Resensi Film 'Pet Sematary': Bahaya Memanipulasi Kematian
Pet Sematary (Paramount Pictures)
Uzone.id- Kucing memang binatang yang menggemaskan. Hati jadi tentram jika sudah bermain-main dengan kucing peliharaan kita. Sampai tak sadar ya, kita jadi budak cintanya kucing, apapun kita lakukan demi kesejahteraan kucing peliharaan kita.
Sampai di Jepang ada patung kucing menjadi simbol keberuntungan. Kamu pasti pernah berjumpa sama patung kucing yang tangannya bisa bergerak-gerak. Si Goose, kucing berbulu kuning, di film 'Captain Marvel' pun jadi mendadak punya banyak penggemar.
Nah, bandingkan sama kucing bernama Church dalam film 'Pet Sematary' yang saat ini masih tayang di bioskop di Indonesia. Church jauh dari bayangan lucu setelah bangkit dari kematian. Church menjadi awal teror makhluk kuno bernama Wendigo ke keluarga Louis Creed.
Melihat poster 'Pet Sematary' memang bikin merinding sih, gaes. Terlihat siluet kucing ras dengan mata menyala, digabungkan dengan siluet seorang anak perempuan sedang berdiri di pemakaman.
Pet Sematary ini sejatinya mengadaptasi dari novel karya Stephen King yang terbit tahun 1983. Selang 6 tahun kemudian, versi filmnya pun keluar dengan arahan sutradara Mary Lambert.
Pet Sematary kemudian dibangkitkan lagi tahun 2019 dengan alur yang agak menyimpang, dan beberapa karakter yang diganti. Namun, masih berciri film-film adaptasi Stephen King yang menghadirkan visual kelam, adegan mencekam dan desain kostum dan makeup yang mengerikan.
Terkadang, remake tidak dibuat lebih baik dari versi pertama. Namun untuk Pet Sematary karya Kevin Kolsch dan Dennis Widmyer membuatremakedengan penuh kejelian sehingga penonton dibuat penasaran sepanjang film.
Baca juga:Titi Kamal dan Raffi Jadi Suami Istri, Ada Warning Nagita Slavina?
Film ini dibikin menakutkan, tapi unsur hiburan dan menyenangkan masih melekat kuat. Bagi kamu yang sudah menonton film pertama maupun yang belum, berkat naskah bikinan Jeff Buhler penonton akan menikmati kejutan-kejutan yang ada dalam cerita.
Alur cerita pun dibuat lambat, penonton disuguhkan konflik keluarga akibat keputusan Louis pindah rumah. Meski demikian, film berdurasi 101 menit ini bikin penonton merasa kalau film ini terasa sebentar saja.
Masalahnya, adegan menakutkan sudah hadir di awal cerita, meskipun mulai dari horor-horor kecil hingga menemukan menu utamanya. Film ini juga tak segan menampilkan adegan sadistis kayak adegan wajah dikikis hingga otak keluar dari tengkorak.
Inspirasi cerita
Inspirasi Pet Semetary ini didapat oleh Stephen King ketika tinggal di rumah yang disewanya di Maine, Amerika Serikat. Rumah berbatasan dengan jalan utama tempat anjing dan kucing sering terbunuh akibat ditabrak truk yang melaju.
Kucing peliharaan putri Stephen King pun tergilas ban truk di jalan itu. Ia menjelaskan kematian kucing itu kepada putrinya lalu menguburkannya.
Tiga hari berselang, King membayangkan apa yang akan terjadi jika sebuah keluarga menderita akibat tragedi yang sama, namun kucing itu hidup kembali.
King lalu membayangkan apa yang akan terjadi bila anak lelaki di keluarga juga terbunuh oleh truk yang lewat.
Dia memutuskan menulis cerita berdasarkan ide ini. Novel Pet Semetary menceritakan kembali 'The Monkey's Paw' (1902), sebuah cerita pendek karya WW Jacobs tentang orang tua yang anaknya bangkit setelah berharap itu terjadi.
Plot
Louis Creed (Jason Clarke) merupakan dokter dari Boston, Massachusett, pindah ke kota kecil Ludlow, Maine, bersama istrinya Rachel (Amy Seimetz), dan dua anak kecil mereka Ellie (Jeté Laurence) (8) dan Gage (Hugo Lavoie dan Lucas Lavoie) (3), serta kucing peliharaan Ellie, Church.
Ketika menjelajahi hutan di sekitar rumah baru mereka, Ellie melihat anak-anak membawa mayat anjing untuk di kuburkan di Pet Sematary.
Jud Crandall (John Lithgow), tetangga mereka, memperingatkan Ellie dan Rachel kalau hutan itu berbahaya.
Di rumah sakit universitas, jiwa Louis terguncang karena gagal menyelamatkan nyawa Victor Pascow, seorang mahasiswa yang terluka parah akibat ditabrak kendaraan.
Pada malam setelah kematian Pascow, Louis mengalami mimpi bertemu Pascow, yang membawanya ke belakang pemakaman dan memperingatkan Louis untuk tidak masuk ke lebih jauh lagi.
Pada Halloween, Church terbunuh oleh truk yang melaju. Jud memboyong Louis ke Pet Sematary untuk menguburkan Church, namun Jud malah membawa Louis ke tanah pemakaman kuno yang dulu digunakan oleh orang-orang Indian Micmac.
Keesokan harinya, Louis tertegun melihat Church kembali ke rumah dalam keadaan hidup, namun lebih agresif, mencakar Ellie dan merobek tubuh burung.
Dari situ, Louis punya cara bagaimana untuk memanipulasi kematian untuk anggota keluarganya hingga malah berbalik jadi horor menakutkan. Padahal, "terkadang kematian akan lebih baik".
Kucing dilatih Mellisa Millett
Dalam Pet Sematary ada peran Mellisa Millett yang berhasil melatih lima kucing hingga menjadi aktor yang diperhitungkan.
Mellisa Millet, yang berasal dari London, ini punya pertunjukan ajing ultimuttss. Dia juga punya reputasi baik sebagai pelatih kucing.
Mellisa dilirik oleh industri film untuk melatih lima kucing Kanada yang cerdas. Menurut Mellisa, seperti dikutip dari CTV News London, kucing-kucing ini jadi jauh lebih baik ketika tampil di depan kamera.
Dia pun mendapat pujian besar kerena akting para kucing begitu memukau. Semua kucing dilatih di London.
"Kucing sangat senang, yang pasti kucing melakukan semua hal seperti yang diminta," kata Melissa.
Butuh 2 bulan kucing-kucing itu menjalani pelatihan. Termasuk ada sesi pemotretan selayaknya bintang film.
Ada satu kucing hitam yang jadi favorit Mellisa, dia memberi nama Tonic.
Untuk film 'Pet Sematary' sendiri, saya kasih 3 bintang.