Sepeda motor selalu berkembang seiring waktu. Ketika pertama kali diciptakan, sepeda motor hanya serupa sepeda yang dipasangi mesin. Kondisi rangka dan mesin terlihat jelas, belum ada komponen elektronik yang menempel. Bahkan panel indikator di setang cukup sebuah alat penunjuk dari jarum yang sangat sederhana.
Kini motor sudah makin canggih, bahkan beberapa fitur sudah digital. Ada pula fitur-fitur keamanan yang diadopsi dari mobil, semisal anti-lock braking system (ABS).
Penjelasan sederhananya, fitur ini mencegah roda terkunci saat terjadipanic brake. Efeknya roda tidak tergelincir dan tetap mendapat traksi ke permukaan jalan, sehingga motor dapat terkendali.
MenurutCar Bike Tech, rem ABS akan mulai bekerja saat pengemudi menggunakan rem secara tiba-tiba atau saat keadaan darurat. Meski sedang panik dan kendaraan rentan tergelincir, rem ABS efektif membuat motor lebih stabil, serta dapat mengurangi jarak pengereman hingga 10 persen meski pada permukaan basah.
Rem ABS membutuhkan komponen lebih banyak ketimbang rem biasa. Mulai dari sensor kecepatan yang terdapat di roda depan maupun belakang, kemudianABS Module,brake control unit, juga katup dan pompa.
Semua perangkat ini akan saling bekerja dalam hitungan satu per sekian detik untuk mengatur tekanan kekuatan rem. Sementara rem ABS bekerja, pengendara hanya merasakan efek bergetar pada tuas rem ataupun setang.
Dilansir dariCycle World, efek getaran ini tercipta dari sistem kaliper rem yang mampu mencengkram sebanyak 24 kali dalam satu detik.
Banyaknya komponen yang dimiliki rem ABS membuat motor dengan fitur keselamatan ini biasanya dibanderol lebih mahal ketimbang harga motor tanpa rem ABS. Ambil contoh Yamaha Freego.
Dari situs resmiYamaha, tipe Freego S Version dengan rem ABS dijual Rp22,8 juta. Sedangkan Freego varian standar harganya Rp18,8 juta. Artinya ada selisih sekitar Rp4 juta. Sedangkan dari merekHonda, PCX 150 dengan rem ABS dihargai Rp31,6 juta. Sementara varian PCX 150 CBS yang tak dilengkapi fitur ABS dipatok Rp28,6 juta.
Ini pula yang jadi "kelemahan" fitur ABS: harganya yang cukup mahal. Namun tentu saja, harga ini dianggap sepadan karena adanya peningkatan dari sisi keamanan dan keselamatan.
Tak Semua Motor Butuh ABS
Menurut laporanRide Apart, tak semua sepeda motor membutuhkan rem ABS. Misal motor kecil di bawah 125 cc. Ini disebabkan motor kecil tidak memiliki bobot yang cukup untuk menjamin semua sistem rem ABS bekerja dengan maksimal.
Selain itu, motor untuk off-road biasanya juga tidak cocok dipasangi fitur rem ABS. Sebab motor jenis trail malah membutuhkan roda yang terkunci supaya dapat berhenti di jalan berbatu maupun berpasir. Rem ABS malah jadi penghalang bagi motor trail agar mudah dikontrol dengan tepat di jalur tanah.
Makanya tidak mengherankan jika banyak motor trail keluaran terbaru, baik yang dijual di Eropa atau Asia, tak menyediakan fitur rem ABS. Keputusan ini juga dilakukan karena habitat motor yang sebagian besar digunakan di jalur off-road ketimbang jalan raya.
Rem ABS nyatanya telah menjadi standar pada sepeda motor baru di beberapa negara di dunia. Hal ini diungkap oleh Allan Kirk, seorangMotorcycle Safety ConsultantkepadaStuff. Menurutnya banyak negara di Uni Eropa telah mewajibkan aturan tersebut. Hal ini mulai dilakukan sejak Komisi Eropa mengeluarkan undang-undang pada tahun 2012 yang mewajibkan semua motor baru di atas 125 cc menggunakan rem ABS mulai Januari 2016.
Sementara di AS, sebuah lembaga asuransi untuk keselamatan jalan raya mengatakan rem ABS pada sepeda motor membuat tingkat kecelakaan menurun 37 persen.Swedish Road Administrationbahkan menemukan sebanyak 48 persen dari semua kecelakaan sepeda motor di atas 125 cc dapat dihindari dengan rem ABS.
Sedangkan di Indonesia, regulasi soal kewajiban fitur rem ABS pada sepeda motor masih dalam tahap studi. Menurut M. Risal Wasal, Direktur Pembinaan Keselamatan Kemenhub, ada banyak hal yang harus disiapkan sebelum akhirnya mengarah ke tahap regulasi.
“Kita tunggu hasil riset, lalu bagaimana dengan kesiapan industri terutama pada harga motor cc kecil nantinya. Setelah itu kami juga pastikan siapa saja pemain atau distributor penyedia ABS ini,” ujarnya kepadaKompas.
Ia mengatakan, saat ini riset tengah dilakukan dari pihak Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) yang menggandeng Universitas Indonesia. Jika usulannya memenuhi Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK) Angkutan Jalan, maka Kemenhub bisa menaikkan standarnya menjadi regulasi.
Risal juga menambahkan, rem ABS saat ini telah menjadi usulan dalam RUNK. Meski begitu ia mengakui harus tetap ada kajian mendalam, terlebih untuk sepeda motor berkubikasi kecil. Selain itu, dari sisi suplier juga akan diperhatikan siapa saja pemainnya, karena apabila hanya satu dikhawatirkan ada upaya monopoli. Baca juga artikel terkaitREM ABSatau tulisan menarik lainnyaDio Dananjaya