Resensi Film: ‘Suzzanna: Bernapas dalam Kubur’ Sajikan Nostalgia Horor dengan Durasi yang Menyiksa
Uzone.id-- Sejaktrailerdirilis, antusiasme masyarakat terhadap film ‘Suzzanna: Bernapas dalam Kubur’ sangat tinggi. Alasannya beragam, ada yang nggak sabar melihat aksi Luna Maya yang menjelma jadi Suzzanna, menyaksikan Suzzanna yang kembali ‘hidup’, hingga ingin bernostalgia tentang kisah horor sundel bolong.
Digarap oleh Rocky Soraya dan Anggy Umbara, ‘Bernapas dalam Kubur’ sejatinya mengusung konsep tribut alias penghormatan untuk kisah ikonis aktris Suzzanna yang dikenal apik memerankan hantu sundel bolong. Film ini pun menggunakan premis yang sudah diketahui banyak orang: wanita hamil yang tewas akan gentayangan menjadi sundel bolong.
‘Bernapas dalam Kubur’ mengisahkan tentang Suzzanna (Luna Maya) yang sudah menikah dengan suaminya, Satria (Herjunot Ali) selama 5 tahun dan akhirnya dikaruniai momongan. Belum puas merayakan kebahagiaan tersebut, Satria harus dinas ke Jepang selama sepekan.
Kepergian Satria ke Negeri Sakura menjadi awal malapetaka bagi Suzzanna. Sudah dirundung rindu, badan tidak enak karena baru hamil, lalu memergoki rumahnya dirampok oleh empat pria. Tak ingin ketahuan, empat serangkai itu pun berniat menghabisi Suzzanna dan menguburnya hidup-hidup.
Ada beberapa hal yang layak disoroti dari film ini.
Pertama, sinematografi.
Tonewarna film ini cukup berhasil menggambarkan latar tahun 1980an yang agak jingga kecokelatan. Minimal bisa membawa nuansajadulke layar lebar.
Kedua, riasan wajah Luna Maya.
Seperti yang sudah diberitakan di mana-mana, riasan wajah Luna Maya menggunakan prostetik khusus demi menyerupai Suzzanna. Timmake-up artistjuga istimewa karena berasal dari Rusia dan proses riasan ini memakan waktu tiga sampai lima jam.
Upaya tersebut layak diapresiasi dan memang membuat penampilan Luna Maya betul-betul mirip dengan Suzzanna. Tak hanya fisik, namun juga aura dan pembawaannya yang cukup horor dan sanggup membuat penonton percaya bahwa itu adalah Suzzanna.
Namun, ada beberapa momen yang membuat Luna Maya tampak kesulitan membuka mulut saat berbicara dan membuatnya jadi kaku. Sisanya, dia tampil keren.
Ketiga,unsur komedi dari trio lawak.
Film ini didukung oleh penampilan dari tiga bintang lawak Tanah Air, yakni Asri Welas sebagai pembantu rumah bernama Mia, Opie Kumis sebagai tukang kebun bernama Rojali, dan Ence Bagus sebagai penjaga rumah bernama Tohir.
Berperan sebagai pembantu Suzzanna dan Satria, ketiganya hadir untuk membawa suasana segar berkat dialog dan kelakuan kocak nan menghibur. Kalaupun niatnya sebagai penyeimbang dari kisah horor, tentu saja berhasil karena mereka tak perlu usaha susah-susah untuk membuat adegan menjadi komedi.
Baca juga:Resensi Film 'Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald'
Keempat, minim kejutan dan durasi kelamaan.
Bagi yang anti film horor karena bencijump scare, film ini tidak jualanjump scareekstrem, melainkan lebih kepada nuansa horor yang gelap agar penonton tenggelam di kisah klasik setan gentayangan dan teror penuh darah.
Meski begitu, jika melihat dari teknis pengolahan cerita, film ini tergolong mudah ditebak. Mungkin karena kisah sundel bolong sudah sangat umum di kalangan masyarakat Indonesia, ya. Namun tetap saja film ini minim kejutan dan terasa membosankan di tengah film.
Banyak adegan yang terasa lama, bertele-tele, dan tidak efektif, dicampur dengan beberapa dialog Suzzanna dan Satria yang terasa diulang-ulang terus. Alih-alih tersiksa karena cerita yang terlampau seram, melainkan tersiksa karena durasi yang terasa tak ada habisnya.
Namun gue harus akui, film ini sanggup menggiring masyarakat untuk nostalgia sang ratu horor.
Tak bisa dipungkiri, salah satu pemikat dari film ini terletak di Suzzanna itu sendiri, khususnya melihat kisah sundel bolong yang diproduksi di zaman modern dan menyatukan lintas generasi untuk menyaksikan salah satu legenda horor populer. Hal ini tentu baik bagi penjualan tiket yang laku keras dan membuat penonton rela duduk di kursi paling depan bioskop.