan kepada polisi yang akhirnya memicu bentrokan hingga menewaskan belasan orang termasuk Parojinog sendiri.

DiberitakanThe Independent, para penjaga rumah juga menabrak kendaraan polisi hingga melukai seorang petugas keamanan. Seorang pengawal Parojinog juga membawa granat dan meledakkannya saat bentrokan terjadi di dalam rumah.


Setidaknya lima orang termasuk putri Parojinog, Nova Echaves, ditangkap dalam razia tersebut. Echaves sendiri merupakan wakil wali kota Ozamiz.

Dia diangkap dan akan diterbangkan ke Manila untuk alasan keamanan.

"Saya meminta Presiden Duterte juga menyelidiki anggota Senat! Lihat lebih dekat ayah saya. Dia [Duterte] tahu cerita ayah saya," kata Echaves saat ditanyai pesan untuk Duterte, seperti dikutipSydney Moerning Herald.

Dalam penggeledahan, polisi juga turut menyita sejumlah senapan serbu, granat, pil methamphetamine, dan beberapa uang tunai.

"Ini adalah bentuk sumpah pemerintah mengintesifkan kampanye perang anti-narkoba. Keluarga Parojinog juga masuk dalam daftar hitam kartel narkoba [Duterte]," tutur juru bicara presiden, Ernesto Abella.

Parojinog, yang juga menghadapi tudingan korupsi, membantah keterlibatan dirinya dalam perdagangan narkoba. Dia adalah wali kota ketiga yang tewas dibunuh polisi atas dugaan keterlibatan peredaran narkoba.

Tahun lalu, polisi menembak mati wali kota Albuera Rolando Espinosa Sr. dalam penjara. Dia tewas tertembak di dalam penjaranya setelah mencoba melawan dan menembaki petugas kepolisian yang tengah melakukan inspeksi senjata ilegal.


Perang melawan narkoba menjadi kampanye utama yang terus digaungkan Duterte sejak memenangi kursi kepresidenan pada pertengahan tahun lalu.

Sejak itu pun, kampanye ini mengundangkan kritikan hingga kecaman dunia internasional lantaran dianggap tak memedulikan HAM.

Dalam perang anti-narkoba ini, Duterte memberi kewenangan polisi untuk membunuh setiap anggota kriminal dan pengguna narkoba. Sejak digencarkan, setidaknya 8000 pengedar narkoba tewas tanpa proses peradilan jelas di tangan polisi dan badan penegak hukum.

Polisi mengatakan mereka terpaksa menembak mati tersangka hanya untuk mempertahankan diri. Duterte pun membela aparatnya, menganggap para kritikus tidak tepat jika menyalahkan polisi terhadap kasus kematian itu.

Berita Terkait