Review Samsung Galaxy S23 FE: Premium, Murah, Idamannya 'Kaum Mending'
Uzone.id- Samsung Galaxy S23 FE ibarat sebuah penantian panjang yang berbuah manis. Dibuat menunggu hingga setahun lebih, Fan Edition keluaran Samsung lahir kembali dengan kualitas yang jauh lebih ciamik.
Samsung Galaxy S23 FE menjadi suksesor dari Galaxy S21 FE yang melenggang resmi pada awal tahun 2022. Ponsel ini jadi alternatif buat ‘kaum mending’ yang menginginkan ponsel terbaik di harga yang affordable.
Di Indonesia, Samsung Galaxy S23 FE dibanderol dengan harga yang serupa dengan Galaxy S21 FE ketika pertama kali dirilis, yakni Rp8,9 jutaan untuk model 128 GB dan 9,9 jutaan untuk varian 256 GB.
Samsung Galaxy S23 FE sendiri telah kami jadikan sebagai daily driver kurang lebih dua minggu. Berikut impresi lengkap kami dalam review Samsung Galaxy S23 FE.
Premium, colorful
Apa itu plastik? Murahan! Samsung Galaxy S23 FE tak menggunakan material polikarbonat alias plastik lagi seperti generasi sebelumnya. Bahan dasar yang digunakan Samsung untuk ponsel ini sama premiumnya dengan Samsung Galaxy S23 Series, yakni aluminium dan kaca.
Dengan dimensi yang cukup besar, rasa menggenggam ponsel ini mirip-mirip seperti Samsung Galaxy S23+ atau Galaxy A54. Dimensinya pas, bodi aluminiumnya juga dibikin tak terlalu menyiku, sehingga terasa fit di genggaman.
Makin terasa premiumnya, Samsung tetap mempertahankan rating IP68 pada Galaxy S23 FE. Itu berarti, ponsel ini tahan dicemplungin ke air tawar sedalam 1,5 meter selama maksimal 30 menit, serta tahan juga terhadap terpaan debu.
Premium, variasi warnanya lengkap pula. Samsung Galaxy S23 FE ini cocoknya dipakai buat Gen Z, anak-anak muda yang ekspresif lah. Variasi warnanya gak kalem seperti Galaxy S23 dan Galaxy S23+ yang memang ditujukan buat para ‘eksekutif muda’.
Ponsel ini punya lima warna yang eye-catching, yakni Mint, Cream, Graphite, Purple, dan Indigo. Khusus warna terakhir, Samsung hanya menjualnya secara online via situs resminya.
Warnanya gak pakai gimmick ala brand asal China, seperti gradasi dengan teknik pewarnaan yang lebih ribet, efek pantulan cahaya yang menampilkan warna mejikuhibiniu, dan sebagainya. Toh, kebanyakan pengguna juga bakal pakein casing pada smartphone-nya.
Konsepnya simple, tapi sukses bikin terkesima. Seluruh warna ini melapisi bodi yang glossy, cocok memang dengan lima warna yang diberikan Samsung untuk Galaxy S23 FE. Kalau terpapar cahaya yang pas, warnanya seperti lebih keluar,
Cuma memang ada kurangnya juga. Karena bodinya kaca, tak dilapisi anti-glare pula, maka bodinya mudah sekali kotor akibat jejak sidik jari yang menempel. Cuma kekurangan ini lebih berlaku untuk varian Graphite, sementara warna lainnya agak samar terlihat karena terangnya warna yang diusung.
Harus rela kena ‘korting’ fitur
Samsung Galaxy S23 FE masih mengandalkan layar yang serupa dengan Galaxy S21 FE, yakni Dynamic AMOLED 2X dengan luas 6,4 inci. Resolusinya juga masih Full HD+.
Buat kalian yang gemar Netflix-an, santai ada sertifikasi Widevine L1 yang memungkinkan kalian nonton film di resolusi Full HD (asal paketnya sesuai). HDR10+ juga ada, nonton YouTube di resolusi tinggi dengan fitur HDR yang aktif, bisa banget dengan Samsung Galaxy S23 FE.
Kalian memang dapat ponsel dengan kesan yang premium. Tapi hal ini ada konsekuensinya, yakni pengurangan fitur di sektor lainnya, salah satunya layar.
Kalau Galaxy S21 FE dilapisi Gorilla Glass Victus, Samsung Galaxy S23 FE malah turun jauh jadi Gorilla Glass 5 doang. Ditambah, Samsung Galaxy S23 FE masih dikelilingi bezel yang agak tebal di setiap sisinya.
Rasio layar terhadap bodinya bahkan lebih kecil dari Galaxy S21 FE, yaitu 83,2 persen berbanding 86,7 persen.
Samsung Galaxy S23 FE masih mempertahankan in-display fingerprint atau sensor sidik jari di dalam layarnya, memberikan opsi keamanan berbasis biometrik kepada pengguna.
AMD RDNA2 pertama!
Jauh sebelum ponsel ini dirilis, tepatnya pada Samsung Galaxy S22 Series, banyak konsumen berharap Samsung menjual ponsel dengan prosesor Exynos 2200 di Indonesia. Mengingat, Galaxy S Series yang beredar di Indonesia juga kebanyakan pakai prosesor buatan Samsung.
Tapi tumben-tumbenan, Samsung malah ngejual unit dengan ‘otak’ Snapdragon 8 Gen 1 secara global, termasuk di Indonesia. Ponsel yang ditenagai Exynos 2200 hanya bisa didapatkan di beberapa negara saja saat itu.
Exynos 2200 dirasa spesial memang kala itu. Maklum, system on chip (SoC) tersebut jadi chipset pertama dengan kartu grafis Xclipse 920 berbasis AMD RDNA2, menyuguhkan performa gaming yang jauh lebih baik.
Saat pertama kali diperkenalkan, Samsung membanggakan berbagai fitur grafis pada Exynos 2200, termasuk fitur-fitur canggih seperti ray tracing dan variable rate shading dalam genggaman.
Akhirnya, keinginan pengguna untuk bisa menjajal langsung kekuatan Exynos 2200 tercapai juga dengan Samsung Galaxy S23 FE.
Bisa dibilang, inilah ponsel pertama yang resmi di Indonesia dengan GPU berbasis AMD RDNA2. Prosesor ini disandingkan dengan RAM LPDDR5 sebesar 8 GB dan ruang penyimpanan UFS 3.1 sebesar 128 GB atau 256 GB.
Bicara soal spesifikasi Exynos 2200, chip ini dibuat dengan arsitektur 4nm, mengusung tiga kluster CPU yang terdiri dari 1-core Cortex X2 dengan kecepatan 2,8 GHz, 3-core Cortex A710 dengan kecepatan 2,5 GHz, dan 4-core Cortex A510 dengan clock-speed 1,8 GHz.
Diuji menggunakan AnTuTu Benchmark, Samsung Galaxy S23 FE meraih skor meyakinkan mencapai 1,12 juta poin. Kalau di-compare, skornya memang setara dengan Snapdragon 8 Gen 1.
Kalau dibandingkan dengan chipset keluaran sekarang, performanya 11-12 dengan Snapdragon 7+ Gen 2.
Exynos 2200 memang kencang berdasarkan AnTuTu Benchmark, namun dari tes di PCMark dan 3DMark, chip ini punya kinerja yang tak stabil. Selama tes di kedua aplikasi, performa ponsel ini terpantau naik turun dengan tingkat stabilitas kurang dari 60 persen.
Di PCMark misalnya. Skornya memang tinggi mencapai 12.939 poin. Dari grafik kelihatan jelas, kalau kinerja ponsel ini memang tak stabil, dimana rata-rata power yang diberikan di bawah 70 persen.
Demikian pula di 3DMark. Dua simulasi kami jalankan, yakni Wild Life Stress Test dan Extreme Stress Test.
Tes pertama mendapatkan rentang frame rate antara 19 FPS hingga 43 FPS, dengan stabilitas 53,5 persen saja. Mulai dari loop ke-7, performanya menurun drastis, hingga ke loop 19 terdeteksi kalau performanya berada di titik terendah.
Sementara di tes yang kedua, stabilitasnya tak lebih dari 60 persen, tepatnya hanya 55,8 persen saja. Rentang frame rate-nya berada di antara 5 FPS sampai 16 FPS.
Dari kedua tes terlihat jelas kalau ponsel ini mengalami kenaikan suhu yang signifikan, mencapai 46 derajat Celcius.
Bicara soal kemampuan baterai, Samsung Galaxy S23 FE ditopang oleh baterai dengan kapasitas yang serupa dengan seri terdahulu, yakni 4.500 mAh dengan dukungan fast charging 25W dan wireless charging 15W.
Baterainya memang tak sebesar ponsel kebanyakan yang berkapasitas 5.000 mAh. Namun, baterai ini sudah lebih dari cukup menemani berbagai aktivitas kami selama kurang lebih 12 jam.
Mau buka medsos, chatting, main game sesekali, hingga streaming film atau YouTube, baterai ponsel ini tak terasa draining. Adapun catatan ini kami dapatkan dengan fitur refresh rate diset High alias 120Hz.
Agak mengecewakan memang. Samsung seolah enggan beralih atau meningkatkan fitur fast charging pada seri smartphone-nya, bahkan untuk model high-end seperti Samsung Galaxy S23 FE.
Dengan 25W, ngecas gak sesingkat ponsel Rp4 jutaan Xiaomi yang sudah 67W. Butuh lebih dari 70 menit buat mengisi penuh baterai dengan kondisi layar mati dan tetap terhubung ke jaringan internet.
Kamera upgrade
Bagian kamera menjadi peningkatan terbesar yang dikasih Samsung untuk Galaxy S23 FE. Sekarang bukan lagi 12 MP kamera utamanya, melainkan 50 MP yang sudah didukung optical image stabilization (OIS).
Berpadu dengan kamera telephoto 8 MP, smartphone ini punya kebolehan perbesaran gambar hingga 3 kali secara optikal atau 10 kali secara digital. Jangan khawatir bakal goyang saat mengambil gambar dari jarak jauh, semuanya bakal terbantu oleh stabilitas kamera di level hardware.
Untuk kamera ultrawide, Samsung Galaxy S23 FE punya sensor 12 MP. Sayang, kamera ini berlensa fixed focus, jadi gak bisa dimanfaatkan buat motret foto makro. Di depan, kamera selfienya 10 MP, downgrade dari sebelumnya yang sudah 32 MP.
Secara default, kamera utama 50 MP dapat mengambil gambar di resolusi 12,5 MP. Hal ini berkat teknologi quad-bayer, membuat 4 piksel dimampatkan menjadi 1 piksel, menghasilkan gambar yang optimal di berbagai kondisi pencahayaan.
Didukung oleh software pencitraan yang mumpuni, kamera utama dapat menghasilkan gambar dengan warna yang tajam dan detail yang bagus. Warnanya tidak over-saturated, malah cenderung alami dengan dynamic range yang juga luas.
Mode HDR sendiri aktif dengan sendirinya, menambah tingkat detail dan warna dari gambar yang diabadikan pengguna. Mau mengambil objek yang bergerak? Shutter speed kamera ini juga cepat, sehingga momennya tetap bisa didapatkan dengan cukup baik.
Kamera ultrawide Samsung itu memang jagoan HDR-nya. Resolusinya memang 12 MP doang, tapi berhasil menangkap gambar dengan kualitas warna yang baik. Sayangnya, gak ada autofocus doang, coba kalau ada, mengambil foto makro bisa dengan lensa ini.
Telephoto dengan kemampuan 3x optical-zoom gak sekadar gimmick atau klaim sepihak Samsung. Memang beneran bagus hasilnya, optical-zoom di sini memberikan gambar dengan detail dan warna yang tak berkurang kualitasnya, meski sudah diperbesar sampai 3 kali.
Lebih dari itu, otomatis perbesaran dilakukan secara digital. Lantaran detailnya banyak yang hilang dan berkurang kualitasnya, maka perbesaran ini dibantu oleh software dan artificial intelligence (AI) untuk ‘menambal’ hilangnya beberapa detail.
Lagi-lagi fixed-focus untuk kamera selfie. Untung saja aplikasi kamera dan pemrosesannya memang sudah bagus, sehingga swafoto yang kami lakukan juga hasilnya mumpuni, dimana detailnya dapat, warnanya pun terlihat natural.
Bicara video, Samsung Galaxy S23 FE memungkinkan penggunanya untuk menangkap gambar di resolusi 4K pada 60 FPS. Namun kalau mengaktifkan stabilisasi, maksimal videonya menjadi 1080p atau Full HD di 60 FPS saja.
Hasil foto Samsung Galaxy S23 FE
Hasil video Samsung Galaxy S23 FE
Kesimpulan
Ekonomis, tapi gak murahan. Punya ponsel premium gak perlu merogoh kocek sampai belasan juta Rupiah, karena Rp8 jutaan saja sudah bisa mendapatkan mantapnya performa sebuah Galaxy S Series terbaru.
Ponsel ini memang jadi pilihan pas buat kalian, para ‘kaum mending’ yang menginginkan ponsel andal, high-end, performanya mumpuni, tapi dengan harga yang tak bikin isi dompet jebol.
Ponsel ini punya build quality nyaris setara Galaxy S23 Series. Nyaris, karena cuma dilapisi Gorilla Glass 5 saja, bukan Victus 2. Tapi, rating IP68 masih disematkan, setidaknya worry free saat pakai ponsel ini.
Pilihan warnanya juga banyak, bisa disesuaikan dengan kesukaan kalian. Plus, ponsel ini ditenagai prosesor Exynos 2200, main game apapun di Android, lancar jaya!
Baterainya juga impresif, meski fast charging-nya tak lebih cepat dari ponsel kelas menengah kebanyakan saat ini. Cukup mengecewakan memang kalau bahas pengisian cepat dari ponselnya Samsung, belum lagi gak ada adaptor charger pada paket pembeliannya.
Kameranya juga bagus, terutama kamera utamanya. Ngonten apapun dan di mana saja, hasilnya bakal proper dengan kamera Samsung Galaxy S23 FE.
Walau, ada beberapa catatan pada sektor kamera ini, seperti lensa minor autofocus pada ultrawide dan selfie, hingga kamera telephoto yang resolusinya masih terbatas 8 MP saja.
Ya, Samsung Galaxy S23 FE adalah pilihan yang bagus bila kalian ingin memiliki ponsel high-end yang berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau.