Resensi Film Aquaman, ‘Kampanye Laut bersih dan Nyi Roro Kidul’
Uzone.id-“Darat dan laut adalah satu,” sepenggal kalimat yang menjadi salah satu pesan di film Aquaman.
Namun sepertinya, karakter Aquaman memang lebih baik berada di ‘sempilan’ film Justice League aja, yang gak kerasa udah setahun berlalu.
Soalnya, jadi kayak terlalu maksa, mainstream, bikin gue sempet ketiduran--sebentar doang kok, dan ketawa-ketawa sendiri di dalam bioskop, tentu dalam hati ya.
Film solo Aquaman garapan Warner Bros dan DC Entertainment yang diotaki sutradara James Wan ini emang megah, terlalu lebay malahan kemegahannya.
Tapi dalam urusan jalan cerita dan action pemaen-pemaennya, standar beud, macam baru bikin film soal superhero nih.
Sampaikan pesan yang kuat soal kebersihan laut
Tapi gue cukup kompromi saat pesan soal kelestarian laut ditunjukkan secara gamblang di film ini.
Pesan tersebut dikemas baik secara visual maupun jalan ceritanya. Emang, bangsa Atlantis jadi terkesan baperan di film ini.
Masak cuma gara-gara ‘gangguan’ bajak laut, sampe harus ngebuat semua bangsa-bangsa dilaut bersatu, melibatkan superhero sekaliber Aquaman pula. Sudah sebegitu marah kah laut sama kita-kita bangsa daratan nih gaes?
Genderang perang antara darat dan laut pun mencuat. Tapi mirip kayak waktu itu Amerika mau berantem sama Korea Utara. Kebanyakan ngemeng, gak perang-perang.
Cuma koar-koar penuh emosi tanpa aksi. Ada sih aksi, tapi kok gue ngerasa gak ada yang signifikan ya serangannya.
Tapi ada satu scene dimana semua sampah yang ada dilaut seolah ‘dibuang’ lagi ke daratan oleh bangsa-bangsa lautan itu.
Emang, pesan yang mau disampein terkesan klise layaknya pesan-pesan LSM pelestarian lingkungan.
Kalau kalian tetep mengotori laut, lama-kelamaan bangsa-bangsa yang ada di laut kesel lho, dan kalau udah begitu jadinya sensian.
Dicolek dikit aja, perang bisa jadi respon buat siapapun, termasuk manusia di daratan.
Tapi ya itu tadi, lebay, karena cuma karena ‘colekan’ dikit, perang antara laut dan darat bisa terjadi.
Disitulah tugasnya Aquaman, memberikan keseimbangan antara daratan dan lautan, raja segala raja.
“Hanya ningrat yang bisa bernapas di darat dan di laut,” yang tertulis di subtitle film ini seolah menjadi penegas, kenapa cuma beberapa bangsa Atlantis aja yang bisa bernapas baik di laut maupun di darat.
Sebab, kebanyakan bangsa Atlantis harus pakai baju jirah supaya bisa mampir-mampir ke daratan.
Sementara mas Aquaman diberi anugerah hasil pernikahan bangsa Atlantis dan bangsa manusia, bisa bernapas di laut maupun di darat—superhero mah bebas..
Gue kira ini film Nyi Roro Kidul tapi garapan Hollywood
Nah, gara-gara kalimat ini nih, “Hanya ningrat yang bisa bernapas di darat dan di laut,” gue jadi langsung kebayang nuansa film Nyi Roro Kidul.
Terutama pada sosok Mera, lawan main dari Jason Mamoa sebagai sang Aquaman, yang kok kebetulan pakai baju serba hijau juga macam si Nyai.
Untung keseksiannya bisa menyelamatkan layar besar bioskop itu terus dipandangi sepasang mata gue.
Amber Heard emang berhasil tampil seksi dengan penuh keyakinan, mungkin juga karena nuansanya laut kali ya, di laut gitu lho.
Tapi sayangnya, gak ada chemistry antara Amber dengan Jason. Jadi kayak yang udah ketebak gitu gaes, ketemuan, sama-sama anak laut, jadian deh..
Selain puteri Mera yang pakai kostum warna hijau, nuansa seting lokasinya juga culun sih untuk sekelas Hollywood—kecuali kemegahannya ya.
Detailnya standar banget. Di laut itu jarang terlihat gelembung udara, padahal pada ngobrol tu manusia-manusia di dalem lautan.
Juga warna warni dan cahaya ragam lampu seolah sengaja dikentalkan untuk menutupi detail lingkungan di dalam laut.
Jadi, gak dapet emosional nuansa bawah lautnya, makannya kok gue jadi kayak nongton film Nyi Roro Kidul.
Intinya nuansa bawah laut yang sempat gue bayangin, jadi gak keijabah di film ini. Dibanding nuansa bawah laut, gue malah ngerasa kayak nuansa film-film luar angkasa. Sayang..
Banyak adegan serius tapi lucu dan kelucuan yang maksa
Jason Mamoa yang sterek gitu badannya, tapi punya jiwa humoris yang tinggi, kadang garing.
Layaknya tren film-film superhero kekinian yang biasanya selalu diselipin adegan-adegan humor, diterapkan juga di film Aquaman, tapi gagal, karena entah salah momen atau maksa buat mencairkan suasana.
Karena film berdurasi 2 jam 23 menit ini banyak titik-titik membosankan dan bisa bikin ketiduran pas nonton.
Secara visual, kalian bakal dimanjakan dengan armada pasukan temur hiu, juga pasukan berkuda (laut), keren secara visual, tapi lucu secara logika.
Ngapain juga sih, anak-anak bangsa Atlantis itu naik-naik hiu juga kuda (laut), orang udah dari lahir di lautan, juga bisa meluncur secepat roket Falcon-nya Elon Musk. Jadinya ya lucu..
Film ini juga gak menunjukkan ‘musuh’ yang kuat, penting dan susah dikalahkan. Konflik yang diciptakan lemah, jadi ya standar aja.
Tayangan-tayangan ala film laga yang cepat dan penuh kehancuran, ujuang-ujungnya cuma bercerita soal perebutan kekuasaan antara abang-adek, pasca sang raja yang merupakan ayah mereka wafat.
Tapi ya emang Jason Mamoa cocoknya jadi Aquaman, bukan Batman.
Dan scene paling lumayan menurut gue adalah saat Aquaman keluar dari balik siraman air terjun sambil bawa senjata pamungkas trisula ‘emas’ warisan turun temurun itu.
Badannya ‘body goal’ kaum-kaum metroseksual banget. Ditambah kostum emas mentereng sang Aquaman yang begitu dramatis muncul dari balik air terjun, beuh..
Hayo ladies, siapa yang mau ovariumnya meledak kena terjang banjir bandangnya Aquaman?