Review: Minum yang Banyakya, Sebelum Naik Roller Coaster Bernama ‘Infinity War’
Catatan: no spoiler!
Hari yang ditunggu-tunggu tiba juga. ‘Avengers: Infinity War’is in town!
Sejujurnya gue nggak pernah mengdeklarasikan diri gue sebagai seorangdie hard fan Marvel. Alasannya cuma satu, gue nggak baca komiknya. Meski begitu, gue sama seperti kalian yang tetap semangat kalau ada film-film terbaru yang diadaptasi dari komik Marvel.
Bicara tentang ‘Infinity War’, duo sutradara Russo bersaudara dan Presiden Marvel Cinematic Universe (MCU) Kevin Feige berulang kali bilang kalau film ini adalah puncak dari 18 film yang telah dikeluarkan dengan mengumpulkan nyaris semua pahlawan super yang ada di alam semesta ini.
‘Infinity War’ secara garis besar menceritakan kelanjutan kisah dewa super kuat Thanos (Josh Brolin) yang sedang dalam perjalanannya untuk mengumpulkan enam batu abadi atauinfinity stoneyang tersebar di penjuru alam semesta.
Enaminfinity stoneitu adalahmind stone, soul stone, power stone, time stone, space stone,dansoul stone. Premisnya adalah, jika Thanos berhasil mengumpulkan keenam batu ini, maka ia akan menguasai alam semesta dan segala isinya. Seperti kisah-kisah klasik yang sering kita baca, tentu hal ini akan berdampak buruk bagi kehidupan bersama.
Karena levelnya sudah alam semesta, maka bergeraklah para pasukansuperhero, yakni Avengers yang terdiri dari Iron Man (Robert Downey Jr.), Captain America (Chris Evans), Black Widow (Scarlett Johansson), Vision (Paul Bettany), Scarlet Witch (Elizabeth Olsen), Winter Soldier (Sebastian Stan), Black Panther (Chadwick Boseman), Falcon (Anthony Mackie), Spider-Man (Tom Holland), Thor (Chris Hemsworth), Hulk (Mark Ruffalo), plus Doctor Strange (Benedict Cumberbatch).
Mereka bekerja sama dengan Star-Lord (Chris Pratt), Gamora (Zoe Saldana), Drax (Dave Bautista), Rocket (Bradley Cooper), Groot (Vin Diesel), dan Mantis (Pom Klementieff) alias tim Guardians of the Galaxy.
Meski premisnya sederhana, namun membayangkan ada dewa kejam yang bakal mengancam peradaban makhluk hidup di alam semesta aja bikin nelen ludah berkali-kali. Maka dari itu, ada baiknya sedia minum ya,gaes.Because you are about to get on a roller coaster ride.
Plot rapi dan mudah dimengerti (bagi kamu yangngikutinfilm Marvel dari awal)
Karena sejak awal gue berjanji nggak akan ngasihspoilerapa-apa, petunjuk yang bisa gue berikan untuk adegan pembuka film ini erat kaitannya dengan kejadian pasca penghuni Asgard berhasil lepas dari belenggu Hela di ‘Thor: Ragnarok’.
Menit demi menit, film ini menyuguhkan garis cerita yang bisa dibilang,to the point banget. Nggak bertele-tele. Hal ini tentu sangat lumrah, malah cenderung hal baik agar segalanya terasa begitu efektif dan nggak membosankan, apalagi kita tahu bahwa ‘Infinity War’ dibintangi oleh lusinancastyang begitu mempesona.
Gue berusaha seobjektif mungkin, dan harus gue akui Anthony dan Joe Russo cerdik dalam memainkan rasa penasaran penonton dengan pembagian sekuens plot yang terbagi-bagi ke dalam ‘kelompok’ -- di Bumi, Nidavellir, Vormir, dan Titan. Rasanya seperti mereka habis berguru ke Christopher Nolan yang sangat piawai memainkan elemen waktu dan plot di tiap filmnya.
‘Infinity War’ turut menyelipkan sedikitflashbacktentang Gamora sebagai anak tiri Thanos, hal ini tampaknya sengaja dibuat oleh Russo bersaudara sebagaibackgroundagar penonton nggak bingung, serta sebagai kunci dari satu plot penting di film ini.
Soalcharacter developmentnggak perlu dibahas lagi rasanya, karena gue rasa pihak MCU berpikiran bahwa mayoritas penonton adalah penggemar setia kisah Marvel yang sudah khatam tentang tiap karakter dari tokoh di film ini. Namun, Russo bersaudara nggak mengabaikan elemen krusial dari tipikal film Marvel, yaitujokes. Meski kisah ini begitu dalam dan serius, kamu tetap bisa rileks sejenak karena bercandaan kocak dari Iron Man, Spider-Man, hingga Drax.
Namun, ‘Infinity War’ seakan sengaja memperlihatkan pertempuran dan strategi melawan Thanos dan Black Order tanpa ada penjabaran lebih tentang kondisi “dunia nyata” sejak ancaman Thanos menghampiri Bumi.
Jadi, efekcatashtrophicalias bencana besar hanya dapat dirasakan dari bagaimana sikap Avengers dan Guardians menghadapi para musuh -- yakni rapuh, terancam, dankelabakan.
Satu hal yang mau gue sampaikan, selama sekitar 2,5 jam film berlangsung dengan plot rapi, alur cerita film ini di satu sisi terasa bergerak cepat. Hal ini tentu bukan masalah bagi fans Marvel, tapi kalau kamu kebetulan belum terlalu paham, bisa jadi kamu terdorong untuk bertanya dengan orang di sebelah kamu kenapa si A begitu, si B begini.
Lucunya, ide besar Thanos yang ingin mengumpulkan enam infinity stone ini mengingatkan gue kepada kisah epik dari seri ‘Harry Potter’, bedanya Voldemort menyebar tujuhhorcruxyang dapat membuatnya tak terkalahkan dan menaklukan umat di dunia sihir.
‘Infinity War’ sesungguhnya adalah wahanaroller coaster
Jika kamu menonton dari awal film-film Marvel secara runut, pasti merasa kenal dekat dengan tiap karakter -- mengerti betapa dedikasinya Steve Rogers untuk selalu melindungi orang-orang, gimanangocolnya Tony Stark, seberapa polos dan nekadnya Peter Parker, hingga betapa cintanya Peter Quill terhadap Gamora.
Kedekatan kamu terhadap tiap karakter bakal berguna agar bisa menikmati film ini. Di beberapa bagian, ada adegan yang sangatrelatabledengan perasaan manusia (sulit ya ternyata untuk nggaknyinggung spoiler,duh!) dan satu hal lain yang mau gue sampaikan, 'Infinity War' fokus pada sudut pandang seorang Thanos. Kamu akan lebih mengenal lebih dalamvillainkejam satu ini dari dialog dan cerita yang ia bawa.
Di samping efek visual yang nggak perlu dipertanyakan lagi, ‘Infinity War’ mengandung elemen-elemen emosional yang sanggup membuat hati gue berdebar-debar, namun beberapa detik kemudian bisa dengan pesatnya membuat jantung terasa copot dan dada sesak. Gue nggak tahu ini termasuk dramatis atau nggak, tapi begitu keluar bioskop, perasaan campur aduk ini masih nyata.
Tanpa berharap begitu banyak saat memasuki studio bioskop, ‘Infinity War’ adalah sebuah pengalaman sinematik bak naik wahanaroller coasterkarena membuat segala emosi menjadi satu, naik dan turun.
Layaknya naikroller coaster, detak jantung terasa kencang saat di momen-momen menuju klimaks seperti adegan pertempuran melawan Thanos dengan jurus dan senjata baru, bulu kuduk merinding terbawa suasana saatscoreikonik buatan Alan Silvestri menggema, perasaan pasrah karena adegan menyentuh, timbul rasa simpati untuk tokoh protagonis, hingga memaksa kamu agar turut memahami karakter seorang Thanos.
Kesimpulannya, kualitas dancinematic experience‘Infinity War’ sepadan denganhypeyang digembar-gemborkan selama ini. ‘Infinity War’ dibuat memang sebagai wahanaroller coaster bagi para penggemarnya. Gue nggak bilang film ini sempurna, namun tetapenjoyable.
Asal sedia minum terusgaesagar tenggorokan nggak kering karena kebanyakannganga, niscaya kamu akan survivedari kisah fenomenal ini.
Selamat menonton!